Tok tok tok...
Suara ketukan pintu membuat Ana terbangun dari tidurnya. Dilihatnya benda pipih diatas nakas, baru pukul 5 pagi. Siapa yang membangunkan Ana sepagi ini? Dan ada apa?
Tok tok tok...
Suara ketukan pintu kembali terdengar. Setelah mengikat asal rambut sebahu miliknya, Ana segera beranjak dari tempat tidur.
"Ibra? Kenapa?" tanya Ana sembari mengucek matanya yang masih terasa berat untuk dibuka.
"Hari ini gak ada acara kan lo?" tanya Ibra.
"em... Ga ada, kenapa?"
"Oke. Ikut gua!" Kata Ibrani menarik Ana keluar dari kamar. "
Ibra menghentikan langkahnya saat menyadari sesuatu.
"Ganti baju dulu sana! Pake trening panjang! Awas lo pake trening pendek!!! " Kata Ibrani lalu membiarkan Ana melenggang pergi ke kamarnya.
"Lima menit! " Teriak Ibra.
Tak menggubris ucapan sahabatnya, setelah sampai kamar Ana malah kembali merebahkan tubuhnya ditempat tidur.
15 menit telah berlalu, namun batang hidung Ana tidak juga terlihat oleh Ibra. Ibra segera menuju kamar Ana.
"RAYANA! " teriak Ibra saat mendapati Ana yang tidur pulas dengan masih mengenakan piyamanya.
"Bangun gak! Disuruh ganti baju dari tadi malah asik tidur." Ibra membangunkan Ana secara paksa, dia tarik tangan Ana sampai sahabatnya itu duduk lalu memasukkannya ke kamar mandi.
10 menit berlalu, Ana keluar kamar mandi dengan clana terining panjang sesuai permintaan Ibra dan sweeter putih senada dengan pakaian yg dikenakan Ibra.
"Katanya mau lari pagi, kok pake motor? " Tanya Ana saat melihat Ibra mengambil kunci motor yang tergeldtak diatas lemari kecil di ruang tengah.
"Udah si, tinggal ngikut doang apa susahnya?! " Kesal Ibra lalu pergi menuju sepeda motornya meninggalkan Ana.
***
Ibra menghentikan motornya di taman kota, disana cukup ramai. Apalagi hari ini hari minggu, banyak pasangan muda mudi yang mengawali paginya untuk berolah raga atau sekedar mencari jajanan untuk menyerap.
"Yok! " Ajak Ibra seperti biasa dia meninggalkan sahabatnya. Ana mengekor dibelakang punggung tegap Ibra.
"Aduh! " Kata Ana kesakitan sambil mengusap dahinya yang terbentur punggung Ibra begitu saja.
"Bisa nggak, kalo mau berhenti tuh bilang dulu! " Kesal Ana tapi tak dihiraukan sahabatnya, Ibra malah mengangkat tangannya memberi isyarat untuk diam, lalu mengangkat telvonnya yang beberapa saat lalu bergetar tanpa henti. Ana langsung mengatakan bibirnya melihat raut wajahnya serius Ibra yang menakutkan.
"Kenapa?" Tanya Ana setelah Ibra mematikan panggilannya.
"Ikut gua." Tidak seperti sebelumnya, kini Ibra menggenggam erat tangan Ana dan berjalan dengan langkah cepat.
Dahi Ana mengernyit heran saat Ibra memasuki salah satu gedung usang yang ternyata didalamnya menyimpan beberapa barang antik dengan sangat rapi.
"Bang! " Ucap Ibra sambil melambaikan tangannya pada seseorang.
Ana mematung melihat seseorang yang kini berada tepat didepan pandangannya.
Beberapa waktu sudah berlalu tapi Ana masih diam tidak mencerna apapun yang dikatakan dua orang dihadapannya. Iya, Ana Ibra dan Orang yang dipanggil Abang oleh Ibra yang tidak lain adalah Akbar, cinta pertama Rayana dimasa putih abu-abu abunya. Kini mereka tengah berbincang dimeja bundar yang ada disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rayana
Teen FictionRayana, Kisah cinta dalam diam seorang gadis yang penuh luka. Tentang Rayana dan Takdirnya. Jika mereka mengatakan cara mencintai paling indah adalah dengan mencintai dalam diam, rasanya Ana sudah khatam dengan rasa sakitnya mencinta. Akankah kisah...