BAB 8 : Sebagai ucapan terima kasih

8.2K 419 12
                                    

••• Happy Reading •••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

••• Happy Reading •••

"Aku suka sama kamu."

Akhirnya perasaan yang selama ini Giovanni pendam sejak ia mengenal Nadia pun bisa ia ungkapkan juga. Sungguh, Giovanni merasa lega luar biasa sudah mengungkapkan isi hatinya.

Nadia terkejut bukan kepalang mendengar pengakuan Giovanni. Apa tadi katanya? Giovanni menyukainya? Lantas apa yang harus ia katakan di saat ia tak memiliki perasaan yang sama pada pria tampan itu.

Ya, Giovanni memang tampan, mapan, memiliki segalanya dan sempurna sebagai seorang pria dewasa. Tapi hal tersebut tidak cukup untuk membuat Nadia jatuh cinta.

Sudah pernah ia katakan sebelumnya dalam story Alea dan Dante “I Was Made For Loving You” bahwa hanya Rafael lah pemilik hatinya. Ia juga sudah pernah mengatakan hal ini pada Giovanni.

"Dilihat dari ekspresi wajah kamu... aku tahu jawabnya Nad," tebak Giovanni pasrah. Baru kali ini ia mencintai seorang gadis tapi cintanya bertepuk sebelah tangan. Ternyata rasanya sesakit ini cinta tak terbalas. Tapi ini lah cinta, manisnya semanis madu dan pahitnya...

Giovanni segera menggelengkan kepalanya. Ia tidak pernah dan tidak ingin merasakan bagian pahitnya.

"Gio, aku butuh waktu."

Giovanni tersenyum tipis. "Tentu. Sebanyak apa pun yang kamu mau, Nad."

***

Dalam perjalanan pulang di antar oleh Gabriel, Gia terkekeh geli kala mendengar Gabriel menceritakan hal-hal yang sangat lucu. Kejadian-kejadian yang murni ia alami sendiri.

"Astaga, sakitnya itu nggak seberapa tapi malu nya itu loh." Gia kembali tertawa di susul tawa Gabriel kemudian.

"Benar Gia. Anyway kamu bisa segila ini juga ya kalau ketawa."

"Aku bisa lebih gila lagi dari ini." Gia menambahkan dengan memegangi perutnya.

"Cukup. Nanti gila beneran bisa bahaya," ucap Gabriel dengan candaannya. "Denger-denger pasien rumah sakit jiwa udah penuh."

"El, udah, udah. Perut aku sakit banget karena nggak berhenti ketawa." Gia mencoba menahan tawanya.

"Tertawa lah selagi bisa, Gia."

Gia melirik Gabriel sekilas. Ada yang aneh dari perkataan Gabriel barusan. Ah, mungkin ia salah dengar.

"Tertawa lah sebelum tertawa itu di larang. Benar kan?"

Gia tersenyum lebar. "Udah ah, aku capek."

Tak berselang lama mobil yang Gabriel kemudikan pun tiba di bahu jalan di depan kediaman Gia. Perjalanan mereka benar-benar tak berasa karena Gabriel menceritakan hal-hal yang konyol dan lucu membuat Gia merasa terhibur.

Behind Your Smile [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang