Gracia pov" Masuk... "
Aku mulai melangkahkan kaki masuk kerumah tanpa berniat berbicara pada orang didepanku ini, aku tidak mau berurusan dengannya, tapi saat akan melewatinya dia malah mencekatku dan mengcengkam tanganku.
" Kemana aja seharian? " tanyanya padaku. aku bisa merasakan hawa hawa tidak baik disini, dia terlihat sangat marah sekarang. Aku tidak mengerti kenapa dia selalu seperti ini dari dulu.
" Ga kemana mana... " jawabku berusaha tetap tenang.
" Aku serius gracia... jangan bikin aku tambah emosi, tolong... " ucapnya dengan nada yang semakin kecil penuh penekanan.
" Aku ga apa apain kamu, kenapa emosi? "
" Mau aku kemana kek itu juga urusan aku, hidup aku kenapa kamu selalu ikut campur?? Hah?? Lanjutku mulai emosi sekarang, dia pikir dia siapa bisa seenaknya begini. Sifat selalu mencampuri urusan orangnya tidak pernah hilang.
" Kamu kenapa jadi kayak gini gracia... " ucapnya pelan, aku bisa merasakan dia yang semakin mengencangkan cengkramannya, itu sangat sakit... bisa dipastikan tanganku akan memerah nanti.
" Masih nanya ya?? "
" Ga sadar diri ya??? "
" Mau gue gimana kek, itu urusan gue..ga usah loe ikut campur dan jangan sok loe nunjukin muka ga bersalah loe itu ! " emosiku semakin memuncak saat itu juga. Dia terlihat sedikit terkejut dengan ucapanku.
aku menghempaskan tangannya dengan kuat hingga akhirnya terlepas dan ingin segera beranjak dari pergi.
" Kondisi papa semakin drop... " ucapnya pelan membuatku menghentikan langkahku.
" Ku harap kamu mengerti, sebagai anaknya ruangkanlah lebih banyak waktu untuknya, menemani dan menjaganya setiap hari, aku sudah mulai masuk ke perusahaan jadi waktu ku untuk menemaninya tidak terlalu banyak gracia " lanjutnya.
" Dokter bilang kondisinya semakin hari semakin lemah.. dan menyuruh keluarga untuk selalu bersamanya "
Deg
Mendengar itu aku terdiam, mendadak air mataku rasanya ingin keluar sekarang juga menyadari ayahku yang kini semakin lemah tapi aku malah bersenang senang, sumpah aku baru sadar.
Bukannya aku tidak menyayangi kedua orangtuaku, aku sangat sayang pada mereka berdua, hanya saja aku tidak bisa mengendalikan ego ku sendiri, aku lebih memilih melampiaskan kesedihanku sendiri dengan cara bersenang-senang diluar sana, karena dengan cara itulah aku bisa sedikit bahagia.
" Sayangilah selagi masih ada gracia " ucapan nya selanjutnya membuat hatiku semakin sakit... anak macam apa aku ini? aku bahkan tidak tau detail kondisi ayahku sendiri.
" Hiks... " aku sudah tidak dapat menahan lagi air mataku, aku tidak mau dengar lagi...
Segera aku berlari menuju lantai 3 dimana papaku sedang dirawat, aku membuka pintu kamar dengan pelan... kulihat papaku sedang tertidur dengan nyenyak, aku mendekatinya dan duduk dibangku sampingnya yang biasanya diduduki ibuku memenaminnya disini.
" Hiks... " aku semakin tidak bisa menahan air mataku setelah melihat dan menyadari kalau papaku benar benar tidak baik baik saja, dia terlihat semakin pucat dan nampak sedikit lebih kurus.
" Hikss... hiks... pa... "
" Hiks... ma... maafin gracia... hiks.. "
Aku menangis dengan terisak berusaha untuk tidak mengeluarkan suara keras agar tidak membangunkannya, hatiku sakit teringat akhir akhir ini aku sangat jarang menemaninya padahal dia selalu bilang kalau dia senang aku menemaninya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Call you mine - Greshan
Teen Fiction" sepertinya aku menyukaimu... " " tapi... "