06

2.4K 364 89
                                    

Irene menuruni tangga dengan balutan dress berwarna hitam yang membentuk tubuh indahnya dengan sempurna. High heels berwarna senada membuat tubuhnya terlihat lebih tinggi dan juga elegan di saat bersamaan. Tuan Yoo yang tidak sengaja lewat, menatap takjub pada anak sambungnya itu.

"Duh sulungnya papa cantik banget." Pujinya sambil menunggu gadis itu tiba di ujung anak tangga. Ia mengulurkan tangannya untuk membantu Irene berpijak di lantai dasar dengan hati-hati.

Irene tersenyum malu sambil menggumamkan kata 'terima kasih' pada sang Papa.

"Kakak beneran nggak mau papa aja yang anter?" tuan Yoo bertanya saat melangkah berjajar dengan anaknya itu.

"Nggak pah, makasih. Aku dianter Karin aja, itu dia udah nungguin." Irene menggerakan dagunya untuk menunjuk sedan putih yang ada di garasi luar. Sang adik kelihatannya sedang memanasi mesin mobilnya sambil menunggu ia siap.

"Padahal Papa mau nemenin kakak sampai pacar kamu itu dateng. Papa nggak mau ya kejadian tahun lalu ke ulang. Kamu udah nunggu dua jam ternyata dia salah ngasih nama restoran." Kesal tuan Yoo.

Irene tersenyum tipis. Ia sangat mengingat kejadian itu dan menjadi salah satu pemicu seluruh keluarga juga teman-temannya tidak menyukai So Hee.

"Nggak kok pa. Kali ini aku udah konfirmasi sendiri dan emang ada reservasi atas nama dia." jelas Irene.

"Oke kalau gitu." Pasrah tuan Yoo. Dia menyadari Irene sudah dewasa dan pastinya tidak akan suka jika dirinya telalu ikut campur dengan hubungan percintaan gadis itu. Meski sejujurnya, sama seperti harapan yang lainnya, dia lebih menginginkan sulungnya itu kembali pada Seulgi.

Ia pun tersenyum lalu mengelus lembut rambut panjang Irene yang dikuncir rapi. "Happy birthday sayang, kadonya nyusul ya."

"Makasih pah, kadonya yang biasa aja ya." pinta Irene saat mengingat sifat royal orangtua sambungnya itu. Lemarinya bahkan sudah penuh dengan barang-barang branded yang pria itu belikan untuknya dan kebanyakan barang itu diberikan tanpa ada acara spesial apapun.

"Hemm nggak janji." Tuan Yoo menyengir. Sulit baginya untuk tidak memanjakan orang-orang kesayangannya. Tidak hanya Irene, itu juga berlaku untuk sang istri dan tentu saja anak kandungnya sendiri, Karina.

Irene menggelengkan kepalanya sambil tesenyum geli. "Yaudah aku berangkat dulu ya Pah. Bilangin ke Bunda."

"Iya sayang." Jawab pria itu sambil menahan pintu mobil sampai Irene benar-benar duduk dengan nyaman di kursi penumpang. Ia juga memastikan tidak ada bagian dress Irene yang masih berada di luar mobil sebelum ia menutup pintunya.

Pria bertubuh tegap itu sedikit menundukan kepalanya untuk melihat gadis lain yang memiliki wajah mirip dengannya itu.

"Karin sayang.. hati-hati ya ngendarain mobilnya." Ucapnya.

Yang lebih muda pun mengangguk mantap sambil mengangkat ibu jarinya ke atas, "Siap pah."

Dengan begitu Karina mulai membawa kendaraannya keluar dari garasi bersama sang kakak tiri yang duduk di sampingnya. Mobil sport itu melaju pelan dengan suasana yang hening namun nyaman. Dua gadis di dalamnya bukan sengaja saling diam, hanya saja Irene masih sibuk membalas pesan ucapan selamat ulang tahun yang terus berdatangan dari teman-temannya, sedangkan Karina menunggu kakaknya itu selesai agar bisa membuka obrolan.

"Aku kemarin ketemu sama kak Seulgi. Dia nitip salam selamat ulang tahun ke kakak." Karina akhirnya memberitahu hal yang sedari tadi ingin ia sampaikan pada kakaknya.

"Kenapa nggak bilang langsung?" Irene bertanya dengan nada sedikit ketus. Ia baru ingat dari puluhan pesan yang ia terima -baik di personal chat maupun di grup- tidak ada satupun ucapan yang ia dapat dari mantan kekasihnya itu.

SR - MANTAN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang