Pukul 19.43 KST.
Jaemin menghisap dalam dalam rokok yang sedari tadi menemaninya dalam kesepian malam ini, lelaki itu menghembuskan asap rokoknya sambil menghela nafas pelan. Area merokok di salah satu cafe yang biasa dia datangi sedang sepi malam itu, hanya ada dia disana. Pengunjung lain memilih untuk berada di dalam.
Jamin menatap datar layar ponsel miliknya yang menampilkan kontak sang ibu di layar. Dia kembali menghirup dalam dalam tembakau itu.
Eomma
|Jaemin
|Kami akan bercerai.
|Aku sudah tidak sanggup lagi
|Kau mau ikut siapa?Anak mana yg tidak sakit hati saat menerima pertanyaan seperti itu? Pertanyaan itu adalah pertanyaan yang paling mengerikan bagi setiap anak.
Namun Jaemin hanya menatap datar pesan itu sembari terus menghisap dan menghembuskan asap rokoknya. Jujur, dia sudah menduga hal itu sejak sangat lama. Dan dia benar benar sama sekali tak terkejut menerima pesan itu dari ibunya. Orang tua Jaemin dijodohkan, dan tak ada cinta sama sekali dalam rumah tangga mereka. Jaemin juga lahir tanpa direncanakan. Sejak kecil, anak itu sudah kesepian. Jadi dia berusaha mencari perhatian dengan cara apapun, siapa sangka hal itu justru membentuk karakternya menjadi seperti sekarang.
Jaemin berdecak pelan.
"Sialan."Drrrttttt.... Drrrtttttt....
Ayahnya menelepon.
Jaemin sempat mengabaikan telepon itu, namun panggilan terus menerus dari sang ayah membuatnya memilih untuk menerima telepon itu.
Sesaat setelah Jaemin mengangkat teleponnya, tak ada yang membuka suara sama sekali. Hening sejenak, hingga pada akhirnya, suara dari seberang sana lantas terdengar.
"Hey, kid."
"......"
"Kau sudah menerima pesan dari ibumu, ya?"
Jaemin tak menjawab, dan sama sekali tak berniat menjawab sepatah katapun dari lelaki yang berstatus sebagai ayahnya itu.
"Jaemin, kami akan bercerai."
"Pada akhirnya, kami memilih untuk berpisah."
"Kau mau ikut-"
"Aku ikut kau."
Suara berat Jaemin membuat sosok yang ada diseberang sana sontak terdiam. Di seberang sana, Tuan Na. Meremat ponselnya sejak bertelepon dengan putra semata wayangnya. Lelaki paruh baya itu kini duduk di tepi kasur, dengan kondisi kamar yang berantakan akibat perdebatan dia dan istrinya yang berujung dengan hitam diatas putih dalam surat perceraian.
"Jaemin..."
"Kau senang jika aku berkata seperti itu?"
Jaemin terkekeh pelan, kekehan itu lama lama berubah menjadi tawa yang sangat keras. Bahkan pengunjung lain yang berada di dalam cafe melirik ke arahnya saking kerasnya tawa Jaemin.
Tawa itu perlahan mereda.
"Kalian itu benar benar lucu, ya?""Menolak perjodohan saja tidak bisa, dengan begitu aku kan tidak perlu repot repot hidup."
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories Philosophy || Jung Jaehyun
Fiksi Penggemar[SEQUEL When this rain stops || NCT dream x 127] Ternyata... Kesempatan kedua itu benar benar ada, ya? "Dia mirip Jaemin..." "Tapi dia tak akan mati juga seperti Jaemin, kan?" "Aku bukan adikmu." "Jadi berhenti menyamakan aku dengannya." "Adikmu s...