❀ Sixth

237 34 1
                                    





Seungmin mendorong pelan pintu kamarnya, berusaha untuk tidak menimbulkan sedikitpun suara decitan pintu dengan lantai ataupun debuman ketika ditutup. Suasana gelap menyambutnya dalam dingin. Dihela napasnya panjang, sebelum tangannya meraba dinding guna temukan saklar lampu dan menyalakan lampu utama kamar berukuran tujuh kali enam ber dominasi putih dan abu tua itu.

Bungsu Kim itu segera merebahkan tubuh diatas kasur, matanya ia pejamkan. Rasa perih masih kentara di pipinya, bekas pukulan Lucas tadi. Bahkan jari-jari tangannya pun masih terasa berdenyut karena dipakai untuk memukul wajah Lucas terlalu keras.

Ucapan Lucas di arena tadi mendadak mengawang ditelinga, entah apa yang dilakukan Hyunjin hingga lelaki berdarah Hongkong itu terdengar sangat membencinya.

Waktu menunjukan pukul tiga dini hari, bersyukur dihari esok dirinya tidak memiliki jadwal kuliah. Setidaknya Seungmin bisa menenangkan sejenak pikirannya disini, tidak bertemu dengan Hyunjin, Jisung, Minho dan mungkin Bangchan. Walaupun tau yang harus ia hadapi selanjutnya adalah bertemu dengan Ibunya juga kakaknya yang menyebalkan.

Clek.

"Seungmin? Lo kapan balik?" Yang dipanggil seketika membuka pejaman matanya lalu menoleh kearah pintu dan menemukan sosok Jungwoo dengan balutan kaus oblong abu dengan celana pendek berwana army, ditangannya terdapat sebuah ponsel juga powerbank.

"Kenapa?"

"Enggak. Gue mau pinjam charger punya gue rusak terus yang satunya tertinggal di mobil Yuta." Seungmin melengos. "Ambil,"

Kakaknya itu segera masuk dan berjalan mendekati nakas. Charger ponsel Seungmin berada didalam laci nakas bersama dengan airpods dan beberapa earphone lama yang sengaja adiknya itu tinggalkan di kamarnya.

"Lo pulang ngapain? Tumben,"

"Ini juga rumah gue, emang harus punya alasan buat pulang kerumah? Selama rumah ini masih nerima gue untuk pulang, kenapa?"

Min,"


Seungmin berdeham sebagai respon dari panggilan Jungwoo. "Jangan minta uang terus. Papi lagi sakit di Palembang perusahan disana juga lagi ada masalah. Lo juga jangan ribut terus sama Mami, kasian vertigonya kambuh terus kalo abis ribut sama lo," Kata Jungwoo, nadanya tetap datar seperti biasa.

"Iya, salamin aja ke mami sama papi, gue minta maaf kalo kerjaan gue cuma repotin mereka terus."

"Kemarin gue denger lo sempat berantem juga kan sama mami masalah uang, coba untuk ngerti. Mungkin mami emang gak lagi pegang uang buat-,"

"Kak, gue balik buat istirahat. Bukan untuk ribut sama lo," Selak Seungmin cepat. Terdengar jengkel namun ia masih mencoba untuk tenang. Memang tidak baik jika bertemu dengan Jungwoo disaat lelah seperti ini. Bukannya menenangkan kakaknya itu pasti akan membuatnya semakin lelah saja.

"Kalo udah gak ada lagi, keluar. Gue mau istirahat," Finalnya.

Jungwoo mendengus, "kunci mobil lo ada di atas meja belajar, Terima kasih." Kemudian pemuda bersurai legam itu keluar dari kamar adiknya, menyisakan Seungmin dengan pejaman matanya, siap menyambut mimpi yang didambakan nya sejak tadi.


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ᵁⁿᵃʷᵃʳᵉ || CHANMIN FANFICTIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang