Part 22. Pengakuan kecil

65 46 43
                                    

"lo tunggu sini" Tasya yang memegang setir mobil lantas mengangguk.

Segera ia berjalan kedalam club dengan langkah yang tergesa-gesa. Ia menembus kerumunan orang-orang yang menari ria dilantai dansa. Tubuhnya beberapa kali mengelak menghindari pria mabuk yang mencoba menggoda atau sentuhan-sentuhan disengaja yang langsung ia tepis dengan kasar.

Matanya terus meliar memilah setiap jenis manusia yang berada disana. Netra cokelatnya lantas tertuju pada sosok laki-laki disudut ruangan yang terduduk santai disofa dengan jaket kulit yang membalut tubuh tersebut. Tampaknya ia mabuk tapi tak menghentikannya untuk menenggak alkohol yang tersisa.

Zia memicingkan mata marah ketika menyaksikan seorang wanita berpakaian minim dengan belahan dada yang terekspos dan paha mulus nan putih yang terpapar tengah menggerayangi Alex layaknya jalang. ah, mungkin saja memang jalang sungguhan. Dengan nakalnya, ia mengusap dada bidang yang tertutupi kaos hitam lalu perlahan turun membelai rahang tersebut.

Zia menggeram marah sembari mengentakkan kaki tak suka. Ia bisa melihat Alex yang menepis dan menjauhkan tubuhnya dari sentuhan-sentuhan itu, tapi pengaruh alkohol membuatnya sedikit teler dan berakhir membiarkannya begitu saja.

"Al!" sentaknya seraya melempar tatapan membunuh pada wanita seksi yang tengah menempeli laki-laki itu.

Kedua tangannya terulur menarik paksa Alex dari dekapan wanita yang menatapnya dengan kilatan marah karena menginterupsi kegiatannya. Tapi ia tidak peduli!

Dengan susah payah ia menuntun tubuh besar itu keluar dari kumpulan orang-orang yang menikmati indahnya hiburan malam. Sesekali Alex oleng tapi ia berhasil menyeimbangkan kembali langkah mereka hingga ia berhasil mendorong masuk tubuh tersebut kedalam mobil. Bau alkohol yang menyengat lantas membuatnya mengapit hidung tak tahan.

"jagain saja dia dibelakang" suruh Tasya ketika temannya itu memilih duduk disamping kemudi

"malas" Zia melipat tangan dengan wajah masam. "paling bentar lagi sadar"

Tasya menggeleng heran"sudah mantan woi, sadar status" peringat Tasya dan langsung menancap gas

Sewaktu Zia meminta bantuannya, Tasya menolak mentah-mentah. Ini tengah malam, yakali keluar buat jemput orang mabuk doang. Yang namanya Zia gak bakalan kehabisan akal. Ancamannya yaitu mengadukan Tasya yang royal sama Dean. Tentu Tasya hanya bisa pasrah karena tak ingin uang bulanannya dikurangi.

"pelan-pelan sya, berat nih setan" gusar Zia begitu mereka tiba di apartement tersebut. Mengingat Alex pernah membawanya kesana, ia jadi mengingat pin apartementnya.

"gue balik nih" pamit Tasya yang hanya mengenakan piyama sama seperti Zia. Bedanya piyamanya tak lepas dari warna pink. Feminin tingkat akut. Berbanding terbalik dengan wajah ala-ala tomboinya.

Zia berkacak pinggang setelah membetulkan posisi Alex yang semula telungkup "gue ikut" ujarnya sembari mengatur napas yang sedikit tersengal-sengal

Tasya menaikkan sebelah alis "ngapain? Lo sini saja jagain. Meski mantan lo punya hati kali, nih orang mabuk bisa bangun tengah malam lalu terjun kelantai dasar" celetuk Tasya sekenanya dengan tatapan malas.

Zia memukul pelan lengan Tasya "seenaknya kalo ngomong. Mau gue jepit bibir lo pake tang?" cerocosnya sedikit sebal

Tasya hanya bisa mencebik

"yasudah. Kalau Zeo nanyain bilang saja gue nginap rumah lo karna ngerjain tugas mendadak" ucapnya setelah berpikir sejenak

Tasya mengangguk paham. Detik kemudian ia menghilang dibalik pintu menyisakan Zia dan laki-laki yang tengah tertidur pulas diatas ranjang. Karena rasa kantuk mulai menyerang, Zia pun memilih merebahkan tubuh disofa. Posisinya sedikit tidak nyaman karena ia harus sedikit meringkuk. Meski demikian matanya tetap tak menolak untuk terpejam. Tak berselang lama, mimpi indah menjemput alam bawah sadarnya. Membawa gadis yang masih terbalut jaket itu kedunia lain yang penuh berbagai hal baru.

Clek

Suara pintu sedikit membuatnya tersentak. Matanya yang menutup perlahan terbuka seraya menyesuaikan cahaya yang masuk kedalam pupil. Gadis itu mengerjap pelan lalu melepas selimut yang menutupi tubuhnya. Dihadapannya ada Alex yang baru saja selesai mandi yang kelihatan dari rambut pekatnya yang basah. bulir air perlahan menetes menambah kesan yang sedikit menggoda.

Seketika Zia menunjukkan raut gusar tapi masih dengan mata menyipit "lo kenapa mau ditempelin kayak semalam?!"sentaknya setengah sadar. Bibirnya mengerucut gemas, pikirannya tak lagi menghiraukan apa yang telah terjadi diantara mereka.

Alex menoleh dan mendapati gadis berambut acak-acakan itu memasang wajah masam. Ada sedikit rasa geli mendengar nada tak suka itu keluar dari bibir Zia disertai nyawa yang belum terkumpul sepenuhnya

"gue benci lo!" teriaknya. "tapi gue sayang" imbuhnya dengan nada merendah seraya menyandarkan kepala dilengan sofa. Matanya kembali menutup, rasa ngantuk masih membungkusnya.

Mendengar pernyataan yang terdengar tulus, Alex menegang kaku. Tapi ia kembali memperbaiki ekspresinya mendapati Zia yang menurutnya hanya meracau. Tangannya pun kembali bergerak mengusap kepala yang basah.

Menit kemudian tangannya mengepal kuat mengingat kejadian semalam. Rasa nyeri dibagian dada pun terasa begitu jelas karena pukulan yang ia terima serta lebam yang tampak dibeberapa bagian tubuh. Salah satunya dekat pelipis.

Pergi dari sini! Jangan pernah tunjukkan wajahmu dihadapan saya! Mulai detik ini kamu bukan bagian dari keluarga ini!

***

Tiktok: Zenngreen24

ALEXANDERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang