35. Art Gallery

705 95 23
                                    

"Tante Laksmi dalam rangka apa ke sini? Nggak mau yang aneh-aneh lagi kan, Bu?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tante Laksmi dalam rangka apa ke sini? Nggak mau yang aneh-aneh lagi kan, Bu?"

Pertanyaan itu lolos dari bibir Sandhya saat Asti mengungkapkan jika di esok hari Tante Laksmi akan berkunjung lagi ke Semarang untuk suatu keperluan. Tak lupa, Tante Laksmi juga akan menginap di rumah mereka patinya.

Sandhya seketika mengingat kelakukan random Tante Laksmi, sang kurator seni independen yang nyentrik itu, pada setahun lalu. Masih segar dalam ingatan, bagaimana Tante Laksmi tiba-tiba menjodohkannya dengan beberapa laki-laki yang menurut Sandhya aneh-aneh semua kelakuannya.

Asti sekilas tertawa kecil. Ia mengerti maksud putrinya. "Kayaknya enggak, sih. Tante Laksmi cuma mau ada urusan pameran," jawab Asti.

"Pameran di mana?" tanya Sandhya penasaran.

"Di mana, ya? Kayaknya di galeri seni yang di daerah Kota Lama itu," tanggap Asti, yang kemudian hanya ditimpali 'oh' singkat oleh Sandhya.

Asti kemudian merapat ke sebelah Sandhya yang tengah duduk santai di ruang keluarga. Ia lalu menggenggam jemari sang putri. Mata dengan sorot keibuan itu menatap lembut ke dalam mata sang putri.

"Kenapa, Bu?" tanya Sandhya lembut, agak heran dengan sikap sang ibu.

"Ibu minta maaf, ya, waktu itu pernah maksa-maksa kamu," ungkap Asti, lagi-lagi mengingat masa-masa kurang menyenangkan itu. "Waktu itu, Ibu betul-betul nggak mikirin persaan kamu yang masih trauma dengan Haikal atau dengan pertunangan kamu yang pernah gagal. Maksa jodoh-jodohin kamu padahal waktu itu kamu nggak mau," ucap Asti yang kemudian belum ingin ditanggapi oleh Sandhya. "Ibu egois karena memaksa kamu untuk cepat-cepat dapat pasangan lagi, lalu menikah. Ibu terlalu berprasangka buruk kalau kamu nggak akan pernah mau buka hati dan mencoba lagi."

Genggaman jemari Asti terasa semakin mengerat. Satu hela napas pendek lalu mencelus dari sela bibirnya, terdengar seperti sesal yang tertahan.

"Setelah kamu pergi lagi waktu itu, Ibu sadar kalau Ibu bisa saja mengulang kesalahan yang sama dengan rumah tangga ibu dulu," tutur Asti. "Ibu sempat terlalu mementingkan perasaan malu sama keluarga karena pertunanganmu yang putus itu. Tapi, sayangnya Ibu nggak mikirin sakitnya perasaanmu karena Haikal. Ibu bahkan sempat menghakimi perasaan sedihmu, nyuruh kamu untuk cepat-cepat bangkit padahal kamu masih sangat sakit."

Sepasang mata tua dengan garis sendu itu kembali menatap dengan penuh kelembutan. "Sekali lagi Ibu minta maaf, San," pungkas Asti penuh penyesalan.

"Udah, Bu. Nggak usah dibahas lagi. Aku sudah lupakan soal Haikal. Sudah lama. Nggak perlu bahas-bahas lagi, ya," sanggah Sandhya. Tanpa perlu mengatakannya, dalam hati ia sudah sangat menghargai permintaan maaf dan pengakuan sang Ibu.

"Di waktu yang tepat, Ibu harap kamu ketemu dengan jodoh yang paling tepat juga. Sekarang ini nikmati saja semua hal yang bisa buat kamu senang. Ibu percaya kamu pasti akan buka hati lagi."

A Cloudy Place In Your Heart (FIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang