Peringatan Konten Dewasa
***
Kali ini Nate tidak mau mengulang kesalahan yang sama. Dia tidak mau terlambat ke kantor untuk kedua kali. Jadi, ia memasang alarm agar bisa bangun jam 06:00 pagi. Dia berhasil melakukan itu meskipun rasa kantuk tak bisa lari darinya.
Tidak ada lagi yang membuatkan sarapan. Ada sedikit rasa hampa, tetapi Nate berusaha untuk tidak menggalau. Dia sempat mengintip ke luar kamar kosnya dan Violeta seperti sudah selesai mandi di sana. Wanita itu sedang bersenandung sembari membersihkan kamar kosnya. Nate menyunggingkan sebuah senyuman ketika memikirkan betapa lucunya sosok Violeta.
Hubungan mereka sekarang canggung. Jadi, Nate merasa cukup malu hanya untuk melihat wajah Violeta di sana. Nate mencoba mengusir egonya, dan bersikeras untuk melakukan pekerjaannya saja tanpa memikirkan beban percintaan.
Tidak seperti hari sebelumnya, Nate memilih untuk berangkat sendiri ke kantor, tanpa ada Violeta menemani. Pria itu berusaha bersikap profesional. Dia tidak perlu memikirkan apapun, apalagi memikirkan tentang hukuman 3 bulan yang ingin Violeta berikan. Hukuman itu mungkin sudah tidak berlaku mengingat kini Violeta mempertimbangkan untuk kembali pada Victor.
Kenyataan memang menyedihkan. Nate menertawakan dirinya sendiri yang sempat menggalau kemarin. Kenapa dia harus galau pada gadis yang bukan pacarnya? Yang benar saja! Nate mengusir semua kegundahan itu dan bersemangat lagi.
Di kantor, terdapat pengumuman perayaan ulang tahun pemilik perusahaan. Ada beberapa serangkaian acara dadakan yang dibuat sehingga semua orang dibebaskan dari pekerjaan. Mereka hanya perlu duduk di aula, mendengarkan beberapa sambutan, dan makan kue.
Nate agak telat masuk ke aula, sehingga dia tidak bisa memilih kursi mana yang harus ia tempati duduk. Nate sama sekali tidak peduli akan hal itu. Dia tidak memikirkannya. Dia bisa saja duduk di belakang dan tidur. Lalu akan bangun ketika sudah pembagian nasi kotak.
"Nate! Ayo duduk di sini!"
Ilham teman satu tim Nate melambaikan tangan untuknya. Nate mencoba melirik siapa saja yang ada di kursi dekat Ilham. Sial! Hanya ada satu kursi yang kosong, dan itu di dekat Violeta. Nate tidak mungkin ke sana!
"Ayo, Nate. Masih ada satu kursi yang kosong!" teriak Krystal.
Nate mengangkat jempol dan memaksakan diri mendekati mereka. Dia tidak mungkin duduk di belakang sendirian ketika teman satu timnya memanggil dirinya, bukan? Nate hanya perlu bersikap tak peduli dengan apapun.
Menghela napas, Nate duduk di samping Violeta yang membatu. Violeta terlihat serius hari ini, dan Nate merasa kalau wanita itu masih marah terhadap dirinya.
Tidak ada yang bicara sehingga suasana sangat canggung antara Violeta dan Nate. Harusnya Nate duduk di samping Ilham atau Krystal sehingga pria itu bisa banyak berkomentar. Bukannya di samping Violeta.
Karena tidak mau tenggelam dalam suasana akward, Nate akhirnya menyalakan musik dan memasang earbud di telinganya. Kini Nate hanya bisa mendengarkan musik dan tertidur sekarang. Nate memejamkan matanya, dan mulai tertidur perlahan-lahan di kursi miliknya.
Nate tidak pernah berpikir kalau ia akan benar-benar tertidur dan bersandar di pundak Violeta. Pria itu sama sekali tidak berpikir sampai ke sana. Dia tidak menyadari apapun karena Violeta tidak membangunkannya.
"Nate tertidur. Astaga! Berani sekali dia tidur di pundak bu Violeta. Aku tidak tahu akan seperti apa hukuman Nate jika ia sudah bangun nanti." Ilham berbisik ke telinga Krystal.
Krystal menoleh melihat ke arah Nate dan merasakan ada perasaan cemburu. Dia tidak senang Nate bersandar di pundak wanita lain. Seharusnya Nate bersandar di pundaknya. "Semoga dia masih hidup setelah acara ini selesai," ujar Krystal.
Acara itu berlangsung hampir tiga jam. Nate bangun ketika setengah acara sudah usai. Betapa kagetnya ia waktu melihat di hadapan matanya adalah payudara Violeta. Dia sangat kaget, sampai Ilham dan Krystal menertawai tingkah lelaki itu. Violeta hanya memandanginya dengan satu seringaian.
"Setelah acara ini usai, kamu akan mendapatkan hukuman, Nate," ujar Violeta.
Krystal dan Ilham menggigit bibir karena merasa ngeri. Mungkinkah Nate akan membersihkan toilet? Atau berlalu naik turun tangga? Itu akan menjadi pekerjaan yang melelahkan.
"Ba... Baik."
Nate tergagap. Dia mengamati dirinya. Apakah ia mengeluarkan liur saat tidur? Mungkinkah ia mendengkur dan mengganggu Violeta tadi? Mengapa ia bisa tertidur seperti itu?
"Aku akan mencuci muka."
Nate pamit keluar ruangan aula hanya untuk membersihkan wajahnya. Dia mendesah karena sudah mengacaukan hari ini. Mengapa ia tidak bisa mengontrol tidurnya? Ini semua karena dirinya yang begadang semalam. Pekerjaan malam membuatnya benar-benar hilang akal.
Setelah mencuci muka, Nate keluar dari toilet, dan di sana Violeta sudah menunggunya sambil melipat tangan di depan dada. Wanita itu terlihat sangat garang padanya.
"Ikuti aku! Aku harus memberimu beberapa pelajaran!"
Nate pasrah, dan mengikuti langkah Violeta ke suatu tempat. Entah pelajaran apa yang akan diberikan Violeta padanya. Nate terus mengikuti Violeta sampai mereka menemukan ada gudang di sudut ruangan lantai 3. Violeta mengajak Nate masuk ke gudang itu.
"Sekarang kamu lepas pakaianmu, Nate!"
"Apa?"
Apakah Nate akan mendapatkan hukuman yang nikmat? Mata Nate berbinar. Dia memastikan gudang tempat mereka berada sepi dari orang-orang. Lalu tak lama ia melepas kemejanya. Mengambil alih mencium bibir Violeta. Tingkah Nate itu membuat Violeta mendesah nikmat, apalagi saat Nate mengecup dan bernapas di lehernya. Violeta menyerahkan dirinya sepenuhnya pada Nate.
"Jangan berhenti, Nate. Ayo lakukan hal lebih padaku. Kumohon, Nate. Lakukanlah. Aku tidak tahan!"
Kalimat-kalimat cabul itu menyemangati Nate, dan terus meraba dan meremas bagian sensitif Violeta. Benar saja, Violeta merasakan kenikmatan. Dia begitu bersemangat.
Nate tidak berhenti melakukan aksinya. Dia mengendalikan percintaan mereka kali ini. Nate melampiaskan semua gairah yang sudah ia tahan sejak kemarin. Pria itu semakin semangat menggosok bagian intimnya masuk ke dalam liang kenikmatan milik Violeta.
"Nate! Ah...."
Pada akhirnya Violeta mendapatkan puncak kenikmatannya yang pertama. Namun karena Nate sangat bergairah, Violeta harus tetap melayani lelaki itu, membuatnya kembali merasakan kenikmatan kedua. Hari ini Nate memiliki banyak tenaga dari hari-hari sebelumnya. Nate tidak memedulikan apapun lagi dan menyemburkan cairan kenikmatannya di rahim milik Violeta.
Napas keduanya tersengal-sengal. Ini adalah salah satu percintaan paling panas yang mereka lakukan. Sebuah percintaan yang menakjubkan.
"Mari lanjutkan hukuman itu sampai tiga bulan, Nate. Aku ingin menjalin hukuman denganmu selama tiga bulan. Kita lakukan itu diam-diam. Tanpa sepengetahuan Victor!" bisik Violeta.
"Tentu! Mari kita lakukan itu!"
Nate semakin semangat. Ini belum berakhir. Setengah dari tubuh Violeta masih miliknya. Dia masih bisa menikmati Violeta sampai tiga bulan ke depan.
"Selama kita bersama diam-diam, jangan melakukan hubungan seks dengan Victor!"
"Oke. Aku tidak akan melakukan itu."
Setelah itu, Nate kembali mencium Violeta. Rasanya tidak membosankan mencium wanita itu.
"Tunggu Nate! Kurasa ada CCTV di ruangan ini. Lihat di sana!"
Violeta menunjuk cahaya merah dari atas balkon. Sialan, kamera CCTV merekam adegan bercinta mereka. Nate agak cemas, tetapi Violeta mengatakan semua orang sedang mengikuti seminar. Jadi, Nate dan Violeta bisa ke ruang CCTV dan mengambil casette yang merekam mereka.
Jangan lupa vote
Instagram: Erwingg__
Facebook: Erwing Birman
KAMU SEDANG MEMBACA
Gairah Pria Dingin
General FictionNate hanyalah pria kesepian. Lelaki dingin yang tidak pernah dekat dengan siapapun. Namun malam itu, gairah mengubah hidupnya secara perlahan-lahan. Nate mengikuti nafsunya dan bercinta dengan atasannya, Violeta. Violeta sendiri memiliki hubungan y...