5

2.7K 144 3
                                    

"Hyung... Ga bakal ada orang yang suka sama orang macam saya. Senafsu-nafsunya orang, pasti cuman suka sama badan saya. Kehidupan saya terlalu hina." Jaehyun mengerutkan keningnya. Bagaimana bisa anak sekecil Jaemin mengatakan hal semenyedihkan itu tentang dirinya sendiri dengan muka semanis itu. Bahkan Jaemin tersenyum. "Bagi saya, hidup kamu ga hina. Hidup kamu jauh lebih sempurna dari orang lain. Kamu bisa berpikiran dewasa di umurmu yang belum menyentuh 20, itu sebuah kelebihan, Jaemin." Jaemin menatap Jaehyun dengan tatapan penuh takjub. Baru pertama kali ia merasa setenang ini.

"Tapi di sisi lain, saya juga mau kamu hidup layaknya remaja lain.-"

"Ga. Hyung, saya bukannya ga mampu. Saya ga mau ngalamin itu semua."

"You mean school?"

"Yes."

"Well, kenapa?"

"Untuk apa itu semua? Ga ada namanya teman sejati. Kalo mereka tau saya kerja di club, sudah pasti saya jadi bahan bullyan mereka." Jaehyun tak berpikir hingga sejauh itu, tapi Jaehyun mengerti perasaan Jaemin.

"Hmm... Ga semua remaja sekolah juga, jadi kenapa harus sekolah? Tapi setidaknya kamu harus menikmati hidup kamu di masa remaja ini."

"But... How?" Jaehyun tersenyum mendengar jawaban Jaemin.

"Do you have something you like? Drawing? Singing? Dancing?"

"Stripping." Jaemin menjawab dengan jujur, tapi bukan itulah jawaban yang Jaehyun harapkan.

"I mean- other than that..."

"Sex?" Jaehyun tak habis pikir dengan Jaemin. Apa karena kebiasaannya setiap hari membuat dirinya menjadi brutal? Tapi Jaehyun tetap menyukai Jaemin. Muka polos Jaemin dan otak kotornya membuat Jaehyun semakin jatuh cinta. Kombinasi yang unik, menurut Jaehyun.

Karena lelah, Jaehyun mencoba untuk mengalihkan pembicaraan mereka. "Jeno... Apa kamu ga mau nyelesain hubungan kamu sama dia?" Jaemin mengerutkan keningnya. "Why? We're just friends with benefits." Jaehyun mengeratkan pelukannya pada Jaemin dan menghela napasnya. "Mungkin bagi kamu begitu, tapi Jeno? Perasaannya gimana?" Jaemin terdiam. Dia tak pernah peduli dengan perasaan Jeno, tapi sekarang setelah ia pikir-pikir, tidak ada salahnya memutuskan hubungannya dengan Jeno. Ia mulai menyukai pria yang sedang memeluknya saat ini. "Tapi..." Jaehyun mencium pucuk kepala Jaemin membuat Jaemin tak menyelesaikan kalimatnya. "Live here with me. I'll make you happy. I'll give you anything you want, everything you need. I'll protect you."

"Kenapa hyung baik sama saya?" Jaemin bingung dengan sikap Jaehyun yang begitu hangat padanya. Ia pikir Jaehyun orang yang dingin. "Ga ada alasan untuk jadi baik, Na. Selama kamu sayang sama seseorang, kamu bakal berjuang untuk memberikan yang terbaik untuk orang itu. Dan saat ini, kamu orang yang paling hyung sayang." Tapi itulah yang membuat Jaemin bingung. Kenapa dia??? Daripada debat kusir, Jaemin memutuskan untuk memejamkan matanya dan masuk ke dunia mimpi.



"Doy, orang kemaren jadinya gimana?" Jaehyun datang subuh-subuh ke tempat Doyoung untuk menanyakan kabar si brengsek berbaju hitam kemarin. "Untungnya udah mati gw tenggelemin." Doyoung tidak bercanda dengan kalimatnya. Hanya Jaehyun dan Johnny lah yang mengetahui fakta gelap seorang Doyoung. "Inget Doy, jangan ngelakuin hal begitu lagi." Sudah 5 tahun semenjak Doyoung tidak membunuh orang. Ia takut Doyoung kembali seperti dulu, seorang psikopat licik yang suka membunuh siapapun yang mengganggu keluarganya. Iya, Doyoung sangat mencintai keluarganya.

"Jaemin gimana?"

"Tenang, dia aman sama gw. Gw udah tepatin janji gw ke lu. Tapi, gw tawarin dia untuk tinggal sama gw aja."

"The heck?!-"

"Lu tau ga dia tinggal sama Jeno dan ngesex entah berapa hari sekali?"

"WHAT?!"

"That's why. Dia jadi addicted to sex and stuff. Sebrengsek-brengseknya gw, gw ga tega ngeliat anak macam Jaemin jadi begitu. Setidaknya dia harus ngelakuin sex sama orang yang dia suka."

"Bullshit Jae. Lu sendiri?"

"Different case. Gw cuman pengen Jaemin jadi orang yang bener."

"Lu sendiri?-"

"Please Doy!" Doyoung hanya melihat Jaehyun dengan muka datar. "Hhhhh fine. Gw juga bakal stop."

"Deal."



"Hyung?" Jaemin sudah terbangun sedari tadi, namun tak bisa menemukan keberadaan Jaehyun. "Na. Sorry, kamu dari tadi cariin hyung kah?" Jaemin menggaruk ceruk lehernya yang tak gatal, merasa malu mengingat kembali kejadian kemarin malam. "Anyway, ga perlu terlalu sopan. Bisa pake aku kamu kok." Jaemin hanya mengangguk dengan kepala tertunduk. Jaehyun gemas dengan tingkah laku Jaemin. Padahal saat di atas panggung, anak ini sangat percaya diri dan ganas. Jaehyun pun menghampiri Jaemin dan memeluknya. "Jaemin-a, ayo kita sama-sama berubah. Hyung juga bakal nunjukin seberapa serius perasaan hyung untuk kamu. Okay?" Jaehyun menarik dagu Jaemin, menunggu jawaban dari mulut cantik di hadapannya. "S-Sure..." Jaehyun mengecup singkat bibir Jaemin setelah mendengar persetujuan si manis.

"What the heck is happening here?!" Suara yang tak asing terdengar dari arah pintu utama. Jaemin dengan cepat melepaskan pelukan Jaehyun dan melihat orang yang baru saja berteriak. "J-Jeno?"



Selamat membaca euyy~ Double up malem ini, lanjut up lagi besok malem yakk!

The Way He Moves [2Jae]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang