01. Mentari

251 18 3
                                    

Indonesia, 2022.

Musim hujan di Indonesia, membuat aktivitas warga harus selalu berhati-hati, dan siap siaga karena bisa saja tiba-tiba turun hujan. Namun, hal itu tidak dipedulikan oleh manusia bernama Mentari Putri, yang sedari tadi pagi hanya tidur diatas ranjangnya.

"Mentari, bangun!!" panggil ibunya, berusaha membangunkan Mentari.

"Punya anak namanya Mentari, tapi bangunnya tengah hari."

"5 MENIT LAGI, BU!! JANJI 5 MENIT LAGI DEH," teriak Mentari dari dalam kamarnya.

"Buruan mandi, abis itu bantu ibu nyiapin makanan, cepetan jangan lama-lama!" ujar Daniya—ibu mentari.

"Iya, nyonya."

Mentari bangun dengan keadaan rambut acak-acakkan seperti habis tersetrum, baju piyama yang ia pakai, pun, sudah tak rapi seperti sebelumnya.

Mentari mengambil handuk yang ia sampirkan dibelakang pintu, dan segera melenggang pergi kekamar mandi yang ada dikamarnya.

Setelah selesai mandi dan ganti, Mentari turun kebawah untuk membantu sang ibu menyiapkan makanan.

"Ayah kemana, Bu?" tanya Mentari.

"Biasalah, ke laboratorium. Tau sendiri, kan, ayahmu itu ilmuwan, sibuk banget sama yang namanya alat-alat diruangan itu," jawab Daniya.

"Terus Kevin udah bangun?"

Kevin Gyanendra, adik Mentari yang sangat manja pada ayahnya. Kevin baru berusia 7 tahun dan masih menempuh pendidikan dibangku kelas 1 SD. Kevin dan Mentari terkadang akur, terkadang rasanya seperti ada perang dunia ketiga ketika mereka sedang bermusuhan.

"Kevin masih mandi," jawab Daniya.

"Kamu bantu kupas bawang ini, terus kalo udah kasih ibu. Terus keatas panggil Kevin, takut dia nggak selesai-selesai mandinya."

"Iya."

Perlu kalian ketahui, walau ayah Mentari seorang ilmuwan, tapi keluarganya memasak layaknya keluarga lainnya, tak menggunakan robot.

Setelah selesai mengupas semua bawangnya, dia menyerahkannya pada sang ibu. Mentari kemudian berjalan menaiki tangga, ia berjalan menuju kamar adiknya.

"Vin," panggil Mentari, namun tak ada jawaban dari sang pemilik kamar.

Lalu Mentari masuk kedalam dan melirik kearah kasur yang berbalut seprai bergambar Tayo.

"Vin, udah selesai belum mandinya?"

"Bentar lagi, kak!!" sahut Kevin dari dalam kamar mandi.

"Nanti keburu kamu kedinginan, buruan," ujar Mentari.

"Iya, ini tinggal sikat gigi doang."

"Cepetan, ya."

Setelah keluar dari kamar mandi, ia segera menghampiri kakaknya yang sedang duduk disisi ranjang.

"Kak, ambilin bajunya Epin, dong. Yang gambar Tayo itu," pinta Kevin.

"Dih, bucin akut Tayo, nih. Yaudah, kakak ambilin."

"Ganti sendiri bisa, kan?" tanya Mentari.

"Bisa, lah. Kan, Epin kalo mau berangkat sekolah, make baju sendiri, pake sepatu sendiri. Epin, kan, udah gede," ujar Kevin.

"Idih, udah gede tapi masih manja sama ayah," sindir Mentari.

"Ya, kan, itu tandanya Epin sayang sama ayah. Ayah, kan, udah kerja seharian, nggak kayak kakak, kalo nggak sekolah, pasti kerjaannya tiduran mulu, kayak beruang."

Bunga Terakhir [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang