🌹Fitrah 35 : Tentang Cinta, Kepercayaan dan Kue Cubit🌹

19 6 14
                                    

Ikmal segera menuju mobil lalu mencari kabel data, akhirnya Ia bisa mengisi daya ponselnya lagi. Segera Ikmal mengaktifkan ponselnya dan benar saja beberapa pesan dari Latifa masuk.

Khaira yang dibuat bingung apakah Ia harus menjawab panggilan dari Ikmal atau tidak, sebab Latifa tidak mengizinkannya untuk menelepon atau menerima telepon dari Ikmal.

"Ara.. gimana Latifa?" dari kejauhan Auliya sedikit berlari diikuti oleh suaminya dan Rizky.

"Hm sekarang lagi ditangani dokter. Ibu maafin Ara ya. Ini salah Ara karena Ara ngajak Ifa makan di cafe."

"Enggak kok sayang ini bukan salah kamu, Latifa udah izin ke mama sama suaminya juga. Mudah-mudah Latifa gak kenapa-kenapa ya, Aamiin."

Auliya melihat ponsel anaknya yang terus berdering.

"Ra kenapa gak diangkat itu siapa yang telepon?" Khaira bingung bukan main.

"Ini A'Ikmal bu, cuma Ifa gak izinin Ara buat ngabarin."

"Hah kenapa? Yaudah sini ibu aja yang angkat."

Akhirnya Ikmal mendapat sambungan telepon namun bukan suara Latifa yang terdengar.

"Wa'alaikumusalam Ikmal kamu dimana?" Auliya menjelaskan semua yang terjadi pada Latifa.

Ikmal bergetar hebat kala mendengar apa yang tengah menimpa Latifa, Ia kecewa pada dirinya sendiri sebagai suami yang tidak ada di samping istrinya ketika sang istri mengalami kesusahan. Ikmal yang begitu khawatir bergegas menuju rumah sakit untuk memastikan kondisi Latifa.

●●●

"Alhamdulillah kandungan bu Latifa baik-baik saja, kram perut di trimester kedua ini kemungkinan bisa terjadi pada ibu hamil. Saya sudah memberikan obat pereda rasa sakit dan beberapa vitamin tambahan. Sekarang bu Latifa sudah bisa di jenguk." jelas Dokter.

"Terima kasih dok." ucap Auliya dan Khaira bersyukur Latifa baik-baik saja sekarang.

"Saya permisi dulu." pamit Dokter itu.

Mereka semua masuk untuk melihat Latifa yang sedang terbaring di ranjang rumah sakit. Syukurlah Latifa terlihat baik-baik saja, walaupun wajahnya terlihat cukup pucat.

"Mah Ifa mau pulang aja sekarang! Ifa udah gak apa-apa kok. Ifa udah kuat dan udah bisa jalan lagi." pinta Latifa.

Tanpa berpikir Auliya dan Dama mengindahkan permintaan sang anak. Saat perjalanan menuju lobi, Latifa terkejut melihat Ikmal yang datang dan langsung memeluknya.

"Latifa!" panggil Ikmal.

Bukannya senang melainkan hatinya begitu tersayat, darahnya mendesir hebat sakit sekali mengingat bagaimana Ikmal memeluk wanita lain di tempat umum.

"Astaghfirullah sayang kamu baik-baik aja kan? Aku minta maaf ya, aku minta maaf." bisiknya parau sambil memeluk Latifa.

Mereka berdua sama-sama meneteskan air mata namun lihat betapa sakitnya Latifa yang dipeluk oleh Ikmal yang bahkan pelukannya itu juga diberikan kepada wanita lain.

"Ngapain kamu ke sini? Aku baik-baik aja mas dan kamu gak usah pura-pura sedih buat aku." ketusnya penuh penekanan.

Latifa melepaskan pelukan Ikmal dan menatap mata Ikmal tajam.

"Kamu gak usah sok peduli sama aku, sana kamu selingkuh aja sama wanita lain! Peluk aja sana wanita lain! Ngapain pake peluk-peluk aku. Ternyata cinta mas Ikmal gak tulus buat Latifa."

Ikmal mencerna ucapan Latifa dan ucapan itu membuat semua orang yang ada di dekatnya kaget bukan main.

"Mah.. Ifa mau pulang sama mamah, Ifa mau ke rumah mamah aja. Ayo mah!" Latifa menarik Auliya untuk pergi dengannya diikuti oleh Khaira dan Rizky dari belakang.

Sebuah Fitrah Yang TerkirimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang