Call me Mpiw!
Maaf baru bisa up book ini sekarang🙏🏻Hari sudah mulai gelap. Tapi Jeka masih diam di teras belakang rumahnya. Dia sedang galau pren') Ia masih memikirkan Alisianya yang ia tinggalkan saat menangis tadi.
Ditemani dengan lagu What Is Love Jeka merenungkan kejadian di rumah Alisia tadi. Agak tak nyambung sih ketika galau malah di temani lagu bernuansa se-ceria itu. Tapi sudahlah namanya juga Jeka, kalau tak absurd maka tak apdol. Lagipula lagu Korea yang dia hapal hanya itu, kasihan mengaku sebagai fanboy sejati tapi hanya tahu satu lagu saja, dasar Ardepa Junior.
Lagu itu kini sudah diputar sebanyak 12 kali. Tapi Jeka tak bosan, bahkan di keadaan galaunya sekalipun Jeka masih sempat menggetarkan tangannya menarikan Koreo dari lagu tersebut, memang sinting manusia tampan yang satu ini.
Jeka tiba tiba menghentikan lagunya, agak pengang juga telinganya lama lama.
"Ck, gimana ya bujuk Al nya, masa harus bujuk pake ciuman sih--ihhh gak gak nanti kelepasan lagi malah cium cium yang lain." Jeka bergidik ngeri membayangkan jika dirinya malah mencium bagian bagian lain di tubuh gadis mungilnya.
Jeka kemudian memukul kepalanya beberapa kali, dan menggelengkan kepalanya, "Astagfirullah sadar Jeka, bapak lu gak pernah ngajarin begitu, cabul banget ni otak!keknya bener kata kak Teo kalo gue kelebihan hormon." Lah, apa hubungannya tampan? Jika kelebihan hormon saat ini pasti Alisia sudah menjadi korbannya.
"Ini nih kenapa gue selalu ngusulin buat ruqyah lu, ngomong sendiri sambil nabokin pala sendiri, bener bener udah gak waras." Perkataan itu berasal dari Kak Teo yang baru saja keluar dari dalam rumah. kak Teo menghampiri Jeka dan duduk di samping adiknya.
"Apasih gak jelas lu." Sinis Jeka.
Kak Teo mendelik, "Yang gak jelas itu elu!ngapain diem di sini sendirian, aturan ikut sholat isya berjamaah malah nongkrong di sini, murtad Lo?"
Jeka me-nyomot mulut asal nyablak kakaknya itu, "Sembarangan! Lagian gue kira sholatnya masing masing kan biasanya juga gitu."
Kak Teo menoyor kepala adik bangsatnya itu, "Heh gak sopan banget!"
Jeka mendengus dan mencibir. "Nyenyenye."
"Papa tadi pulang sebelum isya, makannya bisa sholat berjamaah, lagian lu ngapa diem di sini?biasanya juga mantengin hp di ruang tv." Ucap Kak Teo sedikit heran dengan tingkah adiknya yang tak biasa ini, nongkrong di teras belakang rumah sambil memandang kolam, yang jelas jelas berisik dengan suara jangkrik dan katak, padahal ia tau jika Jeka tak menyukai suara berisik dari dua hewan itu.
"Lagi males, bosen mejeng di depan tv terus." Jawab Jeka.
"Halah alesan!pake bosen segala!gue juga tau lu lagi galau kan?nyesel kan gak terima permintaan Al?pasti si Al mutusin lu dan gandeng yang baru kan kan?!" Ejek Kak Teo.
Jeka menatap Kak Teo tajam, "Enak aja!Al gak gitu ya!dia setia!"
"Iya setia, setiaaap tikungan, belokan, tanjakan, turunan stok cowonya pada nangkring." Setelah mengatakan itu Kak Teo tersenyum konyol.
Jeka menggeleng tak habis fikir dengan tingkah kakaknya ini, yakin ini keturunan ardepa yang terkenal berwibawa? Tapi kok ini tak memiliki wibawa sama sekali.
"Istighfar gue tuh punya Abang stres kaya lu." Ucap Jeka, setelah itu berdiri dan berjalan dengan santai meninggalkan Kak Teo yang mencak mencak sambil berteriak di belakangnya.
"WOY JEKIII AWAS LU YA!"
💦💦💦
Jeka keluar dari kamaranya, ia baru selesai sholat isya, ia kemudian bergabung bersama mama, papa dan mas Rendi yang tengah asik berbincang di hadapan televisi.
"Udah selesai sholatnya?" Tanya Mama Rani.
Jungkook mengangguk, kemudian mendirikan bokongnya di samping mas Rendi yang asyik mengobrol kan perihal pekerjaannya di rumah sakit bersama sang papa.
"Mumpung belum terlalu larut anterin kue yang mama bawa dari toko dong bang. Ke rumah Al." Pinta Mama Rani, ahh iya Jeka memang sering di panggil Abang atau bang Jeka oleh orang orang terdekatnya padahal ia bungsu tapi kekeuh ingin dipanggil abang, itu sebenarnya panggilan dia saat kecil yang sampai saat ini sesekali masih di gunakan oleh orang terdekatnya, contohnya masih dipakai oleh Alisia dan mamanya.
Jeka diam, ia ingin menolak karena dirinya tengah bertengkar dan belum siap bertemu Alisia yang kemungkinan keadaanya mengenaskan saat ini, ia tak sanggup melihat wajah murung gadisnya itu.
"Kok diem, gak mau?" Tanya Mama Rani.
Jeka menghela nafasnya, "Mau kok, yaudah Jeka ambil dulu jaket." Jeka kemudian berdiri dan berjalan menuju kamarnya.
"Loh mau kemana Jek? Baru aja duduk masa pergi lagi?" Papa Ardepa menyahut, menatap heran putra bungsunya.
Jeka berbalik untuk menatap papanya, "Di suruh mama nganterin kue ke rumah Al." Jawab Jeka, setelah itu melanjutkan langkahnya.
Sepeninggalan Jeka, Kak Teo tiba tiba muncul dan bergabung bersama kedua orang tua dan masnya.
"Mas geser dikit." Kata Kak Teo pada mas Rendi yang masih asik berbincang dengan papanya.
Mas Rendi menoleh, perasaan Jeka tadi duduk di sampingnya muat kok?kenapa saat Teo malah tak muat?
"Pantat kamu Segede apa sih Teo?" Heran Mas Rendi, tapi kemudian ia menggeser duduknya menjadi lebih dekat dengan papanya. Jadi posisi duduknya Mama Rani di single sofa, Papa Ardepa--MasRendi--Kak Teo duduk di sofa panjang.
"Pantat aku mah slim, pantat mas kali yang kegedean." Ucap Kak Teo asal.
Namun mas Rendi tak menggubris ia lebih memilih kembali mengobrol dengan sang papa.
Merasa di cuekan, Kak Teo mendengus kemudian beralih menatap pada sang mama yang tengah fokus menonton sinetron 'ikatan batin' yang tengah heboh di kalangan emak emak.
"Ma bontot kemana?" Tanya Kak Teo heran tak melihat presensi adiknya.
"Apa nyari nyari?kangen lu?" Jeka muncul dengan jaket bomber berwarna hitam favoritnya yang dibelikan oleh Alisia saat ulang tahunnya di tahun lalu. Tak lupa sebuah paper bag berukuran cukup besar yang kelihatannya cukup berat ada di tangan kanan Jeka.
Kak Teo menatap Jeka sinis, kemudian menelisik penampilan Jeka dari bawah sampe atas. "Mau kemana Lo?"
"Mama nyuruh Jeka buat nganterin kue ke rumah Al." Sahut mama Rani.
"Bang ambil kuenya di meja makan ya, eh itu bawa apa bang?" Lanjut mama Rani menatap paper bag hitam yang di bawa putranya.
Jeka menatap sekilas paper bag di tangannya, "ini sekalian buat Al." Jawab Jeka, kemudian mengambil kue yang mama Rani maksud di atas meja. Ada dua kotak kue dalam satu paper bag berwarna hitam di atas meja, Jeka pun lantas membawanya.
"Jeka berangkat, Assalamualaikum." Ucap Jeka ketika melewati keluarganya.
"Waalaikumsalam." Serempak mereka yang ada di ruang kelaurga menjawab salam dari Jeka.
12-04-2022.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fanboy VS Fangirl[LK]
Fiksi Penggemar[⚠️DILARANG KERAS UNTUK PLAGIAT⚠️] [ON GOING] Bagaimana jadinya jika si Cewek BLINK garis keras, berpacaran dengan cowok yang mengaku ONCE garis keras. "UDAH GUE BILANG POKONYA BLEKPING PALING CANTIK!" Alisia dengan emosional berteriak pada Jeka, sa...