"Udah Na, mau sampai kapan lo hidup dengan masa lalu lo?"
"Percuma lo nulis ribuan kata, lo nangis nangis, ngegalauin hal yang gak jelas kaya dia!" sambungnya.
"Lo gak tau perasaan gua Bra! Lo gak tau gimana rasanya suka sama seseorang sampai sebegini dalamnya!" kata Ana dengan sorot tajam pada sahabatnya, Ibra.
"Na, dengerin gua. Dia aja gak peduli sama lo, Dia gak tau perasaan lo, seberapa cinta lo ke dia. Dia nggak tau Na!" Ibra kembali mempertegas ucapannya. Dia geram sendiri dengan tingkah sahabatnya yang dengan bodohnya bertahun tahun mencintai orang yang sama dalam diam.
Rayana, atau gadis yang sering di panggil Ana itu terdiam, menatap kosong pada beberapa bait kata yang dia tulis tersirat akan cinta. Kemudian pandangannya beralih pada tumpukan buku dairynya, semua tentang dia masih tersimpan rapi disana. Gadis itu menggigit bibir bawahnya menyadari kebodohan dirinya, matanya kembali berkaca kaca. Tapi, dia tak kuasa akan hatinya. Dia tak bisa memaksa perasaannya.
"Hiksss, gua juga cape Bra! Gua pengen lupain dia, tapi nggak bisa. Gak segampang itu Bra." tangis Rayana pecah, dia membenci dirinya sendiri. Dia membenci perasaannya.
Kamar yang baru ia tempati enam bulan lalu itu menjadi saksi kerapuhan dirinya tentang cinta. Dia tak bisa mengontrol perasaannya, Ana adalah tipe gadis yang jika mencintai seseorang akan jatuh sedalam dalamnya walaupun cintanya bertepuk sebelah tangan.
"Husttt, sorry Na, gua nggak maksud nyalahin elo. Gua cuma... Ck Arrghhh!! Sorry Na." ucap Ibra dengan memeluk erat sahabatnya.
"Andai gua tau siapa dia Na, udah gua abisin tuh orang. Brengsek banget bikin sahabat gua nangis kaya gini." kata Ibra membatin.
Banyak orang yang mengatakan bahwa mencintai dalam diam adalah cara terbaik untuk mencintai. Tapi nyatanya setiap keterdiaman atas Cinta hanya menimbulkan kesakitan yang bahkan membutuhkan waktu lama untuk sembuh.
Rayana telah membuktikan semuanya, tentang memendam perasaannya pada laki laki yang dia temui sekitar lima tahun lalu dimasa putih abu-abu.
Bukannya tidak mau melupakan, tapi gadis pendiam itu terlalu dalam menaruh rasa pada laki laki yang dikenalnya. Kenangan tentang laki laki itu masih memenuhi hati dan pikirannya.
"Hustt udah ya..." kata Ibra sembari mengusap punggung kecil sahabatnya.
Ana mengusap air matanya kemudian melepaskan pelukan Ibra dan kembali merebahkan tubuhnya ditempat tidur meninggalkan kumpulan puisi dimeja belajar dan Ibra yang mematung disana.
"Na," panggil Ibra, tapi Ana diam. Alih alih menjawab dia malah menutup tubuhnya dengan selimut.
"Ya udah, gua keluar ya." sebelum keluar kamar, Ibra mengusap surai Ana pelan. "gak usah nangis lagi. Mimpi indah ya." katanya lalu melangkahkan kakinya keluar kamar.
Selepas kepergian Ibra, Ana menatap kosong langit langit kamarnya. Malam ini kembali menjadi malam kelabu, malam yang membawa kenangan terindah sekaligus menyakitkan untuk perasaan Ana. Dia kembali mengenang kenangan beberapa tahun silam tentang laki laki pujaannya.
Mata sipit, senyuman yang manis, dan suara itu masih terngiang jelas dipikirannya. Sosok yang dulu dia temui dikoridor sekolah sore itu berhasil membuat dia setengah gila karena ingin dicintai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rayana
Teen FictionRayana, Kisah cinta dalam diam seorang gadis yang penuh luka. Tentang Rayana dan Takdirnya. Jika mereka mengatakan cara mencintai paling indah adalah dengan mencintai dalam diam, rasanya Ana sudah khatam dengan rasa sakitnya mencinta. Akankah kisah...