***
"Kenapa kamu memegang kalungku? Kamu menyukainya?"
Selama Violeta menutup matanya dan berbaring dalam pelukan Nate, saat itu pula Nate menyentuh kalung milik Violeta. Meraba kalung itu sambil merenungkan sesuatu. Dia bisa saja menarik kalung itu dengan mudah, tetapi tak ia lakukan. Sampai Violeta menyadari Nate melakukan itu sejak lama.
"Tidak. Aku hanya bermimpi bisa memberikan kalung mahal kepada seseorang suatu hari." Nate mengaku.
Setiap kali melihat kalung yang dikenakan Violeta, membuat Nate merasa begitu kecil. Kalung itu menyadarkan Nate bahwa ada lelaki yang lebih baik dari Nate. Lebih baik secara finansial yang siap mengambil Violeta sewaktu-waktu. Bahwa Nate hanyalah pengisi hati sementara yang suatu hari akan diambil orang.
"Nate... Tahukan kamu bahwa ada sesuatu yang tidak bisa diukur dengan uang?" Violeta bertanya sembari mendongaki Nate yang kini memandangi langit-langit kamar kos tempat mereka berbaring sekarang.
"Segalanya diukur dengan uang, Vio. Beginilah hidup. Segala sesuatu bisa diraih dengan uang."
Sementara masalah terbesar Nate adalah uang. Dia sadar betul bahwa suatu hari ia akan dikalahkan oleh orang yang memiliki uang dan kekuasaan. Nate tertawa dengan ironi yang ia alami. Nate sama sekali tidak berharga di mata banyak orang. Itulah yang ia pikirkan.
"Memangnya hal apa yang tidak bisa dibayar dengan uang?" Nate menoleh pada Violeta yang melihatnya dengan begitu serius.
"Kenyamanan, kesetiaan, dan juga cinta."
Nate terdiam. Jawaban Violeta cukup masuk akal baginya. Dia tidak pernah memikirkan hal itu sebab ia sibuk mengeluhkan nasibnya yang tidak memiliki uang.
"Kau benar. Mungkin memang hal itu tidak bisa dibayar dengan uang."
Nate menghela napas. Tiba-tiba dia mengusap wajah Violeta dan melepas tangan yang merengkuh tubuh wanita itu. Membuat Violeta menampakkan mimik kebingungan.
"Aku harus pergi kerja malam. Semoga mimpimu indah, Vio."
Nate memberikan ciuman hangat di ujung kepala Violeta. Dia meraih kemejanya dan memakai kemeja itu lagi. Kenyataan hidup Nate selalu begini. Dia harus bekerja keras untuk mendapatkan beberapa uang.
"Kalau aku istrimu, aku tidak akan biarkan kamu kerja malam," ungkap Violeta.
Sudah hal biasa bagi mereka untuk berandai-andai dan menyelimutinya dalam ungkapan candaan. Violeta sangat peduli akan kesehatan Nate. Tidak ingin Nate membebani dirinya sendiri dengan pekerjaan tambahan.
"Aku mungkin akan merepotkanmu jika itu terjadi. Beruntunglah kamu memiliki calon suami pilot. Dia akan memberikan apa saja untukmu."
Saat Nate mengatakan itu, Violeta merasa ingin mual. Di matanya, Victor sudah tidak ada harganya buatnya. Sayangnya ia masih mencintai lelaki tidak berharga itu. Entah sampai kapan ia bisa berdamai dengan kesalahan itu.
"Aku akan pergi. Jadi, nikmatilah tidurmu."
Sekali lagi, Nate mengacak rambut Violeta sebelum benar-benar pergi meninggalkan wanita itu. Dia harus kembali ke kamarnya, mengganti pakaian kerjanya, lalu kembali ke dunia nyatanya. Apa lagi selain bekerja? Takdir memaksa Nate bangun dari mimpinya. Dia tidaklah spesial bagi hidup ini. Dia harus bekerja keras untuk mendapatkan hal yang lebih banyak.
***
Sepulang dari pekerjaan tambahannya, Nate kembali ke kamar kos dengan perasaan letih. Dia tidur selama dua jam saja lalu bangun pagi-pagi untuk siap-siap bekerja lagi dan lagi. Kadang Nate merenungi nasibnya. Apakah ia harus terus-menerus bekerja dalam hidupnya? Itu sangat melelahkan dan Nate terkadang merasa ingin menyerah saja.
Orang tuanya di kampung tidak pernah peduli pada kehidupan Nate. Mereka hanya peduli pada hasil dari kerja keras Nate saja. Jarang sekali orang tua Nate menelepon, dan itu membuat Nate kadang-kadang merasa dirinya sendirian.
"Nate!" panggil seseorang dari luar kamar kosnya. Itu jelas suara milik Violeta.
Nate membuka pintu kamar kosnya dan Violeta sudah selesai memakai pakaian kerja. Seperti biasa penampilan Violeta sangat cantik dengan wibawa yang ia tunjukkan melalui pakaiannya.
"Kamu belum mandi?" tanya Violeta yang menunjukkan ekspresi garang.
Nate tersenyum saja, tanpa memberikan jawaban dari pertanyaan Violeta. Pria itu malah fokus pada apa yang dibawa Violeta.
"Kamu bawa sarapan lagi. Aku tidak enak kamu melakukan itu nyaris setiap pagi."
Di satu sisi, Nate bahagia dengan perlakuan itu. Namun, di sisi lain dia juga tidak enak merepotkan atasannya.
"Tak apa, Nate. Jangan katakan itu terus. Ayo mari sarapan sebelum mandi. Kita harus berangkat bersama," ujar Violeta.
Kini wanita itu masuk ke kamar Nate dan menyiapkan sarapan mereka. Violeta menyiapkan pisang goreng sebagai sarapan dan kopi sebagai minumannya.
"Apa kamu tidur tidak memakai baju setiap hari?" tanya Violeta sembari menyodorkan kopi pada Nate.
Melihat Nate tidak memakai baju, membuatnya merasakan sesuatu, dan itu tidak bagus untuknya. Dia harus bekerja dan tidak bisa terus menuruti hasrat yang ia rasakan.
"Kadang-kadang. Di sini panas karena tidak ada kipas angin."
Benar! Violeta baru menyadari itu. Violeta mengangguk dan memulai kegiatan makan sarapannya. Nate juga melakukan hal yang sama. Keduanya fokus menyantap sarapan sehingga tidak ada yang bicara. Nate sibuk melihat ke arah pintu, dan Violeta pada ponselnya.
Violeta ingin sekali menanyakan pendapat Nate mengenai Krystal, tetapi keberanian dalam dirinya hanya sedikit. Entahlah, Krystal sedang semangat-semangatnya mengejar cinta Nate, dan itu akan sulit bagi Violeta melihat perjuangannya setiap hari.
"Aku akan membuatkan kamu makan siang juga," kata Violeta tiba-tiba.
"Itu bagus!" Nate membalas dengan seruan.
Namun dalam beberapa menit berikutnya, Nate menyesalinya. Ini akan menjadi perang yang nyata. Bagaimana kalau Krystal juga membuatkan makan siang untuk Nate. Makan siang siapa lagi yang akan dipilih oleh Nate.
Mendadak Nate dilema. Dia ingin menarik kata-katanya dan meminta Violeta untuk tidak membuatkan makan siang, tetapi ia tidak mampu membuat Violeta kecewa.
Nate seperti sedang berpetualang. Kini pria itu terjebak dalam sebuah hubungan. Meskipun ia tahu betul bahwa hubungan dengan Violeta sangat beracun. Namun, Nate sangat menikmati semua alur dari hubungan itu. Nate hanya ingin menikmati semuanya.
Bagaimana Nate harus mengatasi ini nanti? Dia baru saja menyetujui adanya peperangan antara Violeta dan Krystal. Nate bisa membayangkan akan seperti apa akward-nya situasi makan siang nanti. Nate menghela napas panjang. Dia hanya berharap Krystal tidak membuatkannya sarapan juga, supaya semua masalahnya terasa lebih mudah.
"Ayo cepat mandi, Nate. Kita bisa terlambat jika kamu terus berlama-lama."
"Baiklah. Aku akan mandi segera. Tapi bisakah aku mendapatkan sesuatu dulu?" tanya Nate.
"Apa?"
"Aku ingin kamu duduk di pangkuanku sebentar." Violeta memandang pria itu penuh rasa curiga dan Nate cepat-cepat menjelaskan, "Kita tidak akan bercinta pagi-pagi. Aku hanya memelukmu itu saja."
Akhirnya Violeta menuruti kemauan Nate, dan menyadari senjata Nate mengeras. Violeta bisa merasakan senjata itu menusuk bokongnya. Sebelum Violeta bertanya, Nate sudah lebih dulu bergegas ke kamar mandi. Violeta bisa mendengar Nate mengerang dari dalam sana. Violeta baru saja membuat Nate dalam masalah.
Jangan lupa vote.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gairah Pria Dingin
General FictionNate hanyalah pria kesepian. Lelaki dingin yang tidak pernah dekat dengan siapapun. Namun malam itu, gairah mengubah hidupnya secara perlahan-lahan. Nate mengikuti nafsunya dan bercinta dengan atasannya, Violeta. Violeta sendiri memiliki hubungan y...