🌹Fitrah 6 : Sahabat atau Cinta?🌹

72 13 11
                                    

"Ku percaya bahwa dirinya yang terbaik namun kenyataannya Dia lah yang membuatku kecewa"
-Latifa Jannah Khairunisa

🌹🌹🌹

"Mah... Hari ini Ifa libur dulu ya, badan Ifa sakit semua. Sabtu kan abis rihlah juga, terus kemarin kecapean kerja kelompok bareng Salma." Latifa terbaring lemah dengan selimut yang membekap tubuh mungilnya.

Kemudian Auliya menghampiri dan membuka selimut anaknya.

"Ifa udah solat subuh belum?" meletakkan telapak tangannya di dahi Latifa.

"Udah mah." ucapnya dengan mata terpejam.

"Iya udah nanti mamah bikinin surat izin, biar papah yang ngirim ke sekolah kamu sekalian antar Rizky." Auliya pergi meninggalkan anaknya yang masih terbaring lemah di kasur.

Air mata Latifa kembali menetes walau dengan mata terpejam, itulah yang bisa Ia lakukan saat ini menangis di balik selimutnya, berharap tidak diketahui oleh siapa pun.

•••

Khaira berjalan santai melewati pintu masuk lobi sekolah, kemungkinan tidak ada upacara di lapangan sebab semalaman hujan mengguyur Ibu Kota dan sampai saat ini pun gerimis masih mengundang.

"Yah basah lagi rok nya." mengibaskan rok putihnya yang basah karena terkena hujan.

"Khaira, come here!"

"Yes mam muji, what can I do for you?" sambil mencium tangan gurunya itu.

"This is a letter from a friend in your class. Please tell your class leader and secretary! " perintah Bu Muji guru bidang Sastra Inggris di kelasnya

"Ok. Thank you mam, I will convey."

"Smart girl, you're welcome Khaira. Have a good study!" Khaira tersenyum lalu pamit meninggalkan bu muji yang masih sibuk menuliskan absen.

Khaira bingung memandangi surat tak bernama yang terbungkus amplop putih itu, yang sekarang ada di tangannya. Tetapi ujung amplop itu sudah tidak merekat, kemungkinan bu Muji sudah membacanya.

Karena rasa manusiawi yang kepo, Khaira memutuskan untuk melihat isi dari surat tersebut lalu membacanya.

"Latifa Jannah Khairunnisa."

"Ya Allah Ifa sakit apa? Syafakillah Ifa." Khaira melaju cepat menuju kelasnya yang berada di lantai tiga.

"Araa..." seseorang yang tak asing bagi Khaira memanggilnya.

"Iya ada apa?"

"Kue dari umi buat kamu." ucap Ikmal memberikan sekotak kue buatan umi nya.

"Oalah... makasih a'Ikmal. Ara jadi kangen uwa deh, nanti mau main ah. Kalo sempet. Hehehehe" nyengir kuda.

"Yaudah ke kelas dulu ya, dimakan loh! Boleh dibagi-bagi tapi jangan lupa sisahin buat kak Ikfar iniiii!" canda Ikmal dengan wajah tampannya.

"Iyain biar tambah sholeh." seketika Khaira melihat rambut Ikmal yang sedikit basah.

"Aamiin." Ikmal mengaamiini perkataan Khaira sambil mengusap-usap rambut kepalanya yang basah.

Sebuah Fitrah Yang TerkirimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang