Bab 18

12 4 1
                                    

“Bawa aku pergi jauh dari sini,” pinta Albie, dia berusaha melihat sekeliling Canal. Keduanya bersembunyi di antara bebatuan.

“Ini yang mau aku tanyakan, mengapa mereka mengejarmu dan kenapa kamu lari?” tanya Jaiden. Lelaki itu memperbaiki anak-anak rambut yang basah dan menempel di pelipis. Ada air yang menggantung pada bulu mata indah Albie.

“Kita pergi dulu atau aku akan tertangkap, kita berdua tidak akan selamat. Logan mengerahkan pasukannya untuk menangkapku.”

Jaiden melihat ke depan, eageleon dari geramor terlihat terbang berkeliling sekitar pinggiran canal.

“Kamu bisa menyelam?” tanya Jaiden.

Tentu saja bisa, Albie terlatih dengan baik sebagai Hunter meski pada kenyataannya dia adalah seorang prodigi.

“Kita menyelam?” Albie malah balik tanya.

“Air pasang terlihat tenang, tapi arus di bawahnya cukup kencang. Kita menyeberang, tapi menyelam agar tidak terlihat hunter-hunter.”

Benar juga usulan Jaiden, ditambah lagi airnya tidak sejernih biasanya sehingga dari atas tidak bisa melihat ke dasar air.

“Kita ke Eqouya?” Albie masih tidak percaya dengan ajakan Jaiden.

“Keberadaanmu di sini untuk apa jika bukan untuk ke Eqouya?”

Benar, Albie memang melarikan diri untuk mencari Jaiden. Dirinya tidak pernah menyangka secara kebetulan akan bertemu dengan Jaiden di tempat ini.

“Cepat sebelum kita ketahuan.”

Albie mengangguk. Dia membuka ikat pinggangnya. “Pegang ini, agar kita tidak terpisah di dalam air.”

Jaiden meraih ikat pinggang kulit dari tangan Albie, tetapi dia tidak hanya memegangnya melainkan mengikat dengan simpul dengan ikat pinggangnya dan menjadi lebih panjang.

“Seperti mengikat sebuah hubungan,” celetuk Albie, Jaiden tersenyum, sempat-sempatnya Albie bergurau di tengah situasi yang lagi genting.

“Anggap saja begitu.”

Langkah terakhir, Jaiden mengaitkan ujung ikat pinggang ke tali penahan di pinggangnya. Lalu mereka mencelupkan kaki ke air dan Canal itu menelan tubuh keduanya sepenuhnya. Bersamaan dengan itu, rombongan Hunter yang menunggangi eageleon melintas. Kali ini mereka selamat lagi.

Butuh perjuangan panjang untuk melintasi The Infinite Canal, selain sedang pasang dan arus bawahnya cukup deras, suhu air pun membuat tubuh mati rasa. Sesekali Albie dan Jaiden menyembulkan kepalanya untuk mengambil napas dalam-dalam, mengisi paru-paru mereka dengan udara bersih.

Judith yang mengawasi dengan menggunakan teropong, tergopoh-gopoh membantu Jaiden dan Albie yang baru saja menepi. Kerapatan pohon membuat mereka tidak terlihat dari seberang canal.

“Siapa dia, Khan?” tanya Judith.

“Dia yang ingin saya temui, kita kembali ke laboratorium. Albie, tidak apa-apa jika ikut dengan kami?” tanya Jaiden.

Rasa percaya membuat Albie menyetujui ajakan Jaiden. Memang tujuan awal lari dari Greamor adalah untuk bertemu dengan Jaiden dan melancarkan semua rencana sesegera mungkin.

Jaiden menggenggam tangan Albie dan membimbingnya untuk naik ke eageleon. Kemudian dia duduk di belakangnya.

Aroma tubuh Albie meluruhkan semua rasa rindu yang dia pendam. Rambut panjangnya yang tidak terikat menampar-nampar wajah Jaiden karena tertiup angin.

"Kamu wangi," komentar Jaiden.

"Jangan menggodaku, nanti kita jatuh."

Albie berusaha menolak perlakuan Jaiden, yang sesungguhnya perempuan itu menahan perasaan malu. Ada getaran dalam dadanya. Ada buncahan rasa bahagia yang hanya bisa dia redam dengan memalingkan wajahnya.

Fighter's Prejudice (Tamat, Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang