Part 20. Kenalan baru

69 45 5
                                    

Berlari kecil keluar dari apartement Alex, Zia mengusap wajahnya yang basah. Kekecewaan lumayan mendominasi perasaannya saat ini. Mengingat kembali perkataan yang terlontar dengan begitu mudahnya dari bibir laki-laki itu mengundang rasa sakit yang cukup menyengat. Bagaimana bisa seseorang dengan mudahnya mempermainkan sebuah perasaan? Lucu, kah?

Kalut. Zia mengulurkan tangan begitu taxi lewat. Dengan terburu-buru ia masuk kemobil.

Gue hanya manfaatin lo

Kalimat penyebab rasa nyeri itu terus terngiang-ngiang ditelinga. Ia memalingkan wajah kearah jendela, mencoba menenangkan perasaannya yang porak-poranda.

Kita akhiri hubungan ini

Gadis itu memegang dada yang terasa sesak. Tangisannya yang telah reda kembali tersulut. Waktu yang singkat tapi ia bisa memastikan bahwa ia sudah merasa nyaman dengan laki-laki itu. Hati tidak bisa berbohong 'kan? Berada disamping Alex setiap saatnya selama beberapa bulan terakhir membuatnya menyukai laki-laki itu dalam kurun waktu singkat.

Berengsek. Umpatnya

Alih-alih pulang kerumah, ia memilih mendatangi rumah Tasya. Saat ini ia membutuhkan sebuah telinga untuk mendengar. Karena jika Zeo yang mendengarkan semua curhatannya yang menyedihkan akan memicu perang dunia.

Kembarannya yang tengil tapi memiliki sisi kepedulian yang tinggi. Tak peduli bagaimana pun ia membuat Zia menangis, tak seorang pun diluar sana ia izinkan menjatuhkan airmata adiknya itu. Agak berjaga-jaga setelah kejadian tujuh tahun lalu.

Brakkkk

"anak ajg!" maki Tasya yang terperanjat. Bukan hanya Tasya, seorang laki-laki turut menoleh dengan tak kalah kaget.

Dengan bar-barnya, Zia menendang pintu lalu mengusap kasar wajah yang basah. Menghiraukan siapa saja yang berada disana, ia duduk disamping Tasya lalu mendengus kesal.

"dirasuk arwah siapa lagi lu disiang gini?! Gak sopan!" cibir Tasya

Zia mencebik. Dengan cepat ia memeluk leher temannya itu sampai kecekik.

"le-leher gu-gue" napas Tasya tersendat seraya memukul kuat lengan teman iblisnya itu. orang gila ini datang-datang mau ngebunuh orang saja.

"gue diputusin Alex" lirihnya kemudian setelah Tasya berhasil melepas kedua tangannya dengan kasar.

Tak menggubris, Tasya sibuk mengusap leher yang sedikit nyeri diringi sumpah serapah yang meluncur dari bibirnya.

"Lo dengar gak sih?!" gusar Zia sembari menjitak kepala Tasya

Tasya melempar tatapan membunuh "ngapain ngadu ke gue bangsat!" semburnya meledak-ledak

Zia menghela napas berat "salah tempat gue" sungutnya tak suka respons temannya yang satu ini

Dalam hitungan detik, Tasya merubah raut wajahnya menjadi bersalah.

"maaf deh" ucap Tasya. "lo cari pengganti saja sana. Galau gak bakal bikin lo panjang umur" cetusnya asal

Zia bersedekap"Gak bakal. Gue bakal perjuangain dia!" Tegasnya

Bukan perkara mudah-tidaknya menemukan pengganti, tapi ini persoalan hati. Sudah nyaman dan terlanjur suka, lalu ditinggalkan begitu saja karena alasan konyol kemudian beralih mencari hati yang lain? membolak-balikan hati untuk berpindah-pindah ketempat baru tak semudah membalikkan telapak tangan. Akan ada luka yang perlu dilewati dan prosesnya lumayan menguras tenaga dan airmata.

Seharusnya Zia memendam saja kejadian barusan. Tasya yang mulutnya kayak emberan tak cocok jadi tempat curhat. Temannya itu lebih suka didengar dari pada mendengar. Zia mengeluh sial.

ALEXANDERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang