26. Him

3.3K 656 49
                                    

Suasana pemakaman terasa lenggang. Langit yang mendung cukup membuat suasana area pemakaman menjadi semakins uram, hingga untuk beberapa saat Mark menyadari jika area pemakaman dimana dia tengah berpijak saat ini benar benar menimbulkan duka yang mendalam.

Dengan sebuket bunga lily putih di genggamannya, Mark berdiri disebelah pusara dengan nama Jung Jaemin yang terukir di batu nisannya. Mark menghela nafas pelan sebelum meletakkan buket bunga itu. Lantas perlahan berjongkok untuk mencabuti rumput liar di beberapa sisi pusara nya.

"Aish, aku sudah lama tak lagi bekerja sebagai manager cafe. Apa sekarang aku harus mulai bekerja untuk mencabuti rumput liar di rumah barumu seperti ini?" Gumam Mark sambil terus mencabut rumput rumput liar di sekitar pusara Jaemin.

"Mungkin jika kau melihatku sekarang, aku yakin kau akan menertawai ku, kan?"

Rumput rumput itu sudah tercabut semua, Mark mengumpulkannya untuk dia buang nanti. Kita lelaki itu hanya diam, menatap nanar figura dengan laki laki yang tersenyum manis disana, seolah menunjukkan kalau kini dia tak lagi menderita. Namun untuk beberapa saat, Mark sering kali salah mengartikan arti senyuman manis itu, seolah Jaemin kini tengah mengejeknya dan membalas dendam akibat perlakuan buruknya pada lelaki itu dimasa lalu.

"Ck, kau bahkan belum menikmati masa mudamu, little boy."

"Jung Jaemin, kau sudah melakukan yang terbaik."
Tangannya terangkat, menyentuh puncak batu nisan dengan nama Jung Jaemin disana, senyuman lirih kembali terukir untuk yang kesekian kalinya.

"Kenapa bukan kau yang mengusap kepalaku? Biasanya yang lebih tua yang melakukan itu."

"Yakk, kau harus menyemangati dirimu sendiri sebelum menyemangati orang lain. Kau harus peduli pada dirimu sendiri terlebih dahulu."

"Kalau kau sudah memperdulikan dirimu sendiri, maka aku yang akan mengusap dan menepuk kepalamu nanti."

"Aish, anak ini..."

"Kau puas? Aku sudah mengusap dan menepukmu seperti ini."

Cukup lama Mark terdiam. Mulutnya terasa kelu untuk kembali bersuara.
"Tapi, Jaemin..."

"Yang sekarang kuusap dan kutepuk ini seharusnya kepalamu, bukan batu nisanmu."

Petir kembali menyambar. Mark tahu, dia bukan siapa siapa. Mungkin Jaemin selama ini menganggapnya hanya sebatas atasan seperti yang pernah dia minta pada anak itu sebelumnya. Namun Jaemin itu sudah Mark anggap sebagai adik, dan Mark ingin memperlakukannya layaknya seorang adik. Melihat beban tak kasat nata yang dipikul Jaemin seorang diri selama ini membuat Mark ingin memikul setidaknya sebagian dari penderitaan anak itu.

"Iya, kau sudah cukup memperdulikan dirimu sendiri. Maka dari itu aku memberikanmu reward. Aku kan sudah pernah berjanji padamu sebelumnya."

"Nanti, di kehidupan selanjutnya, ayo bertemu kembali dengan cara yang lebih baik. Aku berjanji akan memperlakukanmu lebih baik."

Mark lantas terkekeh pelan dan bangkit dari sana. Dia harus segera pergi sebelum hujan turun.

"You did well, little boy."

Mark lalu berbalik dan hendak melangkah pergi, namun tubuhnya dibuat mematung sambil menatap kaget seorang lelaki yang berdiri dibelakangnya sambil memegang sebuket bunga lily putih yang mirip dengan yang dia bawa.

"No way..."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Memories Philosophy || Jung JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang