Masalalu lagi

4 0 0
                                    

Nyatanya melawan masalalu adalah tantangan paling berat. Menembus lara, menghadapi trauma, mencari jalan keluar agar sampai pada titik bahagia. Masalalu yang menyakitkan terlalu sulit dilupakan. Bahkan kenangan indah sekalipun rasanya tak bisa menepis kisah pilu yang tersimpan rapi dalam ingatan. Apalagi jika bertemu pada hal hal yang membawa kenangan buruk itu kembali terlihat jelas, Sesak rasanya.

Sepertinya semesta selalu memberi kejutan terhebat untuk Rayana, setelah beberapa hari lalu terluka karena Ayahnya kini dia harus kembali menguak lara dengan hadirnya sosok dari masalalunya.

Azura. Gadis tomboy cantik yang kini berada tepat dihadapan Ana. Gadis yang menjadi saksi kematian kakaknya.

"Apa kabar?" tanya Zura setelah bertatapan cukup lama.

"Ibra, gua tunggu diluar." kata Ana lalu pergi begitu saja mengabaikan Zura.

"Loh, Na!!" panggil Ibra yang juga tak dihiraukannya.

"Eh, Hallo gua Ibra. Lo kenal sama dia?" tanya Ibra pada Zura sambil menunjuk Ana yang sudah tak terlihat punggungnya.

"Gua Zura. Yaaa.. Dulu gua kenal baik sama dia. By the way... Tolong jagain dia." ucap Zura lalu pergi membawa beberapa bungkus makanan.

Diluar Warteg Ana tertunduk lesu, kakinya lemas dengan degup jantung yang cepat. Matanya mulai memanas, ingatannya beberapa tahun silam kembali berputar jelas. Derap kaki terdengar seseorang keluar dari sana, mata mereka saling bersinggungan. Mata Zura menatap Ana, lebih tepatnya pada jaket yang Ana kenakan. Zura kembali merasakannya... Merindukan sosok yang ia cinta yang kini sudah tidak bisa lagi dirasakan kehadirannya.

"Gua juga kangen Jio, Na" ucap Zura dengan senyumannya yang hangat lalu pergi meninggalkan Ana yang diam tak menanggapi dengan sepatah katapun.

Ana mengeratkan jaketnya, seolah merasakan dekapan Jio disana, kepalanya tertunduk dalam dengan mata yg mulai memanas.

"Yuk, Na!" Kata Ibra sambil membawa dua bungkus nasi ditangannya. Tanpa menatap Ibra, Ana berjalan begitu saja mengambil kantong plastik ditangan Ibra. Ibra yang pekapun langsung menuju motornya.

Sepanjang jalan pulang sesekali Ibra melihat wajah Ana dari kaca spion. Tak ada tawa atau binar bahagia yang tadi pagi masih terpancar. Dia percaya bahwa semua itu karena gadis yang mereka temui tadi, Azura.

Tadi saat menunggu pesanannya siap, Ibra sempat ngobrol sedikit dengan Zura. Dan siapa sangka dia adalah kekasih Jio, kakak Ana yang tentu juga memikul luka dalam atas kepergian Jio Pramodya.

"Bagi dia Jio itu segalanya. Mungkin baginya Jio itu kaya temannya, Orang tuanya, bahkan mungkin malaikat pelindungnya. Jadi, Bra... Gua harap lo bisa gantiin sosok Jio buat dia. " Ucap Zura sambil menatap punggung yang meringkuk didepan sana.

"Lo tahu? Jaket yang dia pake, motor yang dia bawa itu punya Jio. Pasti Jio bangga diatas sana lihat adik cewenya yang kuat kaya dia. " Senyum Zura mengembang dengan mata yang berkaca mengingat wajah damai Jio yang masih jelas diingatan. Begitu pula Ibra menatap Ana dengan senyum bahagia.

***

"Lo mau balik kapan?" tanya Ibra setelah selesai menelan suapan nasi terakhirnya.

"Ha? Balik kemana?" tanya Ana.

"Kerumah gua lah bego, sekarang rumah gua rumah lo juga." jawab Ibra.

Ana terdiam memikirkan semuanya. Dari ayahnya, dan masalalu sang kakak yang tiba tiba hadir begitu saja.

"Sore ini." jawab Ana membuat Ibra terkejut senang.

"Serius lo, Na? Lo nggak akan kabur lagi, kan?" Ibra berusaha memastikan.

RayanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang