[Bonus Chapter] SR Balikan - Ketika Primadona Hukum ke Markas Teknik

1.4K 204 15
                                    

!Contain Harshwords!








Seperti hari-hari biasa kantin Fakultas Teknik tidak pernah sepi dari kehadiran pengunjung. Setiap meja sudah dipenuhi mahasiswa dari beberapa tingkat dan juga jurusan. Tidak terkecuali Seulgi. Gadis monolid itu membawa semangkuk bakso komplit dan segelas es teh manis dari stand penjual ke meja yang sudah diisi oleh teman-temannya.

Ia memasukkan sambal pada mangkuk legend bergambar ayam jago itu, membuat kuah yang sebelumnya bening menjadi sedikit merah. Ia tidak suka kecap dan saus abang-abang, jadi cukup tambahkan sambal atau bubuk cabai sudah cukup untuknya. Dia mengaduk-aduk bakso yang bercampur dengan bihun serta sayur-sayurannya itu sambil memerhatikan temannya satu persatu.

“Hanna mana?” tanyanya pada semua orang di meja itu ketika menyadari satu temannya tidak ada. Semuanya juga sedang menikmati makan siang mereka masing-masing.

“Jemput sepupunya di bandara.” Jawab Bambam tanpa berpaling dari siomaynya.

“Sepupunya liburan ke sini?” tanya Seulgi lagi.

“Mau daftar di sini katanya. Jadi survey dulu.” Jawab temannya yang lain.

“Ohh..” hanya itu respon yang diberikan oleh Seulgi karena seluruh tanyanya sudah terjawab. Ia pun mulai menyantap makan siangnya dengan sesekali mengobrol dengan teman-temannya itu. Mereka sudah jarang bertemu karena hanya perlu ke kampus untuk bimbingan saja, dan saat semuanya berkumpul adalah hal yang wajib untuk mereka saling bercerita dan mengeluhkan perilaku dosen pembimbing masing-masing yang terkadang sering ber-cosplay menjadi Tuhan, Maha Benar.

“Tuh si Hanna.” Yessi menggerakkan dagu untuk menunjuk pada sosok yang tadi ditanyakan oleh Seulgi. Si kapten volli membalik tubuhnya, melihat teman dekat dari saat ia Maba itu.

Gadis dengan rambut panjang berwarna pirang itu melangkah riang sambil merangkul lengan gadis lain yang tidak ia kenali. Highwaist jeans, crop top dan cardigan adalah outfitnya, pilihan yang tepat untuk dikenakan saat siang hari di Surabaya. Wajahnya ditutup masker yang terlalu besar untuk wajahnya yang mungil, kacamata dengan frame tebal dan juga bucket hat.

“Guyss kenalin ini sepupu gue.” Hanna mengenalkan si gadis dan yang diperkenalkan hanya menganggukkan kepalanya. Teman-temannya yang lain pun menyambut dengan ramah tapi Seulgi masih memerhatikan gadis asing itu dengan tajam. Matanya tidak lepas menatap gadis yang disebut sebagai sepupu temannya itu. Dia merasa ada yang ganjil dengan si gadis, ada sekelebat dugaan yang muncul di kepalanya namun ia meragukan itu.

“Sini Han, duduk sini.” Yessi yang duduk di depan Seulgi menggeser tubuhnya, memberikan ruang pada dua orang yang baru datang itu. Mata monolidnya terus mengekori setiap gerakan si gadis.

“Gi diem aja lu. Kebelet?” godaan Hanna tidak mempengaruhinya. Ia masih menatap sepupu Hanna yang sekarang duduk di hadapannya. Ia semakin tidak nyaman dan memutuskan untuk melakukan apa yang pikiran impulsifnya perintahkan.

“Eh sorry ya.” ijin Seulgi dan dengan cepat langsung mengulurkan tangannya lalu menurunkan masker yang gadis di depannya itu kenakan.






















“Oalah anjing bener cewek gua!” seru Seulgi ketika wajah dibalik masker itu ditampilkan. Seluruh teman-temannya serta gadis yang ternyata Irene itu tertawa kencang dengan reaksi yang Seulgi berikan.

“Parah banget nggak ngenalin aku dari awal.” Protes Irene sambil melepas kacamata juga topinya.

“Aku udah curiga cuma takut salah, pas kamu duduk baru makin curiga dan bener aja.” Balas Seulgi. Dirinya masih tidak percaya kalau kekasihnya kini sudah berada di depannya. Padahal baru kemarin si gadis Jakarta merayakan wisudanya yang tidak bisa Seulgi hadiri dan sekarang kekasihnya itu menyusulnya ke Surabaya.

SR - MANTAN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang