Kamar bernuansa biru putih dilapisi emas inilah yang menjadi tempat istirahatnya seorang Erthan Adwilson. Kamar ini yang menjadi saksi bisu setiap malamnya Erthan membaca buku tentang mesin waktu. Sama seperti sekarang, pria itu masih membaca buku itu.
"Ini tidak benar, kan?" gumamnya.
"Apa benar aku harus memberitahunya? Tapi bagaimana jika ini tidak benar? Aish, aku harus apa?!"
Erthan mengacak-ngacak rambutnya frustasi.
"Aku harus bisa menyelamatkannya gadis itu," lirihnya.
Jujur ia khawatir tentang bagaimana nantinya setelah gadis itu bisa keluar dari sini dan kembali lagi ke masa depan. Di buku tebal bersampul coklat dan bergambar jam itu menjelaskan tentang mesin waktu dimasa depan, tentang dunia paralel, dan robot di masa depan.
Ia melihat kearah wadah makanan yang sempat diantar ibunya tadi.
"Ku berikan padanya saja," gumamnya lalu berdiri berjalan keluar kamarnya.
••••••
Gadis yang kini berguling-guling diatas ranjangnya itu berulang kali berjalan kesana kemari karena kebosanan menghampirinya.
"Aaa, disini nggak ada hp, bosen gue," rengeknya.
"Eh, tapi disini enak juga. Sekolah cuma seminggu tiga kali, terus nggak suruh beres-beres, nggak disuruh kesana kesini. AAA SENENG BANGET!!"
Tok tok
Suara ketukan pintu itu memberhentikan aksi kegilaannya.
"Siapa yang dateng, sih?!" gerutunya.
Mentari membuka pintu kamarnya dan menemukan kedua penjaga yang biasa menjaga kamarnya.
"Kalian? Ada apa?" tanya Mentari.
"Kami membawa segelas jus dan makanan untukmu, ini semua makanan yang diantar tuan muda barusan. Dia menyuruh kami memberikannya padamu karena dia sedang mengurus sesuatu yang penting. Dan katanya kau harus makan sayur agar waras sedikit," ujar salah satu penjaga yang entah Mentari tak tahu namanya.
Mentari segera mengambil makanan itu dan menutup pintu kamarnya dengan keras.
BRAKK
"ERTHAN!!" teriak Mentari.
Erthan yang sebenarnya masih berada didekat kamar itu hanya terkekeh dan segera berlari menuju kamarnya.
"Dasar! Dia pikir gue gila gitu, hah?!" gerutu Mentari dari dalam kamar.
"Tapi bener juga sih, gila banget gue teriak-teriak nggak jelas didalem kamar. Ck! Gak tau lah."
Mentari membuka wadah makanan yang ia dapat dari penjaga tadi dan meletakkan jusnya diatas nakas.
"Wow, makanan keluarga crazy rich zaman dulu enak juga," gumamnya sambil terus melahap makanan itu.
"Eum, rasanya nggak pingin balik, sumpah!"
"Eh, tapi kalo nggak balik, entar gue yang seharusnya masih umur 15 tahunan, udah modar. Huh, gak mau, lah. Mau balik, mak! Huee!!"
"Uhuk! Anjir keselek! Padahal masih adegan mellow, make keselek segala dah gue!" gerutunya.
Gadis itu terus berbicara sendiri sambil menyantap makanannya sampai habis.
"Ah, kenyang!"
Setelah selesai makan, gadis itu berdiri menghampiri kedua penjaga didepan pintu.
"Permisi, Pak Tono dan Pak Toni," panggil Mentari yang asal menyebut nama kedua penjaga itu.
"Bagaimana kau bisa mengetahui nama kami?" tanya Penjaga itu.
"Hah?!" pekik Mentari.
"Apa kau tuli? Astaga. Bagaimana kau bisa mengetahui nama kami? Padahal kami tak pernah memberi tahumu."
Mentari mengerjap bingung, "J-jadi nama kalian itu?" tanyanya.
Wih, gue cenayang ternyata, batin Mentari.
"Iya. Nama saya Antono, dan ini saudara kembar saya, Antoni. Walaupun kami saudara kembar, tapi tetap wajahku yang paling tampan," ujar Antono.
"Hei, kau! Aku yang lebih tampan. Enak saja kau menyebut dirimu lebih tampan," ujar Antoni tak terima.
"Kau tidak sopan dengan kakakmu ini, hah?! Aku yang paling tua, jadi akulah yang paling tampan!"
Mentari hanya terus terkekeh melihat perdebatan saudara kembar didepannya ini.
"Cih, coba kita tanya gadis ini. Menurutmu siapa yang paling tampan?" tanya Antoni.
"Ya, siapa yang paling tampan diantara kami?" Antono ikut-ikutan bertanya seperti Antoni tadi.
Mentari terlihat berpikir sejenak, lalu kemudian gadis itu mendapatkan ide cemerlang.
"Buka tangan kalian berdua," pintanya yang dituruti kedua penjaga itu.
Mentari segera meletakkan wadah makanan kosong dan gelas ke tangan kedua penjaga itu dan segera penutup pintu kamarnya.
"Terima kasih, dan diantara kalian tidak ada yang tampan. Lebih tampan oppa oppa korea!" teriak Mentari dari dalam kamarnya.
"Haha, mau saja mereka ditipu," kekehnya.
"Mereka pikir mereka tampan? Oh tidak dong bestie."
••••••
Hai bestie, akhir akhir ini sering telat up cause aing sibuk banget.
Makasih yang udah sabar nunggu ❤
Jangan lupa vote komen
See you!
DeRohaa_
KAMU SEDANG MEMBACA
Bunga Terakhir [Selesai]
Ciencia Ficción⚠️CERITA TIDAK MENGANDUNG UNSUR SEJARAH, SEMUA HANYA KARANGAN PENULIS⚠️ Kisahnya sederhana, seorang gadis bernama Mentari putri, putri seorang ilmuwan, yang tak sengaja masuk kemesin waktu dan tiba ditahun 1987. Bertemu dengan anak konglomerat Inggr...