13. Goodbye

3.8K 669 32
                                    

Mungkin bagi sebagian orang, cara terbaik untuk melupakan pahitnya masa lalu adalah pergi sejauh mungkin dan memulai kembali kehidupan dari awal. Seolah hal yang terjadi di masa lalu itu tak pernah terjadi hingga lenyap ditelan waktu.

Dan orang yang paling bodoh adalah orang yang mau kembali membuka luka lamanya. Kembali ke masa lalu yang pahit dengan segala memori menyedihkannya. Mungkin bagi orang yang tak mengerti itu, tindakan seperti itu adalah kolot dan benar benar payah.

Namun entahlah, entah apa yang Jeffrey pikirkan sebelumnya hingga kini dia duduk di ruang direktur rumah sakit sembari menatap nanar surat persetujuan pemindahan tugas yang harus dia tanda tangani.

"Sign it."

Jeffrey mengangguk lesu sembari menandatangani surat itu. Direktur lantas tersenyum tipis sembari menepuk pundaknya. Sebenarnya, dia sedikit tak rela melepas salah satu dokter terbaik yang bekerja bersamanya sekarang ini. Namun dia tahu, rumah sakit nasional departemen psikologi di Seoul lebih membutuhkan psikiater handal seperti Jeffrey.

"I told you to think about this decision, right? Are you sure about this decision you have made?"

Jeffrey mengangguk pelan mendengar ucapan atasannya itu.

"Jeffrey, remember. Never settle in a place that makes you comfortable. Because things like that will never teach you how hard life is."

"I know, you never want back to Seoul again. That's the problem. You have to learn to make peace with your past."

"Wahh, kau sepertinya sibuk sekali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Wahh, kau sepertinya sibuk sekali."

Jeffrey hanya terkekeh pelan menanggapi ucapan Vernon. Lelaki itu sibuk memindahkan kardus kardus ke ruang tamu. Sedikit melirik kesal pada sosok lelaki yang ada disebelahnya. Dasar tidak peka, pantas saja dia masih melajang, Jeffrey kira lelaki itu setidaknya memiliki secuil inisiatif untuk membantunya, namun alih alih membantu, Vernon hanya melongo seperti patung melihatnya mondar mandir sembari mengangkat kardus.

"So, kapan kau akan pindah?"

"Next week."

Vernon tersneyim miris.
"Kenapa kau mau menandatangani suratnya? Kau bilang kau tak akan pernah mau kembali lagi ke Korea."

Jeffrey meletakkan kardus yang dia bawa sembari tersenyum.
"Seperti yang direktur bilang padaku tadi. Aku harus belajar untuk berdamai dengan masa laluku."

"Kau yakin kau bisa?" Tanya Vernon ragu.

"Aku kan bilang aku akan belajar, Vernon."

"Lantas aku disini bagaimana?"

Jeffrey mengedikkan bahunya.
"Well, tentu kau akan dapat rekan kerja baru."

"Aish, aku tidak mau itu. Kenapa kau harus pindah pindah?"

Memories Philosophy || Jung JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang