❀ Twenty Seventh

212 19 1
                                    

"Jin, kenapa?" 

Pemuda dengan mole dibawah mata itu menatap garang lawan bicaranya. Meski nampak tajam namun tak menutupi kilatan kegusaran dan kekhawatiran pada sosok didepannya. Hyunjin lalu berdecak.

"Pokoknya lo gak boleh kemana-mana Felix, kecuali sama gue. Pun gak untuk asal buka pintu. Ini pernyataan lo gak boleh protes dan gue juga gak nerima protesan lo." Tekannya sengit. 

Sang lawan berdecak tidak setuju, merasa kesal dan marah namun dirinya pun merasa sulit untuk ungkapkan kekesalan. "Emang kenapa sih?! Lo larang gue kemana-mana, lo kurung gue disini sendiri sementara lo bebas berkeliaran sesuka hati? Mana keadilan untuk gue? Gue tetap harus hidup Hyunjin!" protes Felix gusar.

"Iya lo emang harus tetap hidup Fel, makanya dengerin dan turutin apa yang gue bilang. Ini semua untuk kebaikan lo, tolong ngerti..." suara Hyunjin perlahan melirih. Mata tajamnya yang tadi menatap Felix bengis perlahan meredup, hilangkah rasa menusuk dan hanya sisakan tatapan sendu. 

Felix, pemuda mungil itu terdiam melihat sosok Hyunjin yang kokoh kini terlihat lebih rapuh. Sejujurnya Felix pun tidak mengerti tentang apa yang menjadi alasan Hyunjin mendadak melarangnya ini itu. Ini bukan seperti sosok Hyunjinnya yang biasa. 

"Tapi gue gak mau sendirian, jin,"

Hyunjin tangkup wajah Felix yang mulai sendu. "Lo gak akan sendiri sayang, gue gak akan kemana-mana, gue akan disini sama lo,"

"Tapi lo pasti ada perginya, Jin. Kalo lo pergi gue sendiri, seenggaknya kalo emang lo mau gue gak kemana-mana bawa gue ke Bandung, biarin gue tinggal sama Seungmin atau Jisung, itu lebih baik. Lo juga gak perlu khawatir karena gue ada yang jagain."

Hyunjin pejamkan mata sekejap, berfikir dan mencoba mencari jalan keluar lain yang setidaknya bisa menjaga hubungan keduanya. Ia juga mempertimbangkan apa yang Felix inginkan dengan segala kemungkinan didepannya.

Felix mungkin benar, Hyunjin pasti tidak benar-benar akan selalu ada disisinya meski Hyunjin akan mencoba untuk duapuluh empat jam bersama Felix, jika ia hanya berada di Jakarta saat Hyunjin pergi, maka banyak kemungkinan buruk yang mungkin saja akan terjadi.

Pilihan membawa Felix dan menitipkannya di Bandung termasuk opsi bagus, namun tidak mencegah kemungkinan bahwa 'sosok itu' tetap akan dicari keberadaan Felix.

"Aku janji akan baik-baik aja dan nurutin kamu apapun itu mau kamu asal kamu mau bawa aku ke Bandung, aku gak akan pergi kemana-mana dan cuma akan ada di tempat Seungmin atau Jisung ketika kamu pergi, janji,"

Pada akhirnya Hyunjin lepaskan napasnya panjang, dan mengangguk setuju. Dirinya memang harus mengalah, biarkan saja demi Felixnya ia tidak masalah.

Tangan besarnya lalu beralih meraih ponsel pintarnya yang tergeletak diatas kasur, ibu jarinya bergerak menelusuri daftar kontak yang tersimpan di ponselnya, mencari nomor Bangchan untuk segera ia hubungi. Setidaknya Hyunjin butuh validasi dari pemilik tempat yang akan ia gunakan untuk menitipkan Felixnya sementara waktu hingga keadaan kondusif.

Telpon berdering hingga disambungan kelimat diangkat oleh yang lebih tua.

'Oit Jin, kenapa?'

"Seungmin ada?"

'Seungmin udah di rumah sakit dari jam tujuh, shift pagi. Ada apa?'

"Oh enggak sih, Felix mau spend holiday di Bandung. Gak mungkin dia kalo gue taro di tempat gue tiap harinya, apalagi gue juga lagi ada sibuk. Niatnya mau titipin Felix juga kalo gue lagi keluar nantinya,"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 23, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ᵁⁿᵃʷᵃʳᵉ || CHANMIN FANFICTIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang