Latifa terbangun dari tidurnya, sekarang tepat pukul 02.00 pagi WIB. Entah mengapa perutnya begitu sakit dan juga lapar, karena tak tega membangunkan Ikmal berujunglah grasah-grusuh yang akhirnya membuat Ikmal sendiri terbangun dari tidurnya .
"Ada apa hm?" mengucek matanya yang kantuk.
"Perut kamu sakit Fa, kok pegangin perut terus?" Ikmal terduduk melihat istrinya yang tampak gelisah tidak enak.
"Hm maaf kak jadi kebangun ya" ucapnya malu menarik selimut.
"Aku laper hehe" cengir Latifa tak berdosa. Ikmal yang melotot dan langsung melihat jam.
"Hm kirain kenapa. Tuh kan, semalem ditawarin makan gak mau, sekarang aja laper. Dasar istri." telunjuknya mencolek hidung Latifa.
Ikmal beranjak dari kasur menarik tangan Latifa menuju bar kecil di dalam kamar hotel.
"Maafin kakak ya, kakak lupa kasih tahu kalau disini ada kulkas dan ada beberapa makanan juga, hm yaudah sekarang makan gih yang ada!" mengusap kepala Latifa lembut lalu mengambil air minum dan duduk di meja makan
"Kak Ikmal gak makan?" Ikmal menggeleng dengan senyuman yang begitu manis.
"Udah kenyang banget tadi pas di acara makan kue terus."
Ikmal memperhatikan Latifa yang sedang lahap menyantap kue cokelat, "pelan-pelan sayang!" mengusap cokelat yang menempel di sudut bibir Latifa.
Latifa pun langsung malu dan benar saja pipinya merah saat itu juga.
"Ternyata gampang banget ya buat kamu tersipu, kakak suka kalau muka kamu udah merah gitu. Haha." diakhir kalimat Ikmal tertawa.
"Ih kak Ikmal udah ah jangan diliatin terus!" sebal Latifa yang mencubit pinggang Ikmal.
"Aw iya iya ampun. Galak banget si Fa, hm tapi kakak cinta sama Latifa. Latifa cinta gak sama kakak?"
Latifa tidak menjawab.
"Tuh kan merah lagi mukanya." Ikmal puas dengan mudahnya menggoda Latifa.
"Ih males ah." Latifa yang hendak pergi langsung ditarik untuk kembali duduk di depan Ikmal dan dalam satu gerakan Ikmal berhasil mencium bibir ranum Latifa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Fitrah Yang Terkirim
Spiritual"Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu...