Please enjoy yorobunnnnn~
"Seulgi."
Si monolid menoleh dan tersenyum saat mengenali sosok yang memanggilnya.
"Bunda" Ia melangkah cepat lalu menyalami wanita yang semakin cantik di usianya yang tidak lagi muda itu. Perutnya yang sudah membesar membuat Seulgi lebih berhati-hati bergerak di dekatnya. Mata monolidnya menangkap sosok lain yang berdiri di samping Bunda Bae, lalu memberikan senyum ramahnya. Tidak terlihat canggung seperti orang itu.
"Rene" sapanya.
"Gi." Irene balas menyapa dan mendapat senyuman menggoda dari sang Bunda.
"Kamu apa kabar? Udah lulus ya kuliahnya jadi balik ke Jakarta lagi?" wanita itu bertanya tanpa menghilangkan senyum di wajahnya.
"Baik bun. Belum lulus kok, ini aku lagi liburan aja dan kebetulan dateng ke nikahannya Wendy kan kemarin." Seulgi menjawab dengan sopan.
"Oh iya yaa... terus kamu kapan?"
"Kapan apanya?" Seulgi bertanya bingung, ia sempat melirik Irene tapi gadis itu juga kelihatan tidak tahu arah pertanyaan sang Bunda.
"Nikahnya."
Seulgi sedikit terkejut dengan pertanyaan yang dilontarkan Bunda, beruntung ia selalu tahu bagaimana cara menjawab pertanyaan dengan canda hingga tidak menimbulkan kecanggungan. "Nanti Bun.. nunggu Karin putus sama Winter."
Jawaban Seulgi membuat Bunda Bae melebarkan matanya, tapi karena ia masih sangat ingat bagaimana sifat jahil mantan kekasih dari anak kandungnya itu, ia pun mencoba mengikuti.
"Oh.. jadi Karin nih, bukan Irene?" godanya.
"Bunda apa sih!" sewot si cantik.
"Sensi banget deh yang mau punya adek." Seulgi ikut menggoda.
"Diem!"
Seulgi dan Bunda Bae pun saling lirik lalu tertawa. Merasa tidak ada gunanya melawan dua orang di depannya itu, Irene memilih berpura-pura sibuk dengan ponselnya membiarkan Seulgi dan Bunda melanjutkan obrolan sambil berbelanja.
"Maaf Bun, sebentar ya" Seulgi meminta ijin untuk memotong percakapannya dengan Bunda Bae saat tiba di section yang sedari tadi ia cari. Si Monolid menghampiri rak makanan ringan dan mengambil lima kaleng Pringles rasa original kesukaannya.
"Heh!" Irene refleks menegur si Beruang.
"Kenapa?" Kening Seulgi berkerut.
"Kebanyakan. Ambil dua aja nggak?!" perintah Irene.
Seulgi menunjukan wajah protesnya sambil memeluk lima kaleng kripik kentang favoritnya itu, "Nggak! Lagian nggak langsung gue abisin kok. Buat stok aja."
"Nggak ada sejarahnya ya lo beli gituan tapi makannya dijatah buat kapan-kapan. Dua aja, gue bilang." Irene tetap kukuh dengan titahnya. Keduanya pun masih setia berdebat tanpa memerhatikan Bunda Bae yang diam-diam tersenyum menikmati pertengkaran sepasang mantan kekasih tersebut.
"Empat deh." Seulgi berusaha melakukan pernegoan.
"Micin semua itu Seulgi, nggak bagus buat kesehatan. Lo tuh kuliah di luar kota, jauh dari orang tua, kalo radangnya kambuh gue mampusin sih." Omel Irene.
Ujung bibir Seulgi tertarik ke atas. Ia menatap Irene penuh arti.
"Jangan protektif gitu lah Rene. Nanti gue baper loh, mau tanggung jawab emang?" candaan yang ia lontarkan berhasil membuat Irene terdiam. Telinganya mulai memerah.

KAMU SEDANG MEMBACA
SR - MANTAN ✔
Fanfiction- Sequel of "SR - PACARAN" - Semi Socmed AU - Contain Harshwords - GxG