Please enjooyyyy yorobuuunn~
😊
Sudah dua hari ini Seulgi menginap di apartemen Winter. Entah hal apa yang membuatnya merasa lebih nyaman menginap di tempat sang sepupu dibanding pulang ke rumahnya sendiri. Namun berkat keputusannya itu juga, dia jadi bisa mendapat banyak informasi mengenai sang mantan kekasih.
“Pacarnya yang sekarang agak toxic sih kalo menurut gue kak.” Winter berbicara disela kunyahannya saat ia sedang bermain playstation dengan kakak sepupunya itu.
“Toxicnya kayak gimana?” Seulgi bertanya.
“Ya posesif berlebihan, maunya dingertiin tapi nggak pernah mau ngertiin kak Irene. Kalo dia udah nyuruh kak Irene ya harus dilaksanain saat itu juga. Nggak boleh nggak.” Jelas Winter.
“Kayak waktu itu, masa pas ultah Papa Yoo dia nyuruh kak Irene pulang di tengah-tengah acara dong.” Lanjut yang lebih muda.
“Gara-gara?” Seulgi menatap Winter dengan raut serius.
“Gara-garanya Karina posting foto mereka kan di IG story, terus pacarnya liat dan nggak suka sama dress yang kak Irene pake. Katanya terlalu terbuka, kayak.. apaan sih?? itu acara private keluarga, nggak ada yang bisa digodain juga kalaupun emang kak Irene niat flirting sama orang.” Winter bercerita dengan nada kesal yang sangat kentara.
“Terus Irene mau?” saat mengajukan pertanyaan itu Seulgi jadi teringat dengan kejadian di pernikahan Wendy dua hari lalu. Bagaimana sang mantan langsung pamit pergi setelah mendapat panggilan dari kekasihnya, membuat Solar dan Joy menolak menjelaskan apapun pada Yeri tentang kepergian gadis itu.
“Ya mau nggak mau nurut, soalnya pas Kak Rene nolak, pacarnya langsung ngirim foto speedometer mobil pas jarumnya di angka 180 sambil bilang ‘aku otw jemput kamu, biarin aku kecelakaan nggak apa-apa' gitu.” jawaban Winter membuat Seulgi menggelengkan kepalanya.
“Freak” ucapnya.
“Emang! Makanya lu buru deh rebut dia kak. Kasian tau kak Irene terjebak toxic relationship.”
Seulgi menatap sang adik sepupu yang kelihatan serius dengan omongannya itu. Namun ia hanya menggeleng pelan.
“Selingkuh aja gue nggak mau apalagi ngerebut pacar orang sih, Win.”
“Tapi kan kasian kak Irene.”
Yang lebih tua tersenyum lalu meletakkan stik psnya di lantai sambil menunggu permainan di mulai.
“Ya kan itu pilihan dia sendiri. Gue tau Irene kayak gimana, Win. Dia nggak sebodoh itu sampai mau terjebak dihubungan yang nggak sehat kalau nggak sayang banget sama pacarnya. Jadi gue nggak mau ngerebut dia dari hal yang mungkin bisa bikin dia bahagia.”
“Kecuali..” Seulgi memberi penekanan dan membuat Winter memusatkan fokusnya pada si Monolid, menunggu.
“Kalo orang itu udah sampai main fisik, ya gue nggak akan mikir dua kali buat rebut Irene.”
Winter memutar matanya, merasa kecewa dengan jawaban yang diberikan sang kakak sepupu. “Ya masa harus nunggu kak Irene babak belur dulu baru lu gerak sih, kak?” protesnya.
“Lagian nih ya, gue rasa kak Irene udah tau kok kalo selama ini lu masih suka ngasih perhatian ke dia lewat gue atau Karina, tapi ya dia lebih milih untuk pura-pura nggak tau aja biar lo nggak berhenti merhatiin dia.” tutur Winter dan membuat Seulgi menatapnya lekat.
Yang lebih muda menoleh padanya. Membalas tatapan si Monolid.
“Kalian tuh se-obvious itu. Sayangnya yang ngeliat orang lain bukan kalian masing-masing.”

KAMU SEDANG MEMBACA
SR - MANTAN ✔
Fanfiction- Sequel of "SR - PACARAN" - Semi Socmed AU - Contain Harshwords - GxG