2. Rania Kadhisti Zulkarnain

9K 883 52
                                    

Dua tahun yang lalu

Rania tak bisa membendung tangisnya saat mendapat kabar bahwa Dito, pria yang seharusnya menjadi suaminya hari ini, tidak kunjung datang ke gedung pernikahan. Tidak ada kabar dari keluarga maupun kerabat Dito, seorang pilot pada sebuah maskapai penerbangan terkenal.

Rania dan Dito sudah menjalin hubungan percintaan secara hubungan jarak jauh selama lebih kurang dua tahun. Rania yang tinggal di Bandung dan Dito yang tinggal di Jakarta. Pekerjaan Dito sebagai pilot senior khusus penerbangan luar negeri membuat Dito tinggal berpindah-pindah. Jadwal penerbangannya sangat padat. Selama dua tahun bisa dihitung berapa kali Dito dan Rania bertemu. Dan Dito yang selalu mendatangi keluarga Rania. Hingga akhirnya Dito melamar Rania serta menyetujui tanggal pernikahan.

Kini Rania hanya bisa terus meratapi dirinya karena calon suami dan keluarganya mendadak tidak bisa dihubungi.

Semua yang mengelilingi Rania hanya mampu memberi kata-kata sabar dan menenangkan. Mereka juga tak kuasa menahan kesedihan saat melihat Rania yang sudah sangat cantik dengan gaun pengantin mahal serta make up pengantin professional. Gedung pernikahan yang sudah dihias dengan dekorasi indah dan para saksi serta petugas KUA yang sudah datang dan duduk mengelilingi meja pernikahan. Rania benar-benar terpukul, juga keluarga besarnya yang sangat malu.

Hari pernikahan yang seharusnya indah, menjadi sebuah kesedihan yang sangat mendalam bagi Rania. Beragam isu miring pun tertuju kepadanya, dari persoalan dirinya yang berasal dari keluarga sederhana, ayahnya tinggal di Berlin yang seolah tidak peduli dengan kehidupannya dan ibunya yang bekerja sebagai guru Sekolah Dasar, hingga pekerjaan Rania sebagai guru lepas anak-anak jalanan.

Keadaan ini mungkin membuat Dito berpikir ulang menikahi Rania. Buktinya satu minggu setelah kejadian sedih Rania, ada kabar mengejutkan bahwa Dito malah menikah dengan seorang penulis terkenal yang bernama Nadine, perempuan keturunan Indonesia yang sudah lama tinggal di Belanda.

"Dia pergi ke Amsterdam. Dia punya jadwal penerbangan ke sana waktu hari pernikahan itu. Rupanya dia menikah dengan kekasihnya di sana..." ungkap Sherly, istri dari Om Alvaro. Alvaro adalah orang yang sudah Rania anggap sebagai sosok pengganti ayahnya. Selama ini Alvarolah yang membiayai hidup dan sekolah Rania hingga kuliah dan menjadi seorang guru lepas, bahkan membiayai pernikahannya.

Rania diam tak bergeming. Dia tidak menangis saat Sherly menceritakan hal yang sebenarnya. Air matanya sudah habis terkuras selama satu minggu menangisi batalnya pernikahan. Tidak menyangka, rupanya Dito mendua saat masih menjalin kasih dengannya.

"Sabar, Rania..." ucap Sherly yang tidak tega melihat penampakan Rania yang semakin kurus karena tak berselera makan.

"Iya, Tante..." lirih Rania menggeram.

Bagaimana Rania tidak sedih. Ini bukan kali pertama dia mengalami pahitnya mencinta. Sebelum menjalin kasih dengan Dito, Rania pernah bertunangan dengan seorang pria bernama Yudi. Hanya tiga bulan bertunangan, tiba-tiba Yudi memutuskan pertunangan. Ternyata ada kabar bahwa dia sudah menikah pada saat masih bertunangan dengan Rania. Dia menikah dengan perempuan lain yang sudah dia hamili.

"Dia bukan jodoh yang baik untuk kamu, Rani..." ucap Sherly yang berusaha membesarkan hati Rania.

Rania mengangguk lemah.

"Tuhan pasti punya rencana lain..., yang terbaik untuk hidup kamu nanti..."

"Iya, Tante..."


***


Damian Rubiantara, Papi Alaric, manggut-manggut setelah mendengar penjelasan sahabatnya, Gustav Alvaro, mengenai jati diri calon perempuan yang akan dijodohkan dengan anak keduanya, Alaric Cahyo Rubiantara. Damian sudah tidak tahan lagi dengan perangai Alaric yang semakin lama sangat memuakkan dan merugikan kehidupan keluarganya. Hingga akhirnya dia memutuskan untuk menarik kembali hak Alaric terhadap harta-harta yang dia miliki, karena sikap Alaric tersebut.

Alaric kerap kali memberikan hadiah-hadiah besar dan mewah kepada Alea, kekasih yang dia pacari sejak SMA, memanjakannya, hingga seringkali melupakan urusan keluarganya. Alea selalu dinomorsatukan Alaric. Pernah suatu kali, Alaric pergi begitu saja dari rumah sakit di mana saat itu dia sedang mendapat giliran menjaga omanya, Mathilda, yang sedang dirawat. Alaric malah pergi menjemput Alea di Bandara, yang pada waktu itu baru pulang dari Surabaya. Bukan sekali dua kali Alaric mangkir dan selalu Alea yang menjadi biang masalah. Puncak kemarahan Damian adalah di saat Alaric meninggalkan Manda sendirian di sebuah kamar hotel di Raja Ampat.

Yang menyebalkan, Alea seolah tidak mau tahu dengan keadaan keluarga Alaric. Dia pikir tidak ada yang aneh dengan apa yang dia inginkan dari Alaric. Dia selalu beranggapan bahwa sikap Alaric sangat wajar memanjakannya, dengan dalih hanya dia perempuan satu-satunya yang bisa memberikan kebahagiaan sesungguhnya kepada Alaric. Buktinya, sudah delapan tahun lebih dia dan Alaric menjalin kasih hingga sekarang. Alaric benar-benar mencintainya.

"Rania. Dia sudah aku anggap seperti anakku sendiri. Saat usianya dua tahun, mamapapanya bercerai. Mamanya tinggal di Bandung, papanya di Berlin. Dia sebelumnya ditinggal menikah. Kemudian sejak itu dia tidak lagi mau berhubungan dengan pria manapun. Jika ditanya dia bilang sudah tidak punya keinginan lagi. Padahal sudah beberapa pria yang melamarnya," tutur Alvaro menjelaskan.

Alvaro bertemu dengan keluarga Rania saat berkumpul dengan komunitas Jerman yang tinggal di kota Bandung. Pada saat itu dia bertemu dengan Vivi, Mama Rania dan dua kakak perempuan Rania, Noura dan Baiti. Vivi pada saat itu memperkenalkan Rania kepada Alvaro. Tidak seperti nama belakang dua kakaknya yang diikuti nama papanya, Gunter, nama belakang Rania justru memakai nama kakeknya, Zulkarnain. Vivi bercerita hal tersebut terjadi dikarenakan ayahnya yang kesal dengan perbuatan Gunter yang tiba-tiba berubah sejak Rania lahir, hingga perpisahan tak terelakkan lagi. Saat itu juga Vivi pun sempat mengeluh kesulitan membiayai kuliah Rania. Dengan lapang hati, Alvaro bersedia membiayai hidup dan kuliah Rania.

Damian mendengus.

"Bagaimana dia mau menikah dengan Alaric, sementara dia sendiri tidak punya keinginan untuk menikah?" tanya Damian ragu.

"Tenang, Demi. Aku akan bujuk dia," jawab Alvaro dengan gaya khasnya.

"Kamu memanfaatkan kesedihannya..." lirih Damian.

"Kenapa tidak? Alaric semakin lama semakin tidak bisa kamu kontrol lagi kan?"

Damian menghela napas panjang.

"Dia gadis yang sangat sabar, terlepas kekecewaannya terhadap laki-laki. Aku akan atur semuanya, aku yakinkan dia supaya bisa segera menikah dengan Alaric. Tugasmu menekan Alaric," atur Alvaro dengan sikap tenangnya. Dia juga sangat gerah dengan sikap Alaric yang keras kepala dan sangat sulit diarahkan. Hanya satu saja kelebihan anak sahabatnya itu, dia bisa bekerja dengan baik di perusahaan milik keluarganya.

"Aku bisa melihat jejakmu dan Mala di dalam diri Alaric. Alaric yang susah ke lain hati, seperti kamu dulu yang susah move on dari Kathleen. Alaric yang sepertinya tidak peduli bahwa dia mencintai orang yang salah, seperti istrimu dulu yang pernah mati-matian mencintai Agung...,"

"Jadi percuma saja dia dinikah paksa..."

"Kamu nggak pernah berubah. Pasrah dengan keadaan. Sudah kubilang, paksa dia, ancam dia dengan power yang kamu punya..."

Damian lagi-lagi menghela napas panjang. Alaric adalah harapan satu-satunya yang akan memiliki sekaligus memimpin semua bisnis usaha yang dia punya. Nevan, kakak Alaric, tidak memiliki kemampuan itu. Nevan berprofesi sebagai dokter dan tentu akan kesulitan jika dia dipercayai mengelola seluruh perusahaannya. Sementara Alaric, belum selesai kuliah saja sudah bisa mengatur waktunya mengelola perusahaan-perusahaan keluarganya.

Damian tatap wajah Alvaro dengan seksama, berusaha meyakinkan dirinya bahwa kali ini dia tidak akan salah langkah. Saran dan pendapat Alvaro selama ini tidak pernah meleset dan selalu menguntungkan dirinya.

"Kamu harus kuat. Seandainya ada hal yang tidak diharapkan, kita bisa cari sosok yang lebih pantas dari Alaric untuk mengurus harta-hartamu," ujar Alvaro. Dia tahu apa yang sedang Damian khawatirkan, yakni penolakan dari Alaric akan perjodohan, lalu harus ke luar dari trah keluarga. Damian tidak sanggup membayangkannya. Dalam hati kecilnya, dia sangat menyayangi putra keduanya tersebut.

***

Cinta RaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang