Bab 16

6 4 0
                                    

Butuh waktu yang tidak sebentar untuk membaca dua buku yang didapatkan dari Museum Bumi. Tim inti yang dipimpin langsung oleh Jaiden itu terdiri dari Laura, Judith, dan Marvell.

Setelah menghabiskan waktu berhari-hari mereka akhirnya menemukan Kecoa, mulai dari Gen, nama ilmiah dan ciri-ciri nya mirip dengan blatta.

"Di bumi, kecoa juga merupakan hama yang tidak disukai, hal ini berkaitan dengan kesan kotor, menjijikkan, menimbulkan bau busuk dan beberapa penyakit menyebabkan reaksi alergi terhadap manusia." Laura melaporkan hasil bacaannya.

"Relate dengan kehidupan blatta saat ini," ujar Marvell. "Lihat sarangnya, mengerikan dan bau."

Laura mengangguk setuju, pernah sekali perempuan itu menerobos sarang blatta demi mendapatkan cairan yang dihasilkan blatta dan juga mengambil salah satu cangkang telur yang telah menetas.

"Ada sebuah studi yang dituliskan di sini, kecoa dapat menyebabkan keracunan makanan, karena membawa patogen  di tubuhnya seperti Salmonella, Streptococcus, Staphylococcus, Coliform dan bakteri patogen lainnya. Dan kesimpulannya semua sudah bermutasi menjadi makhluk mengerikan, baik itu kecoanya sendiri, dan juga dengan bakteri di dalamnya."

Jaiden setuju dengan Laura, dia melihat gadis itu terlalu bersemangat, anting-anting yang digunakan bergerak lincah.

"Sama halnya seperti blatta menjadi harbor (tempat hidup) dan transmitter, blatta membawa patogen penyakit karena mereka memakan apa saja, termasuk sisa makanan dibuang di dapur dan di kotak sampah. Blatta juga hidup di saluran pembuangan limbah manusia, secara mekanis dapat mentransfer kuman melalui cairan kuning pekat yang mereka semprotkan ketika bertemu dengan bahaya."

Jaiden mengangguk, dia hanya mengawasi dan membiarkan timnya bekerja dengan baik. Bukan tidak mau berpikir, melainkan Jaiden tengah mempersiapkan bagaimana caranya agar strategi mereka berhasil.

Biarlah Laura dan Marvell yang merumuskan bagaimana membuat sebuah insektisida yang bisa memberantas blatta sampai tuntas.

"Laura, Marvell, apa metode pemberantasannya sama dengan rencana kalian semula?"

"Untuk metodenya tetap yang slow action, blatta tidak akan mati dengan cepat sesaat setelah ditembak dengan senjata berisi baiting gel. Mereka akan kembali ke sarangnya dan mati di sana, baru-baru ini kami juga mendapati fakta lainnya, blatta dewasa adalah kanibal."

"Jadi mereka bisa saling memakan sedangkan dalam tubuhnya sudah terdapat insektisida?" tanya Jaiden.

"Betul, dan itu mempercepat kematian."

Pembahasan terus dilakukan sampai Laura dan Judith sepakat dengan satu formula terbuat dari tumbuhan-tumbuhan yang tidak disukai blatta.

Tidak hanya satu sampel yang mereka buat, tetapi sekaligus lebih dari lima sampel.

Jaiden optimis semuanya akan berhasil meski masih ada sedikit keraguan dalam hatinya. Jaiden melihat sendiri bagaimana sarang blatta tercecer di setiap tempat. Kekhawatiran tetap dia rasakan, dia takut metode ini justru akan membuat blatta mati di sembarang tempat jauh sebelum mencapai sarang mereka.

Dia ingat dengan Albie, prodigi di Greamor sangat pintar dan cekatan mengoptimalkan teknologi. Mulai dari mesin-mesin serta kendaraan kapsul yang baru satu kali dia naiki.

Jika Greamor dan Eqouya bersatu, maka semua tidak akan menjadi hal yang sulit. Greamor bisa membantu membuat senjata dan Eqouya akan membuat formulanya. Dengan senjata, mereka bisa menembak senjata dari jarak jauh.

"Judith, ikut saya," ujar Jaiden.

"Oke, Khan," jawabnya.

"Santai saja, anggap saya temanmu." Judith mengangguk takzim.

Fighter's Prejudice (Tamat, Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang