Sebagai dosen di salah satu Universitas dengan jadwal mengajar yang padat, di tambah masalah dari mahasiswanya cukup membuat Ikmal sabar dalam menghadapi lelahnya hari ini.
"Ikmal?" sapa seorang wanita.
"Bener kan ini Ikmal?" tanyanya lagi.
"Nadia? Kamu, apa kabar Nad?" Ikmal merespon wanita itu.
"Baik. Kirain udah lupa, masih inget ya ternyata sama aku. Kayaknya kita jodoh deh bisa ketemu lagi disini. Jauh-jauh aku belajar di London akhirnya ketemu lagi sama kamu."
Ikmal hanya tersenyum kikuk menanggapi Nadia.
"Nanti kita makan siang bareng ya, aku yang traktir dan gak ada penolakan. Aku harus temuin dekan nih, see you Ikmal."
"Eh tapi Nad.." belum selesai Ikmal bicara tapi Nadia sudah lebih dulu pergi meninggalkannya.
Seharian ini Ikmal sibuk bahkan Ia tidak sempat mengecek ponselnya sama sekali dan sedari tadipun tidak ada bunyi notifikasi, Ia bersyukur karena bisa fokus pada kerjaannya.
Setelah solat zuhur Ikmal dan Nadia akhirnya pergi untuk makan siang bersama di sebuah cafe dekat Universitas.
Selayaknya sudah sangat dekat dengan sikap Ikmal yang selalu welcome dan ramah membuat lawan bicaranya nyaman berlama-lama untuk mengobrol.
🌹🌹🌹
"Assalamualaikum? Maaf ya telat." ucap Latifa yang langsung duduk menemui kedua sahabatnya itu.
"Wa'alaikumusalam. Masyaa Allah bumil, udah izin belum sama suaminya?" ucap Salma.
"Hm udah sih." muram Latifa.
"Ah ayo ah cepetan kita makan, Ifa udah lapar nih." Latifa menjadi ceria.
"Sebentar lagi datang kok makanannya, sabar ya bumil!" kata Khaira.
"Btw nih cafe deket Universitas kamu kan Fa?" tanya Salma.
"Iya bener. Mas Ikmal juga ngajar di sana." jawab Latifa.
"Uhhh mas Ikmal dong panggilannya, ya ampun meleyot aku haha." teriak Salma heboh.
"Panggilan sayang itu Sal." ledek Khaira.
"Ih udah ah jangan bahas gituan, malu tau."
"Yailah udah mau punya anak aja masih malu, gemoy amat sih."
Akhirnya makanan datang, mereka bertiga menikmatinya dan untuk soal rasa memang benar Khaira juaranya dalam memilih makanan.
Selesai makan Khaira pergi ke kasir untuk membayar semuanya sedangkan Salma pergi ke toilet dan tinggalah Latifa sendiri.
Saat Latifa sedang asik melihat ke sekeliling cafe, mata cokelatnya tertuju pada satu tempat.
"Mas Ikmal?" batinnya, melihat dalam-dalam apakah benar itu suaminya, tapi mengapa Ia berdua dengan seorang wanita di tempat umum seperti ini. Tampaknya mereka juga nyaman sekali ketika mengobrol.
"Iyaa itu mas Ikmal." suaranya berubah menjadi parau dan seketika itu juga cairan bening menetes dipipinya.
Latifa memperhatikan Ikmal dari jauh yang tanpa ragu dipeluk oleh wanita itu, rasanya sakit sekali melihat suami bermesraan dengan wanita lain disaat istrinya tengah mengandung dan disaat istrinya sendiri susah menghubunginya.
Latifa sudah mengirimi Ikmal pesan namun tidak ada balasan, menelepon Ikmal untuk meminta izin juga tidak ada jawaban. Ponselnya mati seakan-akan Ikmal tak ingin Latifa tahu jika Ia bermain api di belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Fitrah Yang Terkirim
Spiritualité"Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu...