"Hai cantik."
Nana yang tengah menunggu bus untuk mengantarkannya pulang sambil meminum susu pisang yang gurunya tadi belikan lantas menoleh pada seorang lelaki yang kini tersenyum manis padanya.
"Oppa?"
Lelaki itu tersenyum tipis dan duduk di sebelah Nana, pandangannya lalu menatap lurus ke jalanan dimana banyak sekali mobil mobil berlalu lalang. Siang itu cerah, namun tidak begitu terik, hujan baru saja berhenti benerapa menit yang lalu. Menyisakan aroma petrichor yang sejuk dengan embun dibalik dedaunan.
"Ayahmu kenapa tidak pernah menjemputmu? Berbahaya jika anak umur 7 tahun pulang sendiri." Tanah lelaki itu.
"Appa sibuk. Tapi terkadang dia menjemput Nana."
"Memangnya apa pekerjaan ayahmu?"
"Apa namanya, ya? Hmm... Pi.. Psi.. Psi..."
"Psikiater?"
"Ya, itu!"
"Ohh..."
Lelaki itu mengangguk mengerti, lalu kembali menatap ke arah jalanan.
"Kenapa dia ingin menjadi psikiater?"
Nana menghentikan acara meminum susunya untuk sejenak, lalu menoleh pada lelaki itu.
"Kata appa, kesehatan mental seseorang itu harus menjadi yang paling pertama untuk ditangani. Karena jika tidak, maka akan merambat pada fisik. Maka dari itu banyak orang yang melukai dirinya sendiri. Appa bilang, setiap orang punya masalahnya masing masing, dan seorang psikiater harus bisa menjadi seseorang yang bisa diajak cerita disaat mereka tak lagi punya siapa siapa. Tapi sayangnya banyak orang yang ragu untuk ke psikiater karena mereka beranggapan yang menemui psikiater itu hanya orang gila." Jelas Nana panjang lebar.
"Ohh begitu ya? Ayahmu pasti sangat hebat."
"Iya, dia hebat sekali. Oppa harus kenal dengannya!" Jawab Nana bangga.
Lelaki itu terkekeh pelan.
"Aku kenal dengannya."
"Sangat kenal."
Winwin tengah menuliskan jadwal konsultasi berikutnya pada salah satu pasien yang sekarang sedang dia tangani. Senyuman manis terukir di bibir lelaki itu sambil mengantarkan pasiennya keluar dari ruangannya.
"Sudah jam makan siang, mau makan bersama?" Tanya Winwin saat menghamoiri Jaehyun di ruangan lelaki itu.
Jaehyun melirik jam tangannya sejenak, lalu mengangguk dan menyusul Winwin menuju kantin rumah sakit. Memesan seporsi bulgogi dan jajangmyeon untuk disantap mengisi cacing cacing yang berdansa di perut keduanya.
"Pasienmu hari ini banyak?" Tanya Jaehyun memulai pembicaraan.
"Ya, lumayan. Aku pusing sekali."
Jaehyun terkekeh pelan, lalu menyantap sesuap bulgogi ke dalam mulutnya. Kantin rumah sakit cukup penuh dengan beberapa perawat dan dokter yang makan siang disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories Philosophy || Jung Jaehyun
Fanfic[SEQUEL When this rain stops || NCT dream x 127] Ternyata... Kesempatan kedua itu benar benar ada, ya? "Dia mirip Jaemin..." "Tapi dia tak akan mati juga seperti Jaemin, kan?" "Aku bukan adikmu." "Jadi berhenti menyamakan aku dengannya." "Adikmu s...