22. Hari ulang tahun

24 2 0
                                    

30 Maret 1987

Hari ini adalah hari di mana Erthan berulang tahun. Kali ini di rumahnya tidak ada pesta seperti tahun-tahun sebelumnya, entah kenapa hal itu terjadi.

Kini sudah pukul 19.00, Erthan akan pergi ke kamar gadisnya dan membawanya pergi. Erthan berjalan kearah kamar Mentari dengan senyum yang terukir di wajah tampannya.

Tok

Tok

"Mentari," panggil Erthan dari ambang pintu.

Pemilik kamar itu langsung bergegas membuka pintu kamarnya. Mentari, gadis itu kini tampil cantik menggunakan dress putih yang di berikan Erthan.

"Cantik," gumam Erthan pelan.

Mentari mempersilahkan Erthan masuk ke dalam kamarnya terlebih dahulu. Mereka berdua hanya saling menatap satu sama lain.

"Kita akan keluar lewat mana?" tanya Mentari.

"Lewat pintu belakang yang biasanya di gunakan para pelayan untuk pergi saat akan berbelanja ke pasar."

Mentari hanya menganggukkan kepalanya. "Kita....keluar sekarang?" tanyanya sekali lagi.

"Ayo." Erthan menarik pergelangan tangan Mentari menuju pintu belakang.

Erthan awalnya tidak tahu kalau ada pintu rahasia, untuknya nenek kesayangannya itu memberitahunya. Erthan sangat berterima kasih pada sang nenek.

Mentari menatap takjub ke sekelilingnya, bagaimana tidak takjub? Halaman rumah se luas ini dan banyaknya bunga yang menghiasi halaman rumah mampu membuat siapapun takjub bila melihatnya.

Erthan menunjuk sebuah tempat yang tak lain adalah taman. "Itu taman, ayo kesana!"

Keduanya berlari ke arah taman di iringi gelak tawa dari mereka berdua. Seandainya saja tawa itu bisa bertahan lama. Mungkin kata 'seandainya' tidak akan bisa merubah takdir.

••••••

"TUAN BESAR!!"

Eric yang sedang memeriksa dokumen di kejutkan oleh teriakkan Antono dan Antoni.

"Tuan besar! Sandera tuan....kabur!" teriak Antono.

Mata Eric seketika membola, bagaimana bisa? Kemudian dia ingat, hari ini adalah hari ulang tahun Erthan.

Tidak akan ku ampuni dia, Batin Eric.

"Cepat cari ke seluruh penjuru ruangan yang ada di rumah ini segera!" tegas Eric. "Siapapun yang membawa gadis itu pergi harus di tembak mati!"

Hana yang kebetulan lewat ruangan pribadi Eric, terkejut akan apa yang Eric katakan. Mendadak ia risau, bagaimana jika cucu kesayangannya itu benar-benar di bunuh oleh manusia kejam itu?

••••••

Di sinilah Erthan dan Mentari berada. Di taman yang biasanya menjadi tempat Erthan menenangkan dirinya. Mereka berada di bagian paling dalam, jadi tak ada orang yang mengetahui kalau mereka ada di sini.

Di sini terdapat meja bundar yang di hiasi lilin aroma beserta bunga mawar yang indah. Sebuah kue kecil dan dua gelas jus sebagai hidangan. Sederhana namun sangat berarti bagi keduanya.

"Ayo tiup lilinnya," ujar Mentari sambil tersenyum kearah Erthan.

Erthan mulai meniup lilin dan memotong kuenya. Potongan pertama ia berikan pada Mentari.

Bunga Terakhir [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang