Jasmine

822 106 0
                                    

Rasa bersalah itu seperti duri dalam daging yang tidak bisa dicabut. Ia menyelinap di antara sel-sel otot, menusuk sakit, dan hanya bisa dicabut kalau kau membuka lapisan jaringannya.

Donghae tahu, ia kembali lagi ke tempat karaoke itu hanya untuk melihat sosok yang mirip dengan mendiang istrinya meski pada akhirnya ia hanya akan mendulang kecewa ketika respon perempuan itu tidak sama dengan yang ia bayangkan ketika bersama Sooyeon.

Tentu, karena dia bukan Sooyeon. Dia Jasmine, seorang perempuan malam yang menemaninya bernyanyi dan mendengarkan keluhannya tentang pekerjaan kantor yang mencekik leher.

Perempuan itu punya suara yang terdengar seperti bunyi bel di malam natal. Riang dan manis di telinga. Yang manisnya membuat Donghae ingin mendengarnya lagi dan lagi.

Donghae tidak tahu, apakah ini kesalahan ataukah bukan menjadikan seseorang sebagai rebound.

Tapi ia sendiri tidak bisa melepaskan matanya dari sosok Jasmine.

Ia sudah mencoba. Ia pergi selama sebulan, menahan diri untuk tidak kembali menemuinya. Tapi gagal.

Pada akhirnya ia kembali lagi untuk melihat perempuan itu.

.
.
.

Malam ini, ketika Jasmine menemaninya dengan rambut lurus sepinggang, ia benar-benar terlihat seperti Sooyeon di masa muda. Hal itu seketika membawa Donghae menjelajahi mesin waktu, membuatnya teringat akan dirinya yang duduk di seberang meja dengan Sooyeon meminum tehnya dengan anggun.

"Kau mirip mendiang istriku," ucap Donghae tidak menahan diri lagi.

"Eh?"

Sorot matanya berubah melembut, seperti mendamba sosok itu kembali. Donghae mengulum senyum tipis. "Aku berharap kamu benar-benar kembali untuk mengatakan sesuatu padaku."

Mata cemerlang Jasmine mengerjap, menyapukan bulu matanya yang panjang dan lentik. "Tuan?"

Tiba-tiba saja mata Donghae menjadi sangat panas dan air mata mengucur begitu saja seperti keran air yang terbuka.

"Maaf... aku seharusnya..." ucapan Donghae jadi terbata-bata menahan tangis yang mendesak keluar.

Rengkuhan lengan kecil di sekeliling bahunya membawa ia bersandar di bahu Jasmine. Membuat ia bisa mencium aroma parfum murah yang perempuan itu kenakan. Membuat Donghae semakin sadar bahwa ia bukan Sooyeon dan perasaan rindu itu semakin mengguncang dirinya.

"Tuan bisa menangis di bahuku kalau itu membuat perasaan Tuan lebih nyaman," ucap Jasmine sambil mengelus bahu Donghae.

Bahunya bergetar kuat.

Donghae lupa kapan terakhir kali ia menangis.

Bahkan di hari terakhir ia melihat wajah Sooyeon sebelum peti matinya ditutup, tidak setitik pun air mata turun.

Ia sudah terlalu lama berpura-pura kuat hingga mati rasa. Pada akhirnya ia tetap kalah pada perasaan cintanya untuk Sooyeon.

.
.
.

Jaemin dan Jasmine adalah dua pribadi yang berbeda.

Jaemin adalah sosok bunga yang bertahan di tengah himpitan ilalang. Yang mencoba bertahan hidup di tengah cekikan dunia.

Sedangkan Jasmine, sosok yang Chitta ciptakan, adalah perempuan cantik dengan suara yang manis dan riang. Yang mendengarkan tamu-tamunya dengan saksama, yang menghibur telinga mereka dengan ucapan manis yang menenangkan telinga pendengarnya.

Jaemin tidak tahu, ketika ia memeluk Tuan Lee, menyandarkan pria itu di bahunya, apakah ia sedang menjadi Jaemin ataukah Jasmine.

Ia sendiri tidak paham, siapa yang Tuan Lee lihat.

Perlu beberapa waktu sampai ia akhirnya tidak lagi mendengar isak tangis dari Tuan Lee. Pria itu menegakkan tubuhnya dengan wajah memerah dan mata bengkak. Jaemin buru-buru mengambil tissue dan menyeka sisa air mata di pipi Tuan Lee.

Pria itu menarik napas. "Terima kasih... aku... rasanya sudah lama sekali aku tidak menangis."

Tangan Jaemin terulur, mengelus pipi pria tua itu untuk menyeka jejak air matanya, merasakan tekstur kulitnya yang mulai menjadi keriput dimakan usia.

"Tuan bisa menemui aku kalau Tuan ingin," ucapnya dengan senyum yang melembut. Kesedihan membuatnya paham bagaimana rasanya ditinggal orang tersayang. Meski ia tidak mengerti seutuhnya, Jaemin bisa paham perasaan Tuan Lee. "Aku akan selalu ada di sini."

Donghae menatap lurus pada Jasmine, sosok wanita penghibur di hadapannya. Sepercik harapan muncul.

Apakah... apakah Jasmine akan tetap di sini seperti yang ia katakan?

Karena Donghae tidak bisa kalau ia harus merasakan sakitnya kehilangan seperti ia kehilangan Sooyeon lagi.

.
.
.

Bersambung...

RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang