❀ Fourth

321 51 0
                                    



Seungmin melangkah lesu keluar dari kelas, kaca mata bulatnya bahkan masih bertengger membingkai mata sayunya. Tak lupa lengan kanan mendekap beberapa buku tebal mengenai mata ajar pagi ini.

Menjadi mahasiswa semester empat fakultas kedokteran sebenarnya bukan keinginan Seungmin sejak dulu. Bahkan tidak pernah terbayang dalam benaknya ia akan berkutat seharian penuh dengan buku-buku tebal yang membahas tentang organ tubuh manusia dan gangguannya.

Jika saja dulu kakaknya tidak menolak keinginan kedua orang tua mereka untuk mengambil FK. Maka dapat dipastikan bukan Seungmin yang menjadi korban perintah mutlak dari sang ibu. Ia pun akan sangat rela bergelut dengan maket-maket super merepotkan di jurusan Arsitektur yang diinginkannya. Dan dengan ketidaksediaan Jungwoo itulah makan Seungmin pun mau tak mau dengan terpaksa mengubur cita-citanya menjadi seorang arsitek. Menyebalkan namun bisa apa dirinya?

"Aduh astaga gue ngantuk banget. Malah gak bawa mobil lagi, harusnya gue gak usah turutin Bangchan yang maksa anter kalo ujung-ujungnya malah kayak gini." Misuhnya. "Mau balik sama siapa coba? Yakali minta jemput Bangchan, kasihan dia lembur semalam di bar setelah antar gue ke apart. Kalo telpon Hyunjin mana mau dia, coba sih Tuhan kasih gue pencerahan harus sama siapa gue balik siang ini?"

Tak lama setelahnya senyum miring Seungmin terbit dibibir ranum nya. Tuhan memang maha baik padanya yang tengah didzolimi oleh keadaan. Iris legam nya bertemu dengan Iris kembar lain milik seorang pemuda yang tengah bersandar didepan pintu sedannya.

"Lee Min Ho, gue ikut balik sama lo ya!" Kata Seungmin setelah dirinya berdiri tak jauh dari posisi Minho saat ini. Sementara si pemilik sedan berdecak. "Gak. Gue mau jalan sama Jisung, gak usah ikut-ikut lo!"

"Gue nebeng doang sama apart. Gak minat juga jadi orang ketiga,"

"Gak ada."

"Pelit banget sih. Gak akan ganggu gue, astaga." Seungmin rotasi kan bola matanya malas.

"Minta jemput Bangchan sana, dia pasti nunggu telpon lo sekarang."

"Ck. Udahlah gue tetap mau ikut." Tanpa menunggu izin dari Minho, Seungmin segera masuk kedalam sedan si Lee abaikan Minho yang berdecak kesal diluar sana.

"Heh! Muka kenapa ditekuk gitu? Gak bahagia lo sama gue?" Jisung datang dengan tangan yang diangkat untuk menepuk ringan bahu yang lebih tua.

"Apa sih Ji? Bukan lo sayangku. Tuh liat ada bayi babi didalam lagi manyun." Jisung tolehkan kepala, mencari maksud dari ucapan Minho barusan. Dirinya langsung temukan sosok Seungmin yang sudah duduk manis dikursi penumpang dengan kedua tangan terlipat didepan dada. Wajahnya memberengut menyebalkan.

"Kenapa dia?"

"Tanya aja sendiri. Udahlah yuk biar gak kemalaman nanti kita mainnya." Dibalas anggukan Jisung.

"Kenapa Min?" Tanya Jisung setelah dirinya mendudukan diri di kursi penumpang samping kemudian. Pemuda tupai itu menatap Seungmun dari spion dalam sembari menerka tentang apa yang tengah dihadapi sahabatnya itu dari air wajahnya.

"Apa?"

"Iya, lo kenapa? Ada sesuatu?" Seungmin gidikan bahu acuh. "Gak ada tuh, emang lo liat gue gimana?"

"Gue gak mau nebak. Maunya lo aja yang cerita duluan." Yang lebih muda rotasikan bola mata malas. Jisung itu tidak akan berhenti bertanya sampai dirinya mendapat jawaban yang memuaskan.

"Tentang?"

"Um... Tenang gimana dan kenapa lo ada di Bar Changbin semalam?" Seungmin menukik alisnya. Tak habis pikir dengan pertanyaan random Jisung barusan.

ᵁⁿᵃʷᵃʳᵉ || CHANMIN FANFICTIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang