🌹Fitrah 16 : Siapa?🌹

25 5 4
                                    

"Gimana sayang udah ada panggilan dari interview kemarin." tanya Auliya.

"Belum mah..." jawab Latifa muram.

"Sabar aja ya. Pasti nanti dapet kerjaannya." mensuport anaknya agar tetap semangat. Toh tidak terlalu penting sebab Latifa adalah anak perempuan. Tetapi Ia ingin sekali memiliki pekerjaan dan bisa membantu keluarga yang terbilang sudah lebih dari cukup kebutuhannya.

Papahnya tidak menginginkan Latifa untuk bekerja, lebih baik di rumah dan membantu Mamah. Tetapi kukuh Latifa yang tetap ingin bekerja untuk mencari pengalaman, memanfaatkan ijazah serta kemampuannya. Dan juga berkarir sesukses wanita karir namun tetap fokus pada kodratnya.

"Aamiin, makasih Mah.." Latifa tersenyum.

🌹🌹🌹

Ikmal menyesap kopinya, menatap kosong jendela luar hotel. Pikirannya kembali pada kejadian malam yang sudah lama berlalu itu.

Flashback On

"Ra kebalik harusnya Ara di depan." Ikmal tersenyum kecil melihat Latifa yang berteriak malu-malu seperti itu sedangkan adik sepupunya hanya tersenyum menang di belakang.

"Udah-udah! Kamu pake aja seatbeltnya ya Fa. Nanti tambah malem kita pulangnya." datar Ikmal. Entah sejak kapan jantungnya berdetak lebih cepat, terasa panas hingga peluhnya mengalir padahal AC mobilnya hidup.

Latifa hanya menunduk tak berani melihat apapun. Ia merasa malu, benar-benar malu pada situasi ini. Setelah kejadian menyeramkan itu Latifa dibuat malu dengan situasi sekarang. Seakan hidupnya selalu diputar dengan kejutan yang membuat jantungnya selalu marathon.

"Arahin jalannya ya!" Ikmal masih fokus menyetir namun menyadari Latifa yang tak berani menatapnya.

"Ra, jalannya arahin!" Kini menjerumus kepada Khaira yang tengah asik membaca buku. Bisa-bisanya Khaira tenang membaca buku dengan penerangan yang minim itu.

"Iya kak lurus aja ke jalan Darma, nanti masuk gerbang komplek!" Khaira menjawab dengan tenang. Ikmal sendiri hampir lupa padahal dulu pernah mengantar Latifa pulang.

"Fa, itu ngaca dulu deh mendingan, rapihin lagi make up kamu. Nanti mama kamu khawatir." tiba-tiba Khaira menyuruhnya untuk berkaca sedangkan ada seseorang disampingnya. Dengan terpaksa membuang jauh-jauh rasa malunya Latifa merapikan dirinya kembali.

Sesampainya di rumah. Auliya dikejutkan oleh putrinya yang berjalan terjingkat-jingkat seperti itu.

"Udah mama bilang heelsnya ketinggian, tuh kan jadi lecet kaki kamu." tutur Auliya cemas.

"Ara makasih ya udah anter Ifa sampai rumah. Hmm itu... siapa ya Ra, kok gak masuk?" Auliya menunjuk pria tampan yang berdiri di samping mobilnya.

"Oh itu kakak sepupu Ara bu, mungkin malu hehe." Khaira melambaikan tangan supaya Ikmal ikut masuk.

"Assalamu'alaikum. Saya Ikmal bu. Kakak sepupu Khaira dan juga kakak kelas Latifa waktu SMA." sapa Ikmal tersenyum ramah.

"Wa'alaikumusalam." Auliya tersenyum hangat melihat kesopanan pria tampan ini. Pria dengan badan tegap bersetelan kemeja yang digulung setengah tangan itu membuatnya semakin berkarisma.

"Kalau gitu Ara sama a'Ikmal permisi dulu ya bu, udah malem gak enak. Kayaknya Ifa juga capek perlu istirahat." pamit Khaira menyalami tangan Auliya yang diikuti oleh Ikmal.

"Assalamu'alaikum." ucap khaira dan Ikmal ramah.

"Wa'alaikumusalam."

Flashback Off

Sebuah Fitrah Yang TerkirimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang