BAB 12 : Amarah yang menggebu-gebu

9.6K 429 14
                                    

••• Happy Reading •••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

••• Happy Reading •••

Gabriel dan Gia sudah berada di lokasi konstruksi selama 1,5 jam lamanya. Keduanya tengah memantau pengerjaan taman dan renovasi rumah yang sudah berjalan sekitar delapan puluh persen.

"Baru kayak gini aja tamannya kelihatan besar dan indah. Nggak terasa, bentar lagi rumah impian kamu akan rampung dikerjakan," ucap Gia dengan senyuman manis terukir di kedua sudut bibirnya.

"Bukan rumah impianku melainkan..." Gabriel menjeda ucapannya saat menyadari ia hampir saja keceplosan.

Gia mengernyitkan dahi.

"Maksud aku bukan hanya rumah impian aku, tapi sepupu-sepupu aku juga. Mereka bakalan sering nginep di rumah ini." Gabriel tersenyum lega karena menemukan alasan yang tepat. Bisa bahaya jika Gia mengetahui kenyataan yang sesungguhnya.

"Rumah ini nanti pasti bakalan rame karena kamu nggak tinggal sendirian."

Gabriel berdehem sebagai jawaban.

"Kamu bilang habis ini kamu mau ketemuan sama Pak Agung, ayo sekalian aku anterin," tawar Gabriel. Gabriel pun melangkah lebih dulu menuju mobilnya yang terparkir.

Gabriel menoleh ke belakang kala menyadari Gia tak kunjung mengikutinya. Dan saat ia menoleh sontak ia terkejut setengah mati kala tali penyangga yang tengah menahan beton di alat pemberat terlepas dan...

"Gia!!!"

Suara beton beradu dengan tanah terdengar begitu menggelegar.

Baik Gabriel, Gia dan yang lainnya yang berada di lokasi konstruksi shock bukan kepalang melihat apa yang baru saja terjadi.

Saking shock nya, Gia tidak menyadari bahwa ia berada di atas tubuh Gabriel yang memeluknya dengan sangat erat. Jika saja Gabriel tidak menariknya, Gia yakin tubuhnya sudah hancur tertimpa beton. Sungguh! Hanya dengan membayangkannya saja membuat Gia bergidik ngeri.

Gia pun memeluk Gabriel. "El." Mata Gia berkaca-kaca akibat rasa yang luar biasa.

Tanpa Gia dan Gabriel sadari, mereka tengah menjadi pusat perhatian.

"Kamu nggak apa-apa?" tanya Gabriel mencoba membantu Gia bangkit berdiri.

"A-a-aah!" Gia mengaduh kala merasakan sakit di kakinya.

Gabriel yang peka langsung memeriksanya.

"Kamu keseleo. Kita ke rumah sakit sekarang juga." Gabriel berjongkok memunggungi Gia. "Ayo, naik ke punggung aku, Gia."

Gia menganga tak percaya. Gabriel sudi menggendongnya setelah baru saja Gabriel menyelamatkan nyawanya.

***

Setelah Gia tiba di rumah sakit kemudian mendapatkan perawatan, Gabriel tak beranjak sedikit pun dari sisi Gia. Gabriel mengajak Gia mengobrol dan sesekali menanyakan kondisi Gia. Jika Gia mengeluh sakit maka Gabriel segera bergegas memanggil Dokter atau pun suster.

Behind Your Smile [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang