25

178 10 6
                                    

Warning alert!!!

This story was made for adults, so please be wise

Happy reading beloved readers.

***

Pagi ini Asya membuka matanya yang terasa sangat berat. Matanya sakit dan membengkak akibat semalaman menangis karena ditinggal oleh Sultan untuk pencarian Rizky. Sinar matahari pagi di Swiss membangunkan Asya dan menghangatkan tubuhnya.

 Sinar matahari pagi di Swiss membangunkan Asya dan menghangatkan tubuhnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Asya sangat bersyukur memiliki Ploy sebagai ibu mertuanya. Semalam saat ia mencemaskan keadaan sang suami, ia merasakan kasih sayang Ploy sebagai ibu mertua. Bahkan saat ini ia berada didalam kamar Ploy dan tidur dengannya layaknya ibu dan anak.

Saat ini yang ada didalam pikiran Asya hanya "Apa yang Sultan lakukan sekarang? Apakah dia sudah makan? Apakah dia selamat? Apakah dia bertemu dengan Rizky" karena jujur saat ini dirinya merasa takut kehilangan Sultan sebagai suaminya.

"Loh, Asya sudah bangun?"

Asya seketika menoleh melihat Ploy yang sedang duduk diruang keluarga sambil menonton Aljazeera.

"Sudah Khun Mae" jawab Asya sambil tersenyum

"Ini Mae buatkan susu untukmu. Ini bukan susu biasa karena ini berasal dari susu kambing cobalah" Ploy menjulurkan sebuah mug hangat kepada Asya.

"Aroy mak (enak sekali)" jawab Asya sambil mengacungkan jempol.

"Minum yang banyak kalau begitu"

"Bagaimana keadaan putri Mae pagi ini apa lebih baik?" tanya Ploy sambil membetulkan posisi rambut Asya.

"Entahlah aku masih mengkhawatirkan suami dan adikku Mae" jawab Asya dengan wajah yang kembali sendu.

Asya melihat Ploy tersenyum dengan bingung.

"Kau pasti bingung kenapa Mae tersenyum?" Asya mengangguk dengan pertanyaan Ploy.

"Mae senang kau sudah menganggap Sultan sebagai suamimu. Mae juga berharap saat Sultan pulang nanti disini akan ada bayi kecil buah cinta kalian berdua" ujar Ploy sambil mengelus perut rata Asya.

Mendengar penuturan ibu mertuanya, membuat Asya menunduk semakin sedih. Karena kenyataannya ia sudah meminum postinor atau obat anti hamil saat tahu Sultan tetap dengan pendiriannya. Ia takut jika harus hamil dalam keadaan tidak bersuami.

Ploy yang melihat Asya menunduk menyadari sepertinya ia salah bicara mencoba mengalihkan pembicaraannya dengan Asya. Ia mengajak menantunya tersebut untuk makan pagi.

"Asya...hayo jangan ngelamun dong. Ini Mae tadi masak creamy Tom Yum Goong ayo dimakan"

"Baik Mae"

Beberapa menit kemudian setelah Asya menyelesaikan sarapannya ia berjalan arah balkon depan rumah dengan teh yang telah ia seduh tadi. Ia hanya menatap kota Lauterbrunnen yang indah dari sisi rumah tersebut. Tanpa terasa angin Swiss membawanya ke alam mimpi.

Unexpectedly YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang