"Kau punya rokok?"
"Jangan mengada ngada, ini masih pagi."
"Persetan, berikan rokoknya."
Yangyang terkekeh pelan sambil melempar sekotak rokok pada Jaemin. Keduanya kini tengah duduk di rooftop sekolah, membolos jam pelajaran pertama untuk merokok disana.
"Jadi, kau bilang saudaramu dari Cina itu kembali?" Tanya Jaemin memulai kembali pembicaraan. Lelaki itu membakar ujung rokok sebelum menghisap nya.
Yangyang menghisap rokoknya dalam dalam sambil menghembuskan asapnya dari mulut lelaki itu. Dia berdecak pelan sembari mengangguk mengingat betapa menyebalkannya Winwin yang semakin sering mengunjungi rumahnya demi secuil perhatian dari Yangyang.
"Kenapa kau jadi merasa gengsi padanya? Bukankah kau sendiri yang pernah bilang jika ingin bertemu dengan saudaramu itu? Selama ini kalian hanya berbalas pesan dan saling mengetahui wajah satu sama lain hanya lewat foto, kan?" Ucap Jaemin tak mengerti.
"Kau benar, tapi kan tetap saja. Aku tidak begitu nyaman setelah menyadari jika kami tak seharusnya dekat. Apalagi hubungan orangtua kami tak begitu baik."
"Yakk, hidupmu bahkan lebih baik daripada aku. Orangtuaku bahkan tak pernah menelepon ku. Mereka hanya mengirim pesan singkat hanya untuk sekedar memberitahuku kalau mereka sudah mengirim uang bulananku. Aku bahkan sempat berpikir jika sebenarnya mereka membuangku." Ucap Jaemin datar.
"Justru seharusnya kau bersyukur, kau hidup bebas, tidak terkekang sepertiku."
Jaemin berdecak pelan karena Yangyang kembali membalas ucapannya. Keduanya lanats tertawa bersama, mereka sadar jika sebenarnya mereka sedang adu nasib satu sama lain. Hidup manusia terlalu pelik untuk diakui. Tak ada yang puas dengan kehidupan masing masing.
"Kemarin aku kembali konsultasi ke psikiater." Ucap Jaemin.
"Psikiater ku ternyata psikiater baru. Kudengar dia baru saja pindah dari New York. Kau tahu? Saat melihatku, dia begitu terkejut karena aku sangat mirip dengan adiknya. Dia bahkan menolongku saat aku dikeroyok oleh Youngjae dan teman temannya."
"Benarkah? Semirip apa memangnya?" Tanya Yangyang penasaran.
"Sama persis."
"Bagaimana kau tahu hal itu?"
"Dia mengajakku mengunjungi makam adiknya. Aku melihat foto adiknya disana, kami benar benar mirip."
"Wahh, apa kau reinkarnasi adiknya itu?"
"Mustahil. Adiknya meninggal 8 tahun yang lalu, aku kan sudah berumur 10 tahun saat itu. Mana mungkin aku reinkarnasi dari adiknya."
"Lalu setelah itu kalian dekat?"
"Tidak juga..." Jaemin lantas kembali menghisap rokoknya.
"Tapi aku merasa nyaman bersamanya. Seperti punya seseorang untuk kuandalkan. Rasanya seperti..."
"Aku memiliki keluarga."
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories Philosophy || Jung Jaehyun
Fiksi Penggemar[SEQUEL When this rain stops || NCT dream x 127] Ternyata... Kesempatan kedua itu benar benar ada, ya? "Dia mirip Jaemin..." "Tapi dia tak akan mati juga seperti Jaemin, kan?" "Aku bukan adikmu." "Jadi berhenti menyamakan aku dengannya." "Adikmu s...