Sapphire Project

1.5K 153 1
                                    

Music : Exile - Taylor Swift

Pict : Sapphire Crystal

Tanpa sadar matahari sudah menampar wajahku dengan cahayanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tanpa sadar matahari sudah menampar wajahku dengan cahayanya. Memaksa mataku terbuka. Ini adalah hari baru. Aku tak boleh malas atau mereka akan melakukan sesuatu atas namaku dan akhirnya merugikan diriku.

"Yang Mulia Ratu, Raja sudah menunggu anda di ruang kerja, " ucap pelayan yang usianya mungkin sepantaran denganku.

Dia adalah satu-satunya orang yang hadir di sisiku. Namun, akhirnya diasingkan karena ulahku sendiri. Setelah itu aku tak pernah memiliki pelayan yang sebaik dia. Maafkan aku Serina. Kali ini aku akan berbuat baik padamu.

Kali ini aku harus datang. Sebab, aku tak akan tahu bila aku hanya diam di tempat tidur.

"Cepat bantu aku bersiap, umm Serina" ucapku.

Dia tersenyum senang aku tahu namanya. Kali ini aku mengenakan gaun pendek simple. Bodoamat dengan adat ratu atau semacamnya. Aku muak memakai gaun penuh perhiasan di kehidupan ku yang sebelumnya.

Kali ini hanya dress sederhana berwarna merah muda dengan potongan melintang di bahu. Tak lupa mahkota mungil yang tersemat di rambut emas ku yang dibiarkan tergerai. Yah mahkota khusus Ratu sedang dalam proses pembuatan.

Aku sudah mirip princess Aurora dalam negeri dongeng! Lagipula yang aku temui bukan pangeran tampan atau sejenis itu. Hanya binatang buas berwujud manusia yang selalu menatap ku tajam.

"Ugh sial!" ucapanku terlontar lirih ketika beberapa detik masuk dalam ruangan.

Di sana ada puluhan orang yang mengenakan seragam rapi. Mereka sedang rapat. Lelaki itu duduk tenang menungguku di kursi kebesaran nya. Semua pandangan tertuju ke arahku.

"Oh, maaf apa saya menganggu kalian?"

"Istri, kemarilah... " ucap suamiku tenang.

Aku berjalan ke arahnya. Meskipun hatiku berdebar karena pandangan menusuk mereka. Senyuman masih coba kuukir di bibirku.

"Kau datang, berarti kau tidak terlalu membenci ku kan? " bisik lelaki yang pernah menjadi suamiku sepuluh tahun ini.

"Aku tak pernah membencimu.. " jawabku dengan akting yang terbaik.

Aku tak bisa gegabah menunjukkan perasaan asli ku. Ya aku membencinya lebih dari apapun. Sebagai pembalasan aku akan membuatnya jatuh cinta, kemudian aku akan meningkatkannya.

"Iya benarkah? Aku meragukan nya.. "

"Kau memanggilku kesini untuk apa? "

"Duduk! "

"Dimana? " Tanyaku kesal.

Sialan apa aku harus goleran di lantai? Atau duduk dia atas meja, ia hanya mengkode lewat matanya bagaimana aku paham dasar! Menghela napas pasrah. Aku merasa bersalah rapat ini tertunda karena kedatangan ku yang mungkin tak terlalu berguna.

The King Lady (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang