Margareth mengetatkan cengkeraman tangan kanannya pada bagian belakang kepala perempuan yang tidak bisa menghindar. Tangan sanderanya diborgol dengan bahan besi yang berat dan kuat. Mungkin, di sela-sela jari Margareth beberapa helai rambut sudah tercabut dan menempel. Wanita itu tersenyum sangat lebar setelah menatap si sandera yang meringis menahan sakit.
"Sekali lagi kutanya, Hansel. Apa kau bersedia ikut bersamaku ke kantor dan menyuarakan isi kepalamu atau kami membedahnya dan membedah kepala wanita ini?"
Perkataan Margareth sangat tidak menyenangkan. Sama sekali tidak ramah. Apa lagi dalam daya tangkap gendang telinga Grace yang berada beberapa senti saja dari bibirnya. Aroma bunga ceri busuk dari bibirnya menusuk indra penciuman Grace. Menyengat. Mungkin, itu terlalu berlebihan. Namun nyatanya, warna dan rasa yang digunakan wanita itu sangat tidak elegan.
"Apa hubungan dia denganku?" tanya Grace memberanikan diri setelah kembalinya kewarasan diri. Memikirkan perkara pilihan lipstik yang dipakai bukan saat yang tepat.
Margareth memutar kepala Grace yang tentu saja masih ada dalam genggamannya. "Menurutmu ... apa sebenarnya yang dia inginkan setelah berusaha menyelamatkanmu berpuluh-puluh kali dalam lima tahun terakhir?"
Mata Grace melirik ke sana kemari mengitari ekspresi mengerikan wanita pertengahan abad itu. Lalu, melirik sekilas pada laki-laki yang memandang tidak berdaya dan kembali memandang wajah tirus nan kurus wanita berdress hitam panjang itu.
"Entah! Maka kutanyakan padamu. Kenapa saya harus menjadi korban pembedahan hanya karena dia menolongku berpuluh–"
Kalimat Grace yang mengelak itu pun menggantung. Meski bodoh dalam hal pembelajaran sekolah terutama matematika, tetapi menghitung jari, dia sangat mampu. Grace melanjutkan, "Koreksi! Dia menyelamatkanku sebanyak tiga kali, Madam! Aku tidak terima sampai harus– ah!"
Margareth semakin menarik rambutnya kasar. Helaian itu mungkin bertambah karena rasa sakit yang didera Grace menjadi bertubi. Margareth membisiki sang sandera hingga membuat perempuan itu menahan napas dan memandang tidak percaya pada Hanz. Pada Hansel.
Margareth memberikan titah pada semua orang untuk memasukkan ke ruang operasi uji coba untuk mengambil tes darah. Mendengar perintah mengerikan tersebut, Hanz refleks bangkit dan berteriak.
"Aku akan bekerja sama, Boss! Seharusnya kau mempercayaiku karena langkahmu ini aku jamin akan sia-sia." Hanz mempertegas masalahnya untuk meningkatkan rasa percaya tingkat A-Class yang tidak pernah mengambil tindakan yang kurang tepat.
Sejujurnya, Hanz tidak tahu apa yang membuat perempuan itu menganga beberapa detik setelah dibisiki Margareth. Kini, perempuan itu pun seolah-olah menghindari tatapannya pada Hanz padahal tubuhnya sudah berpindah cengkeraman.
Margareth berjalan perlahan mendekati laki-laki yang kembali bersimpuh karena kakinya dikunci oleh salah seorang pasukan berseragam khusus. Xherl. Dress yang digunakan ikut bergerak kecil karena langkah dinamis wanita itu. Setelah sampai di hadapan Hanz, Margareth berjongkok tepat wajah mereka bertemu.
"Jangan lupa kalau kau ada dalam wilayah kekuasaanku Hanz. Tidak baik jika kau menyembunyikan sesuatu di belakangku dan masih berani berbohong di depanku."
Margareth meraih tengkuk laki-laki itu dan mendorong kepalanya untuk melihat lurus ke depan. Memperlihatkan Grace yang menunduk takut sejak tadi. Margareth melanjutkan, "Kalau kau ingin dia hidup!"
Tentu. Dia satu-satunya di antara kita yang akan bertahan dan terus hidup, batin Hanz bersumpah. Laki-laki itu mengangguk patuh dan mereka di bawa ke ruang tahanan yang sama. dengan beton-beton pemisah.
Hanz hendak meminta maaf pada perempuan yang tertunduk letih di pojok ruang yang berseberangan dengannya. Akan tetapi, perempuan itu mendongak dan melemparkan pandangan sendu padanya lebih dulu.
Grace mencerca, "Kau menggagalkan liburanku kembali, Hanz. Kau menghancurkannya! Kau bilang akan menyelamatkanku dan membiarkanku hidup, tetapi apa yang terjadi adalah kebalikannya! Mereka akan membedah dan memotong tubuhku kecil-kecil dengan atau tanpa pengorbanan yang akan kau lakukan!"
Hanz mengernyit. Jadi, bisikan yang diberikan Margareth.
"Aku tamat! Aku akan mati ditangan orang yang bermasalah denganmu! Bukan dengan pesaing atau orang yang menargetkanku seperti katamu!"
Aku menang, Hanz. Hati Grace berpandangan terbalik dengan gelagat yang kini dikeluarkannya.
∆
Jika berhasil menghitung hari, hari ini hari keempat Grace menikmati taman yang berwarna kuning, jingga, oranye, hingga merah sampai kecokelatan. Menikmati semilir angin yang sejuk, langit yang cerah tidak berawan, dan memakan Odeng setengah pedas yang dia nikmati di kedai pinggir jalan atau penjual keliling yang menjualnya di mobil bak terbuka sambil mengobrol dengan Allen.
Meskipun niat awalnya memang bukan hal itu.
Mari reka ulang kejadian. Benar bahwa lima tahun lalu dia memutuskan untuk mempertahankan posisinya sebagai Nona Liu yang terhormat dan menjadi pesaing saudara angkatnya sendiri. Sabrina memang anak adopsi, tetapi memenangkan hati orang tua angkatnya karena dia asli keturunan China. Meski Grace bukan orang asli Asia Timur, dia memang layak disebut sebagai aktris pendatang baru yang tidak kalah cantik. Hanya saja, warna kulit yang dimilikinya tidak terlalu putih. Dia melakukan suntik vitamin.
Dendam pada Sabrina sudah menggunung apa lagi ketika Allen lebih memilih untuk menjadi asisten Sabrina ketika Grace mencintai laki-laki itu. Cinta pertamanya. Pun, karena itu pula dia mendapatkan informasi bahwa Allen bekerja sebagai 'pemasok kedua' untuk Xherl Agency dan mendapatkan informasi tentang Hanz. Ketika terjebak begitu kuat, Grace mencari banyak hal sampai bertemu dengan Ad.
Grace bangkit. Membuang semua rasa muak yang sudah membelenggu hatinya karena perjalanan hidup yang menyakitkan. Lebih dari yang diketahui oleh Hanz—laki-laki yang sedang termenung sambil melamun dan menggaruk ujung hidungnya yang lancip. Grace tahu segalanya.
Sebab, informasi yang didapatkan dari laki-laki itu tentang Grace. Letak wilayah yang sudah ditempatkan di negara kecil dengan jaringan yang luas. Kejadian memilukan seorang bar kafe yang hampir diperkosa. Semua adalah ide Ad. Adalward.
Laki-laki yang kini datang menjenguk Hanz sambil sesekali melirik Grace. Bertukar pandang pun bertukar kode untuk misi penghancuran berikutnya.
"Aku ... aku tidak tahu kau akan melakukan hal yang memalukan ini, Hanz!"
Hanz menunduk kembali. Dia merasa bersalah, terlebih pada Grace yang kini bersandar di tembok yang dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Their Autumn
Mystery / ThrillerNiat Gracia melarikan diri ke Korea Selatan menjadi malapetaka. Bukan dedaunan maple yang kemerahan, tetapi seprai penuh darah yang pertama kali memanjakan matanya. Gracia berakhir di kantor polisi dengan status sebagai saksi. Hal tragisnya, Allen...