_______
"Ini..., kamar kamu?" tanya Alaric masih dengan raut kagetnya. Dia tidak percaya kamar itu diinapi Rania selama lebih kurang seminggu ini.
Rania mengangguk pelan.
Mata Alaric memberi sinyal ingin melihat isi dalam kamar Rania.
Rania pun membuka pintu kamarnya sedikit lebar dengan wajah terheran-heran. Dia mengira Alaric mengetahui kamarnya. Tapi sepertinya suaminya itu baru mengetahuinya sekarang.
Alaric menghela napas panjang saat melihat isi kamar Rania. Matanya sempat tertuju ke jemuran pakaian Rania yang berada di dekat jendela kamar.
Rania menggerakkan tubuhnya agar Alaric tidak terus-terusan melihat jemurannya yang kebanyakan adalah pakaian dalamnya.
"Bu Narti nggak nunjukkin kamar yang ada di dekat dapur?" tanya Alaric hati-hati. Waktu itu dia memang menyuruh Bu Narti memberi kamar yang layak untuk Rania. Tapi bukan kamar ini yang dia maksud. Ini kamar pesakitan anjing-anjing pemilik rumah sebelumnya. Sebenarnya kamar ini hendak dibongkar, tapi ada kendala perbaikan saluran air yang cukup rumit dan masih menunggu tukang khusus yang masih bekerja di tempat lain.
Rania menggeleng pelan.
"Kamu harus pindah..." suruh Alaric dengan nada lirih. Meskipun dia acuh tak acuh terhadap Rania, dia tetap tidak tega Rania tinggal di kamar yang sama sekali tidak layak huni itu.
"Nggak usah, Mas. Aku senang di kamar ini. Lebih cepat ke luar rumah..., kalo di dapur..." belum sempat Rania menjelaskan alasan enggan pindah kamar, Alaric dorong pintu kamarnya agar leluasa melihat isi kamar Rania. Wajahnya meringis melihat isi kamar Rania. Kamar Rania cukup rapi meskipun ada banyak barang di dalamnya, sehingga Alaric bisa mengamati barang-barang yang ada di dalamnya. Ternyata Rania benar-benar hidup memisahkan diri.
Alaric tatap wajah Rania dengan tatapan tidak percaya. Bagaimana bisa Rania tinggal di kamar yang dulunya adalah tempat anjing-anjing yang dihukum karena tidak mau menuruti perintah pemiliknya. Hampir lima tahun dibiarkan kosong.
"Nggak papa, Mas. Aku senang di sini. Jadi nggak ganggu..." ujar Rania meyakinkan. Ingin sekali dia menutup pintu kamarnya segera dan langsung beristirahat. Hari ini cukup melelahkan.
Langkah Alaric tampak berat menjauh dari kamar Rania. Rania benar-benar tidak ingin mengganggunya. Sebenarnya bukan kehidupan ini yang dia maksud. Dia tetap memberikan fasilitas yang layak untuk hidup Rania di rumahnya dan memberi kebebasan Rania untuk melakukan aktifitas yang dia sukai.
_____
Keesokan paginya Alaric menegur Bu Narti. Dia pertanyakan kenapa Rania menginap di ruang kecil di samping toilet tamu dan bukan di kamar di samping dapur seperti yang dia sarankan sebelumnya.
"Dia yang maksa milih di situ, Pak. Sudah saya suruh ke sana..., dia tanya itu ruang apa. Sudah saya bilang cuma kamar kecil. Tapi dia maksa di situ," dusta Bu Narti ketakutan. Dia pikir Alaric tidak akan menegurnya meskipun dia arahkan Rania di kamar sempit itu. Lagipula Alea yang menyuruhnya. Alea mengatakan bahwa Alaric tidak akan memperdulikan hidup Rania.
Alaric mengamati wajah Bu Narti yang tampak ketakutan.
"Maaf, Pak..." ucap Bu Narti pasrah.
"Jadi selama ini dia nggak makan di rumah?" tanya Alaric yang mengingat perabotan yang ada di dalam kamar Rania, dari pemasak nasi, dispenser, alat-alat makan dan minum, hingga jemuran.
Bu Narti mengangguk pelan. Dia tampak merasa bersalah.
"Dia jemur pakaiannya di kamar..."
"Dia takut pake mesin cuci, Pak..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Rania
RomancePernah mengalami pembatalan menikah sebanyak dua kali, membuat Rania pasrah dijodohkan dengan pria bernama Alaric Cahyo Rubiantara, anak dari pasangan Damian Rubiantara dan Nirmala Ciptasari. Sebelumnya Rania bertunangan dengan seorang dosen yang be...