Bagi Sandhyakala Dewi Kusuma (Sandhya), kehidupannya selama hampir tiga tahun belakangan sebagai seorang pengelana digital, alias digital nomad, bagaikan awan-awan yang berkelana tanpa tahu arah. Hampir tidak ada kata "menetap" dalam kamus hidup San...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Kalau kita lihat dari poin reach-nya, Pelataran Langit sudah punya banyak kemajuan. Di tujuh hari terakhir, kita sudah tembus jangkauan ke 30,000 lebih akun, dari sebelumnya yang cuma sekitar 10,000-an. Pertambahannya tiga kali lipat lebih."
Pagi itu, laporan pertumbuhan sosial media, yang kamu beberkan pada monthly report, telah membuat wajah-wajah kami dipenuhi banyak senyuman semringah. Tanpa terasa sudah masuk satu bulan semenjak masa kerja mengelola dan mengoptimasi berbagai akun sosial media Pelataran Langit, Sandhya.
"Lalu untuk top post kita selama 30 hari ada di konten reels, dan ternyata itu adalah konten edukasi yang pernah Mas Rendra sarankan."
Dirimu memperlihatkan jumlah jangkauan yang mencapai angka 20,000 lebih dari salah satu konten video edukasi singkat tentang pembuatan macchiato yang pernah digagas oleh saya. Lando dan Pras sontak tersenyum seri. Keduanya lalu bersorak heboh menepuk-nepuk pundak saya.
Sandhya, kamu sontak tersenyum semringah ketika mata kita berjumpa. Senang rasanya ketika tahu jika kerjasama kita selama sebulan ini sudah membuahkan hasil yang sangat baik. Kamu spontan mengacungkan tos di udara, yang kemudian saya sambut begitu saja.
"Nggak salah lagi. Itu pasti berkat tangan saya yang disyuting, deh," celetuk Lando konyol.
"Ngawur," semprot Pras seraya menoyor asal pundak kawan lamanya itu.
Tawa kami semua pun pecah seketika. Dan lalu, suasana kian terasa bersemangat ketika pembahasan sudah berlanjut ke laporan engagement rate yang ternyata telah mencapai lebih dari enam persen—tergolong sangat tinggi. Kini saya tidak heran lagi jika penjualan setelah satu bulan telah mengalami peningkatan yang pesat.
Tidak heran pula jika beberapa kali akun-akun pemburu kedai kopi unik ataupun akun-akun pegiat kopi, telah menggaet Pelataran Langit untuk membuat konten kolaborasi. Banyak pula roastery terkenal, para pelancong, ataupun juga para pencinta kopi, yang datang secara khusus hanya untuk mengulas suasana dan pengalaman minum kopi di Pelataran Langit.
"Setelah dilihat-lihat, konten edukasi kayaknya harus kita perbanyak, terutama untuk konten reels. Orang zaman sekarang lebih suka nonton video singkat, ketimbang baca caption atau infografis yang panjang-panjang," saran saya, yang kemudian ditimpali kata 'setuju' dari Lando dan Pras.
"Oh, iya video-video singkat semacam video sinematik untuk ambience ngopi di pelataran langit juga bisa kita bikin, tuh" imbuh Pras semangat. "Paling nanti Lando siap-siap aja jadi korbannya Mas Rendra lagi."
"Wah, ini namanya kau mau aman sendiri, Lek," semprot Lando dengan logat Sumatra Utaranya yang tiba-tiba sudah keluar. Ia kemudian menoyor asal pundak Pras, membuat kawannnya itu terkikik geli.
Tawa dan antusiasme kian mewarnai diskusi di pagi yang segar itu. Kopi seduh manual buatan Bintang pun, tak lupa menemani. Mengingat bagaimana Pelataran Langit kini telah mendapat lebih banyak atensi dan eksposur, kemudian mengkatalis lebih banyak lagi ide dan saran-saran perencanaan konten dari kami berempat.