BAB 10 : Yakin cuma teman?

7.3K 386 15
                                    

••• Happy Reading •••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

••• Happy Reading •••

Ketika tengah meracik kopinya sendiri di mini bar yang berada di ruangannya, Gabriel mengernyitkan dahi kala melihat bungkusan dalam paper bag kanvas di atas meja kaca. Tunggu, apa sebelumnya ada yang masuk ke ruangannya dan meletakkan paper bag itu di meja? Selain dirinya, hanya Jenie lah yang ia beri akses masuk ke ruangannya.

Gabriel menghubungi Jenie. Ia yakin sepagi ini Jenie masih dalam perjalanan ke kantor.

"Pagi Jen. Udah dimana?"

"Pagi Pak El. Saya, di toilet."

Ah, ternyata Jenie sudah tiba di kantor. Ini tidak seperti biasanya.

"Apa bungkusan dalam paper bag kanvas, kamu yang meletakkannya di ruanganku?"

"Benar. Bu Gia meminta saya memberikannya pada anda. Karena saya takut lupa jadi saya langsung meletakkannya di meja anda."

Gabriel mengakhiri panggilan teleponnya kemudian melangkahkan kakinya menuju meja. Ia meninggalkan kopinya begitu saja.

Gabriel membuka bungkusan tersebut dan mengeluarkan isi di dalamnya. Satu kotak makan berukuran sedang dan di atas kotak makan itu bertuliskan ucapan penyemangat yang cukup manis di akhiri dengan emoticon senyum.

"Gia Gia," gumam Gabriel. Tanpa sadar kedua sudut bibirnya tertarik ke atas. Berhubung ia berangkat ke kantor buru-buru karena harus menyelesaikan pekerjaan penting sebelum jam 10 pagi, ia pun tidak sempat sarapan.

Gabriel mendudukkan dirinya di sofa dan mulai membuka kotak makan tersebut. Senyuman Gabriel semakin lebar melihat menu sarapannya.

Sebenarnya menunya biasa saja, nasi goreng seafood di lengkapi dengan potongan timun, wortel, tomat, selada dan telur mata sapi. Yang membuatnya tersenyum adalah telur mata sapi itu di tambahkan saus yang dibentuk menyerupai lambang senyum.

Ahh, Gabriel ingat Mommy-nya sering membuat telur mata sapi persis seperti ini saat ia masih kanak-kanak. Ya benar, ini memang kekanak-kanakan tapi... ia menyukainya.

Dari tampilannya terlihat menggiurkan tapi tidak tahu dengan rasanya.

Sebelum memakannya Gabriel mengabadikannya dengan kamera ponsel miliknya kemudian mengirimkannya pada Gia.

Tak berselang lama, Gia membalas chat darinya.

Alhasil, sambil makan nasi goreng buatan Gia, ia dan Gia pun saling berbalas chat.

Gabriel memuji nasi goreng buatan Gia yang rasanya cukup lezat. Ia tak menyangka anak bungsu dari keluarga kaya raya ternyata pandai sekali membuat nasi goreng selezat ini. Ia pikir Gia tak bisa memasak tapi ternyata dugaannya salah besar.

***

Ceklek!!

Giovanni hanya melirik sekilas ke arah pintu.

Behind Your Smile [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang