Ibra sudah duduk di suatu ruangan yang terlihat cukup rahasia. Seperti ruang rapat yang didalamnya tersimpan beberapa berkas penting. Cukup banyak dokumen yang tersusun rapi di lemari, Ibra mengedarkan pandangannya. Ia masih kagum dengan apa yang ia lihat.
"Fokus! " Kata Bagas membuat Ibra kembali pada apa yang sedang mereka bahas.
"Lihat, ini orang yang ngelecehin Ana. " Ucap Zura memberikan selembar foto pada Ibra.
Alis Ibra terangkat seolah bertanya apa yang selanjutnya akan dia lakukan?
"Dia dimana? " Tanya Ibra."Lo pasti tau dimana basecame mereka, lo ga ada niatan nyerang balik apa, Ra? " Tanya Ibra dengan sedikit kesal. Kenapa semua berjalan lambat?
"Gua tau, gua paham apa yang harus gua lakuin. Tapi kita ga bisa gegabah Bra. Keberadaan Reza masih dilacak, lo kan tau dia pernah jadi buron polisi. Ga gampang buat nemuin dia." Jawab Zura. Ibra menunduk lesu mendengar perkataan Zura. Dia sendiri tidak bisa melakukan apa apa, dia harus bagaimana untuk membalaskan dendam Ana?
"Kalo nyerang ke basecame mereka, gua ga bisa korbanin anak anak lagi Bra. Udah cukup, pertempuran beberapa tahun lalu jadi pertempuran terbesar dan terakhir antara Jalu dan Cobra." Zura mengatakannya dengan menerawang jauh, kembali memutar kejadian beberapa tahun silam yang masih membekas di hatinya. Bagas yang melihat pun meneouk bahu Zura mencoba menguatkan kembali sahabatnya.
"Ra! Zura!!" Teriak seseorang berambut ikal yang tadi menghamoiri Ibra.
"Kenapa Ris?" Tanya Zura melihat kepanikan diwajah Boris
"Anak anak Cobra ada dibawah." Ucap Boris.
"Jangan biarin mereka masuk! Kasih tau anak anak, jangan ada yang bawa senjata apapun." Ucap Zura, lalu berdiri dari duduknya. Menyambar jaket hitam yang berlambang JALU di punggungnya lalu mengikatkan Slayer hijau milik mendiang kekasihnya ditangan kirinya.
"Kita turun. " Ucap Zura tegas, keluar dari ruangan dan diikuti anak anak lainnya termasuk Ibra.
Diluar sudah ada sekitar 15 orang geng COBRA yang entah motifnya apa mereka mendatangi basecame JALU.
Senyum sinis itu terlihat jelas dari raut wajahnya Jordan, panglima COBRA saat melihat Zura berjalan mendekati mereka.
"Rafasya Azura. Cewe sok kuat yang ditinggalkan mati kekasihnya, Jio Pramodya! Dan... Ditinggal mati sahabatnya, Angga! Gimana? Masih waras kan, lo? " Ucap Jordan dengan tersenyum sinis pada Zura.
"Seperti yang lo liat." Jawab Zura cukup tenang. Kedua kubu itu terdiam cukup lama, dengan saling melempar tatapan penuh kebencian.
"Apa kabar, Zura? "
Degggg
Suara itu, suara yang hampir membuatnya kehilangan akal sehat karena rasa trauma yang cukup dalam.
Seseorang muncul dibalik punggung tegap Jordan, dia menyeringai menatap tepat pada manik mata Zura yang sudah berkobar api amarahnya.
"Dia salah satu dari mereka kan, Ra? " Tanya Ibra memastikan bahwa dugaannya benar, bahwa wajah itu adalah salah satu dari yang melukai Ana.
"Brengsek!! " Teriak Ibra lalu berlari memberi bogeman keras pada Dio. Seseorang yang sudah menghancurkan hidup sahabatnya.
Serangan dari Ibra menjadi awal pertempuran dari kedua kubu setelah sekian lama. Dari jumlahnya pun sudah pasti COBRA kalah telak. Tapi buka COBRA namanya jika mundur begitu saja, harus ada yang ditumbalkan. Salah satu dari mereka harus bisa membuat anak anak JALU cidera parah.
Disela pertempuran Zura menatap tajam pada orang dihadapannya, dia tidak pernah lupa siapa pembunuh sahabatnya. Iya, Dio. Angga meninggal ditangan Dio, saat pertempuran hebat beberapa tahun silam itu terjadi Angga tewas meninggalkan luka traumatis yang cukup dalam dalam benak Zura.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rayana
Teen FictionRayana, Kisah cinta dalam diam seorang gadis yang penuh luka. Tentang Rayana dan Takdirnya. Jika mereka mengatakan cara mencintai paling indah adalah dengan mencintai dalam diam, rasanya Ana sudah khatam dengan rasa sakitnya mencinta. Akankah kisah...