18. Rumah Micha, Boneka, Bertemu Kembali

19 7 2
                                    

Jocelyn terbangun, tangannya mencengkram seprei kuat-kuat dan gadis itu meringis pelan sambil menutup wajah dengan kedua tangan. Napasnya tidak beraturan, jantung berdetak lebih cepat, dan keringat dingin membanjiri pelipis sampai leher.

Gadis itu menggeleng, rambut cokelat kemerahannya tampak berantakan. Sekilas benaknya menampilkan reka adegan mimpi semalam dan Jocelyn cepat-cepat menoleh ke samping kanan. Micha sudah tidak ada di sana.

Jocelyn memutuskan turun dari ranjang dan membereskan kasurnya. Dia lekas membuka tirai-tirai jendela. Gadis itu mengedarkan pandangan ke sekeliling pondok, tidak ada tanda-tanda penghuni lain.

Ayah dan Jaydon mungkin pergi mengantarkan kayu ke rumah-rumah. Jocelyn berpikir, teringat bahwa kemarin kedua orang tersebut telah mengumpulkan kayu bakar untuk dijual. Ibu mungkin di luar.

Setelah merapikan rumah, menyapu, sarapan, dan mencuci sejumlah alat makan. Jocelyn membuka pintu belakang pondok dan melihat keberadaan ibunya di sana.

“Mana Nenek?"

“Nenekmu pulang pagi-pagi sekali.” Jeremiah mengibaskan pakaian basah, kemudian menggantung baju tersebut pada tali jemuran. Dari mimik wajahnya, wanita itu masih terlihat tidak senang. “Kau bangun agak siang.”

Jocelyn terpejam sebentar. “Aku bermimpi buruk,” katanya.

Jeremiah memelintir pakaian basah, mengibaskan, dan menggantungnya kembali. “Setelah mandi, antar kembali keranjang milik Nenekmu.”

***

Sambil memasang jubah merahnya, Jocelyn memeriksa isi keranjang anyaman Micha yang diletakkan Jeremiah di atas meja makan. Di dalam benda tersebut, tersusun sejumlah kue dan roti yang masih hangat. Terlepas apakah makanan ringan tersebut buatan tangan atau pemberian tetangga, jelas sekali kalau Jeremiah tak mau berlama-lama bertengkar dengan ibu mertuanya. Jocelyn menutup keranjangnya dengan serbet.

Selama sejenak, gadis itu memperhatikan boneka kayu yang dibawa Micha semalam. Terletak bersama belasan boneka serupa dengan berbagai ukuran, di atas perapian yang padam. Gadis itu mengambil satu boneka, menatapinya dengan saksama. Sekilas, benda berwujud serupa manusia itu seperti sedang mengenakan jubah bertudung.

Jocelyn teringat bahwa dulu, kakek buyutnya adalah seorang pengerajin kayu. Ayah dari neneknya tersebutlah yang menanamkan sugesti bahwa boneka-boneka ini membawa keberuntungan dan menolak kesengsaraan. Jocelyn tak pernah bertemu pria tersebut, dia mendengarkan ini dari Micha sewaktu masih kecil. Bersamaan dengan itu, Micha juga menceritakan kisah-kisah tentang Red Woods yang ditakuti orang-orang dan berkata bahwa boneka-boneka pemberiannya akan melindungi keluarga mereka. Kakek buyutnya meninggal tak lama setelah Micha menikahi kakeknya, dan kakeknya meninggal tak lama belasan tahun setelah ayahnya lahir.

Jempol Jocelyn bergerak, mengelus permukaan tak rata boneka tersebut. Terdapat ukiran mengelilingi sisi badannya yang bundar. Gadis itu membawa boneka tersebut dan menyelipkannya ke dalam keranjang. Dia mungkin akan bertanya lebih banyak soal benda tersebut, terutama kemungkinan kalau Micha mengetahui hal tentang manusia serigala lebih banyak dari yang ingin wanita tua tersebut katakan.

Untuk alasan keamanan, Jocelyn juga memasukkan belati peraknya ke dalam saku gaun. Usai mengikat tali sepatu bot, barulah gadis itu tersebut meninggalkan pondok.

Rumah Micha terletak di luar gerbang Desa Hustle. Dahulu sekali, Adam sudah memintanya untuk tinggal di desa. Namun, Micha menolak dan berkata bahwa dia ingin menjalani sisa umurnya di rumah yang didirikan oleh orang tuanya dan didiami oleh suaminya, sampai akhir hayat. Dibandingkan pondok batu keluarga Brave, kediaman Micha Brave terlihat lebih bagus dan layak huni. Bangunannya terbuat dari kayu-kayu rapat yang menghalau cuaca dingin untuk masuk, langit-langitnya tinggi, pilar-pilar yang menyangga rumah tersebut juga besar dan kokoh.

Into the Red WoodsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang