"Sial..."
Marah Dito merutuki dirinya sendiri karena rencananya gagal untuk melamar Latifa. Ditambah lagi ada satu syarat yang Latifa berikan untuk orang yang ingin melamarnya.
"Argghhhhhh.."
Dito ingin menyerah. Sebenarnya Dito ingin berhenti mencintai Latifa yang sedari dulu sudah bersahabat dengannya, tapi selalu gagal. Perasaan itu selalu muncul lagi dan lagi.
"Kenapa harus ngapalin surat Ar-Rahman sih. Kaya anak kecil aja." itulah pikiran seorang Dito, yang selalu menganggap remeh apapun.
"Kenapa gak minta uang? Rumah? Perhiasan? atau apalah? Argghhhhhh Ifa..."
Semua ini memang salahnya karena mencintai sahabatnya sendiri dan berujung fatal seperti ini, terobsesi untuk memiliki sesuatu yang bahkan sesuatu itu sendiri tidak ingin dimiliki.
Latifa pasti sangat membenci dirinya yang belakangan ini menjadi kasar, bahkan brengsek memperlakukan Latifa dan membuat Latifa ketakutan jika harus melihatnya lagi.
Dito menatap dirinya di cermin, membuka kaosnya lalu melemparnya ke sembarang arah. Terpampang jelas tubuh atletisnya, mengacak-acak rambutnya dan membasuh wajahnya dengan air. Kurang apa sebenarnya Ia?
Ferdito Atmowijaya atau yang lebih dikenal sebagai Dito, sekarang bukanlah Dito yang dulu. Kini perusahaan tekstil milik Ayahnya sudah menjadi milik Dito seutuhnya. sebenarnya Ia tidak mau meneruskan perusahaan ini tetapi Dito adalah anak satu-satunya yang dipunya jadi sekarang perusahaan ini semuanya di bawah penuh kendali dan tanggung jawab seorang Dito.
Seharusnya Latifa bangga terhadap Dito dan tentu saja Latifa akan bahagia jika melangsungkan hidup bersama dengan Dito yang tidak ada kurangnya sedikitpun dalam hal materi. Semoga saja impiannya untuk menjadikan Latifa seorang istri bisa terwujud.
Tampan, Kaya, bahkan sekarang Dito adalah Pewaris perusahaan tekstil yang terkenal. Semua wanita ingin bersama Dito. Tapi yang Dito pilih hanyalah sahabatnya.
Dito berpikir sejenak. Bisakah Ia menghafalkan surat Ar-Rahman dalam satu minggu dan menunjukkan bukti keseriusannya kepada Latifa agar bisa memilikinya secara sah dan resmi.
Apapun yang terjadi Dito akan usahakan itu.
🌹🌹🌹
Tasbih di genggaman Latifa menghantarkannya untuk berdzikir, mengingat dan memuji nama baik Allah.
Latifa berharap syarat yang Ia berikan itu tidak membebani siapapun. Dirinya hanya ingin melihat keseriusan dari seorang pria yang akan menjadi suaminya kelak.
Latifa melepas jilbab instannya, merebahkan tubuh di atas kasur empuk miliknya.
Memejamkan matanya kembali mengingat kejadian sehabis maghrib itu. Bahkan Ia tidak turun untuk makan malam dan mengurung dirinya untuk terus berdzikir, menyerahkan semuanya kepada Allah swt.
Mengistikharahkan apapun yang terjadi untuk ke depannya. Menjerit dalam hati bahwa Ia tidak ingin menikah untuk saat ini, waktunya belum pas. Sejujurnya Latifa belum siap membina rumah tangga.
Astaghfirullah...
Latifa ingat bahwa hadirnya cinta adalah sebuah fitrah dari Allah swt, apakah Ia sudah siap sehingga Allah memberikan banyak kode untuk dirinya, menampilkan banyak kejadian aneh yang selalu membuat hatinya berdegup kencang.
Kodenya tidak lain adalah ketika Ia dibersamakan dengan Ikmal, pasti ada saja yang di dalam dirinya ikut mendesir seperti darahnya, jantungnya yang berdetak lebih cepat. Bahkan Ikmal selalu ada di saat Ia mengalami kesusahan dan kesakitan. Ikmal selalu ada disaat Latifa membutuhkannya tanpa diduga-duga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Fitrah Yang Terkirim
Spiritual"Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu...