BAB 5 : Beri aku waktu

12.3K 542 16
                                    

••• Happy Reading •••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

••• Happy Reading •••

Gabriel terlihat fokus menyetir sembari mengobrol dengan Gita Aurellie Xander, adiknya via telepon. Tadinya Gabriel akan langsung menuju kantor saja namun setelah Gigi menghubunginya, Gabriel pun putar arah menuju salah satu universitas ternama di pusat kota, tempat Gigi berkuliah.

"Untung aja kamu nelepon buat ngingetin Kakak." Padahal 10 menit yang lalu Jenie sudah mengingatkannya hanya saja Gabriel lupa.

"Kakak ini kebiasaan. Padahal Gigi udah ingetin dari kapan tahu supaya Kakak nggak lupa," protes Gigi. Seharusnya Darren Xander, Papanya yang menjadi tamu undangan di acara yang selenggarakan di oleh pihak kampus Gigi untuk berpidato, menceritakan pengalaman dan kesuksesan yang diraihnya di usia mudanya dulu. Namun berhubung sudah dua hari Darren tengah mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit, maka Gabriel lah yang menggantikannya.

"Ya udah Kakak tutup teleponnya. Sekitar 3 menitan lagi Kakak sampai lokasi."

Setelah mengakhiri panggilan teleponnya dengan Gigi, panggilan lain masuk ke ponselnya.

"Jenie. Ada masalah Jen?" tanya Gabriel to the point. Tatapan matanya tak beralih sedikit pun dari jalanan yang ia lewati.

"Pak Dermawan sedang keluar kota dan baru bisa di temui minggu depan."

"Cuma itu yang mau kamu sampaikan?"

"Mengenai rumah yang anda cari untuk tempat tinggal sementara Bu Arini dan anak-anaknya, saya sudah menemukan beberapa tempat yang sesuai dengan kriteria anda."

"Ah begitu." Selain Leo, Jenie memang paling bisa diandalkan dalam segala hal.

"Anda bisa cek emailnya supaya saya bisa menginformasikan pada agent properti secepatnya."

"Sekarang saya masih sibuk. Nanti akan saya evaluasi."

Sambungan pun berakhir.

"Sayang... aku yakin di surga sana kamu melihat semua ini. Aku juga yakin kamu setuju dengan apa yang aku lakukan." Gabriel tersenyum membayangkan wajah Nana.

***

Setelah selesai mengisi pidato di salah satu universitas swasta ternama kemudian di lanjutkan mengunjungi pusara Nana, tujuan Gabriel selanjutnya adalah ke kantor. Ada banyak pekerjaan yang sudah menantinya.

Tiga puluh menit berlalu, Gabriel menyerah. Ia tak bisa menyelesaikan pekerjaannya dengan baik karena ia kehilangan konsentrasinya.

Gabriel menghela napas dalam-dalam kemudian beralih mengevaluasi email berisi beberapa rumah yang disewakan yang rencananya akan menjadi tempat tinggal Arini dan anak-anaknya selama rumah mereka di renovasi.

Sepanjang ia mengevaluasi email tersebut, bayang-bayang Nana ketika mereka mencari rumah untuk tempat tinggal mereka setelah nantinya mereka menikah dan juga ucapan Gia serta permintaan maaf Gia hilir mudik berputar dipikirannya.

Behind Your Smile [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang