The Baby

711 65 6
                                    

Arkhan pikir, Marcus akan datang dengan bala tentaranya yang kuat. Untuk menghancurkan kastil mereka dan merebut kembali wanitanya. Jika benar seperti itu, maka ia akan berperang habis-habisan dan menghunuskan pedang memenggal kepala lelaki sialan itu. Meskipun padangannya kabur, tetapi Marcus bukanlah tandingannya jika satu lawan satu.

"Sial," umpat Arkhan saat mendapati kereta kuda di depan kastil itu.

Raja Marcus tak datang dengan puluhan prajurit. Melainkan hanya dengan seorang monster kecil yang memiliki rambut pirang serupa dengan Catherine. Marcus menggendong bayi itu bagai seorang ayah yang bijak. Benar saja, Catherine langsung turun dan menghampiri mereka.

"Sayang, ini Chris. Namanya Christopher. Dia pangeran kecil kita," ucap Marcus kemudian menyerahkan bayi itu kepada Catherine.

Kedua lelaki itu bersitegang ketika Catherine menggendong bayi tampan itu di pelukannya. Bagaimanapun ini adalah bayinya. Putra yang hanya ia temui di kehidupan ini. Kemudian ia tinggalkan begitu saja. Catherine merasa bersalah. Bukankah dia seorang Ibu yang tidak memiliki belas kasihan? Meninggalkan puteranya sendiri di kerajaan sebesar itu hanya karena ego nya.

"Chris merindukanmu. Dia menangis setiap malam untuk Ibunya," bohong Marcus demi membujuk wanita itu kembali.

Marcus tahu wanita ini sama sekali tidak memiliki perasaan padanya. Hatinya seperti sudah terikat dengan lelaki kasar yang memegang kekang kendali kuda. Apapun yang ia lakukan sama sekali tidak berguna untuk merebut hati wanita ini. Membawa bayi mereka adalah cara terakhir yang bisa ia pikirkan.

"Chris, maafkan Ibu," bisik Catherine sambil mengecup pipi bayi mungil itu.

Bagaimanapun, Chris adalah putera mahkota di masa depan. Catherine tetap akan dipisahkan dari bayi ini meskipun ia tinggal di istana. Chris akan mengikuti pelatihan sebagai putera mahkota yang sempurna sejak usia dini. Ia akan dididik oleh bangsawan khusus dan guru terbaik di seluruh negeri. Sangat ibu tentu tidak bisa memiliki kendali apapun lagi semenjak puteranya ditetapkan menjadi putra mahkota. Sama seperti Marcus kecil yang bahkan sampai sekarang tidak dekat dengan ibunya. Bocah kecil itu akan menjadi raja hebat di masa depan, sama seperti ayahnya.

"Boleh kami menginap untuk malam ini. Ini sudah malam, kasihan bayi ini jika harus berpergian di malam hari yang dingin," ucap sang Raja.

Bukankah seharusnya tidak ada yang boleh menolak perintah Raja. Arkhan mengumpat melihat trik ini. Ia menatap Marcus dengan dendam yang tak tertahankan. Aura permusuhan masih menguar di antara mereka. Bagaimanapun mereka berebut seorang wanita.

Catherine membujuk Arkhan untuk mengizinkan mereka tinggal. Ini demi agar Catherine bisa lebih lama memeluk bayi ini. Arkhan mengangguk dengan setengah hati. Sejujurnya ia ingin memusnahkan makhluk mungil itu seandainya ia tidak memiliki wajah yang sangat mirip dengan Catherine.

Malam tiba, di aula kastil mereka duduk dengan tenang. Marcus memandangi sekeliling miris. Inikah tempat tinggal yang wanita itu pilih? Bagaimana bisa ia meninggalkan istana yang senyaman ini hanya untuk berada di kastil penyihir bersama manusia aneh yang menatapnya seperti harimau kelaparan. Bagaimanapun pasti efek racun itu sebentar lagi hilang dan pandangan Arkhan akan kembali, Marcus tahu Arkhan membencinya setengah mati.

Sementara itu, Arkhan menyadari tatapan mengejek itu. Bagaimana Marcus memandang sekeliling kastilnya dengan jijik. Ia pasti merasa sangat unggul. Istana miliknya jelas jauh lebih menawan ketimbang kastil bobrok yang ia tinggali ini. Hati Arkhan menjadi tak karuan membayangkan Catherine akan dibawa pergi bersama mereka. Perempuan itu selamanya harus menjadi miliknya. Semenjak bidadari itu menginjakkan kaki di kastil ini, dia tak akan bisa pergi sedetik pun. Bagaikan keegoisan Hades menarik Persephone ke dunia bawah, mungkin sedalam itu ke egoisan Arkhan merebut Catherine dari keluarga kecilnya. Terdengar biadap kan? Bagaimana lagi, ini Arkhan. Dia egois.

The King Lady (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang