Semua keluarga dan para tamu undangan kini sudah berkumpul. Namun, Olivia yang tadi sudah berada di sini mendadak hilang begitu saja.
"Ibu, di mana Olivia?" tanya Hellena pada Elya.
"Entahlah, gadis itu tadi pergi ke luar," jawab Elya.
Elya melirik kesana kemari mencari keberadaan Olivia. Bahkan orang tua Olivia juga tidak tahu anaknya ada di mana.
Dari pada suasana semakin buruk, Erthan berniat mencari Olivia di luar. Ia berjalan keluar dengan mengendap-endap, karena jika ketahuan dia tak akan di perbolehkan keluar.
Di luar, Erthan terus mencari Olivia. Gadis itu sangat sulit di temukan, entah kemana perginya dia. Erthan terus berjalan sampai di dekat taman, ia melihat Olivia dengan seorang pria.
"Percayalah Jhonny, aku tidak akan berhenti mencintaimu, hanya kau!" Olivia terlihat sedang meyakinkan pria di depannya itu.
Erthan yang semakin penasaran dengan pembicaraan mereka, mulai mendekat kearah mereka.
"Tidak! Aku tidak percaya. Kau itu sudah mau bertunangan dengan pria itu, Olivia!" Pria yang di ketahui bernama Jhonny itu membentak Olivia.
"Walau aku sudah menjadi istri Erthan, aku akan tetap bersamamu, Jhonny," ucap Olivia.
Mata Erthan membola ketika mendengar penuturan Olivia. Bagaimana bisa gadis itu punya pemikiran seperti itu?
"Kau gila? Bagaimana jika keluarganya tahu?" tanya Jhonny dengan raut wajah khawatir.
"Tidak, akan ku pastikan keluarganya tidak tahu hal it—"
"Memang kenapa jika saya dan keluarga saya tahu?" Suara itu mengejutkan Olivia dan Jhonny.
Erthan menyeringai puas melihat wajah gugup kedua orang di depannya itu. "Kenapa terkejut? Apa kalian menyembunyikan sesuatu lagi? Bicaralah," ujar Erthan.
"Erthan, ini tidak seperti yang kau liha—"
"Tidak seperti yang ku lihat? Memangnya aku melihat apa? Ular yang licik? Hahaha, Olivia, kau benar-benar lucu. Jika kau masih mencintai pria ini, kenapa kau mau menikah dengan saya?"
Olivia melirik kesana kemari, dia bingung harus menjawab apa. "A-aku terpaksa! Ya! Aku terpaksa menikahimu," jawab Olivia.
"Terpaksa karena apa? Karena kau menginginkan hartaku?" tanya Erthan sengaja memojokkan wanita itu.
"Karena ayahku! Dia memaksaku agar aku menikah denganmu." Olivia memalingkan wajahnya kearah lain.
Jhonny mengernyitkan dahinya. "Olivia, bukankah kau bilang kalau kau hanya menikah dengan Erthan karena menginginkan sesuatu?"
Olivia kemudian menatap tajam kearah Jhonny. Bisa-bisanya Jhonny mengatakan hal itu begitu saja, Batin Olivia.
"Oh, memang.....kau membutuhkan apa wahai nyonya Olivia?" tanya Erthan dengan nada mengejek.
"Kenapa? Kau tidak bisa menjawabnya?" Erthan tersenyum miring. "JAWAB AKU KAU INGIN APA DARIKU?!"
Seketika Olivia sekujur tubuh gemetar, jika Erthan sudah meninggikan suaranya, maka ia tak akan bisa apa-apa lagi.
"T-tidak, Erthan. A-aku tidak ingin apa-apa," jawab Olivia sembari menundukkan kepalanya.
"Batalkan pertunangan ini." Olivia mendongak saat Erthan mengatakan hal itu.
"Apa maksudmu?"
"Saya bilang, batalkan pertunangan ini!" tegas Erthan.
"Jika kau tak membatalkan pertunangan ini, nyawamu berada dalam bahaya, Olivia." Erthan melenggang pergi setelah melontarkan ancaman pada Olivia.
••••••
Para tamu kini bertepuk tangan karena calon pengantin sudah berkumpul. Erthan memasang senyum terpaksanya, sedangkan Olivia, gadis gemetaran sedari tadi.
"Olivia, tolong jangan tunjukkan kegugupanmu di depan semua orang," bisik Erthan pada sang gadis.
"Karena para calon pengantin sudah ada di sini, mari kita langsung memulai saja upacara pertunangannya," ujar pembawa acara.
Olivia semakin di landa kegugupa. Sekujur tubuhnya gemetaran dan pelipisnya berkeringat.
"Olivia, kau baik-baik saja, nak?" tanya Elya.
"Baik, s-saya baik-baik saja," jawab Olivia.
"Mari kita mulai acara penyambutan terlebih dahulu!" pembawa aca menunjuk kedua orang tua Erthan dan kedua orang tua Olivia. "Tuan dan nyonya besar, silahkan ucapkan rasa terima kasih kalian pada seluruh tamu undangan."
Eric dan Elya mulai berjalan menuju pembawa acara.
"Para tamu undangan sekalian," ujar Eric. "Terima kasih kepada kalian semua karena sudah hadir di pesta pertunangan putra kami."
Para tamu bertepuk tangan. Sedangkan Erthan dan Olivia sibuk berbisik-bisik sesuatu.
"Olivia, kau ingat perkataanku tadi, kan? Jika kau tidak melakukannya, maka aku akan berbuat sesuatu yang membuat hidupmu hancur," bisik Erthan tepat di telinga Olivia.
Pembawa acara yang melihat Erthan dan Olivia yang saling berbisik tersenyum puas. "Hei calon pengantin! Apa kalian tidak sabar wahai tuan dan nyonya muda?" ejek sang pembawa acara yang mengundang gelak tawa.
"Baiklah para hadirin sekalian, calon pengantin kita sudah tidak sabar. Maka kita akan memulai acara pertukaran cincin sekarang."
Ada satu orang pelayanan yang mendekati Olivia sembari membawa kotak cincin, pelayan itu adalah Dina. Dan pelayan yang mengantar kotak cincin ke Erthan adalah Mentari.
"Baiklah, Silahkan di ambil cincinnya wahai tuan dan nyonya muda."
Olivia mulai mengambil cincin, dan begitu juga Erthan. Erthan tidak bereaksi apapun ketika mengambil cincin yang di pegang Mentari.
"Oke, Tuan muda! Silahkan sematkan cincin itu di jari manis nyonya muda," ujar pembawa acara yang sengaja menggoda Erthan.
Erthan mulai menyematkan cincin di jari Olivia. Namun, geraknya sangat perlahan, menunggu gadis itu mengucapkan sesuatu.
"TIDAK!!"
••••••
Bestiee
KAMU SEDANG MEMBACA
Bunga Terakhir [Selesai]
Science Fiction⚠️CERITA TIDAK MENGANDUNG UNSUR SEJARAH, SEMUA HANYA KARANGAN PENULIS⚠️ Kisahnya sederhana, seorang gadis bernama Mentari putri, putri seorang ilmuwan, yang tak sengaja masuk kemesin waktu dan tiba ditahun 1987. Bertemu dengan anak konglomerat Inggr...