❀ Twenty Second

155 21 1
                                    

Bangchan menghela napas panjang. Seungmin berada tepat disebelahnya saat ini. Namun rasanya dirinya bagaikan tidak bersama siapapun disana, duduk dikursi kemudi dengan fokus yang selalu terbagi antara jalan juga wajah lesu milik si manis yang kini tengah menatap keluar jendela. Tanpa bersuara hanya duduk diam seperti menunggu waktu eksekusi tiba. Jika ditanya pun anak itu hanya akan menjawab seadanya, atau hanya menanggapi dengan anggukan juga gelengan.

Yang lebih tua kembali menghela napas, lalu kembali bertanya. "Kamu kenapa sayang?" sejujurnya Bangchan sangat tidak bisa jika terus seperti ini apalagi jika itu bersama Seungminnya. Sosok yang ia rindukan beberapa hari kebelakang ini.

Bukannya menjawab Seungmin malah ikut menghela napas. "Gak kenapa-napa,"

"Kamu kesel sama mamimu? Atau kenapa?"

"Gapapa Chan, serius gue gak kenapa-napa,"

Chan mengetukan jarinya pada stir mobil. mencoba mencari topik apa yang bisa ia bahas dangan Seungmin saat ini. "Kakakmu dirumah ya? Tadi aku liat mobil asing soalnya,"

"Hm."

Bangchan mengangguk. Sekarang dirinya mengeerti apa yang menjadi sebab mood si manis itu hancur di pagi hari, ya tentu saja kehadiran kakak pemuda itu dirumahnya. Meski Bangchan sudah mengenal kedua orang tua Seungmin —yang kebetulan berada dirumah saat ia menjemput Seungmin untuk diantar ke kampus— namun ia sama sekali belum mengetahui siapa dan bagaimana rupa sosok kakak si manis.

"Dia kenapa lagi, huh?" 

Seungmin lalu berdecak. "Anjing emang tuh orang, gak jelas dateng-dateng nyari gara-gara aja. Ngomong yang enggak-enggak tentang gue padahal dia yang enggak-enggak." Bibirnya di pout maju beberapa centi, kedua tangannya pun dilipat didepan dada menandakan dirinya benar-benar kesal dengan tingkah kakaknya.

"Emang dia bilang apa?"

"Pacar gue tua, padahal cowok dia lebih tua dari lo, malah gak jelas rambutnya gondrong warna-warni kayak ayam jablay, anjing emang."

Ditempatnya Bangchan terbahak. Merasa konyol mendengar alasan Seungmin bertengkar dengan kakaknya, namun disatu sisi dirinya senang Seungmin membelanya didepan keluarga anak itu. 

Tangan kirinya ia layangkan untuk usak surai kecokelatan milik Seungmin. "Astaga cuma gara-gara itu? Kakakmu cuma mau godain kamu aja kali, lucu banget sih pacarku,"

"Bukan cuma please. Gue gak suka, dia gak tau apa-apa tentang lo. Tapi dia ngomong seakan tau tentang lo," Seungmin merengut.

Chan terbitkan senyum tipis pada bibirmya. "Dia gak salah kok. Aku emang lebih tua kan dari pada kamu,"

"Tapi gue tetep gak suka."

"Iya-iya oke, maaf." Lalu suasana kembali hening. Seungmin kembali sibuk dengan kekesalannya dan Chan sendiri kembali sibuk memikirkan cara untuk membangkitkan kembali mood si manis. Kemudian ia mengingat, bahwa dirinya sempat membekali diri ketika pergi ke Bogor dengan membawa dua pak permen susu kegemaran Seungmin yang direkomendasikan Chan sebagai pengganti rokok ketika mulutnya merasa pahit.

"Mine, di jok belakang ada milkita sama UHA coklat loh, aku kemarin beli pas mau ke Bogor."

Seperti harapan, Seungmin tolehkan kepalanya. Sebelum detik selanjutnya membawa tubuhnya untuk sedikit dicondongkan untuk meraih permen yang dimaksud.

Mata bundar yang sebelumnya layu terlihat berbinar ketika sensasi manis khas susu lumer dalam mulutnya. Kegiatannya pun tak luput dari penglihatan Bangchan, sosok yang lebih tua pun terkekeh gemas melihat bagaimana raut Seungmin yang terlihat kegirangan dengan permen susunya.

ᵁⁿᵃʷᵃʳᵉ || CHANMIN FANFICTIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang